Merdeka.com - Kasus positif COVID-19 di Indonesia masih menunjukkan kenaikan. Setelah Ramadan dan Idul Fitri yang dirayakan umat Islam dalam keadaan pandemi, kini umat Islam juga harus merayakan Idul Adha dalam situasi yang sama. Pasalnya, pandemi COVID-19 memang belum berakhir.

Kendatipun demikian, di era adaptasi kebiasaan baru atau yang sebelumnya disebut era normal baru, kini masyarakat sudah diperbolehkan beraktivitas seperti biasanya. Tetapi harus dengan menaati protokol kesehatan yang ketat.

Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha juga tak lepas dari sorotan. Pemerintah maupun pengurus masjid di berbagai daerah di Indonesia mengeluarkan sejumlah kebijakan atau aturan mengenai pelaksanaan Idul Adha di wilayah yang bersangkutan. Tujuannya supaya pelaksanaan Hari Raya Idul Adha tetap aman dan tidak menjadi klaster penularan virus Corona jenis baru penyebab COVID-19.

Masyarakat Harus Tetap Waspada

©2020 Merdeka.com/shutterstock

Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat mengeluarkan Surat Edaran mengenai petunjuk pelaksanaan Hari Raya Idul Adha untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.

"Pemerintah Kota Bekasi secara terus menerus mengimbau kepada masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan. Jangan anggap remeh, tetap waspada," kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi di Bekasi, Sabtu (11/7/2020), seperti dilansir ANTARA.

Salat Idul Adha dan Pemotongan Hewan Kurban yang Dianjurkan

©2020 Merdeka.com/Imam Buhori

Menurut penjelasan Rahmat, petunjuk pelaksanaan Idul Adha yang dikeluarkan Pemerintah Kota Bekasi mengatur tata cara Salat Id hingga pemotongan hewan kurban sesuai protokol kesehatan COVID-19.

"Agar kerumunan yang terjadi saat pemotongan hewan kurban maupun pelaksanaan Salat Idul Adha dapat ditekan potensi penyebarannya," terangnya.

Tekan Potensi Penularan

©2019 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Dikutip dari liputan6.com, Surat Edaran Nomor 451/4323-Setda.Kessos mengatur Penyelenggaraan Salat Idul Adha dan Penyembelihan Hewan Kurban Tahun 1441 Hijriah Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19.

"Penerapan protokol kesehatan agar berjalan maksimal sehingga terjaga dari penularan Covid-19. Karena ruang lingkup pelaksanaan Salat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban dilaksanakan secara berjamaah dan mengumpulkan orang banyak," terang Rahmat.

Sejumlah aturan dalam surat edaran itu di antaranya menyiapkan petugas untuk melakukan dan mengawasi penerapan protokol kesehatan, serta melakukan pembersihan dan penyemprotan disinfektan di area pelaksanaan.

"Lalu menyediakan alat pengecekan suhu tubuh serta pelibatan anak-anak dan warga lanjut usia yang rentan tertular penyakit, dan sebagainya," kata dia.

Syarat Pelaksaaan Salat Idul Adha yang Aman

©2019 AFP Photo/Wahyudi

Dalam surat edaran itu warga diperbolehkan melaksanakan Salat Idul Adha di lapangan, masjid, maupun ruangan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Selain itu, penyelenggara Salat Idul Adha juga diwajibkan melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah guna memastikan kawasan tersebut aman dari COVID-19.

Selain itu, petugas juga harus membatasi jumlah pintu keluar masuk guna memudahkan penerapan dan pengawasan protokol kesehatan. Menyediakan fasilitas cuci tangan, sabun, penyanitasi tangan di semua akses keluar-masuk.

Jemaah Bersuhu Badan Tinggi Dilarang Ikut

©2020 Merdeka.com/Imam Buhori

Selanjutnya, petugas pelaksanaan Idul Adha berhak melarang jemaah memasuki area salat jika bersuhu badan di atas 37,5 derajat celsius saat diperiksa dua kali dalam kurun waktu lima menit.

Kemudian pembatasan jarak dengan memberikan tanda khusus berjarak minimal satu meter. Serta mempersingkat waktu salat dan khutbah tanpa mengurangi ketentuan syarat dan rukun Salat Idul Adha.