UGM Pilih Mundur dari Proyek Penelitian Vaksin Nusantara, Ini Alasannya
Merdeka.com - Selain Vaksin Sinovac, Pemerintah Indonesia berusaha memperluas vaksinasi dalam negeri dengan mengembangkan vaksin sendiri. Vaksin itu bernama Vaksin Nusantara. Sejumlah ilmuwan dilibatkan untuk melakukan proyek penelitian terhadap pengembangan vaksin itu.
Namun pengembangan vaksin ini menuai pro dan kontra dari para ilmuwan lain. Walaupun dipercaya bisa diberikan kepada pasien penyakit komorbid yang perlu vaksin khusus seperti kanker, namun tahap vaksinasinya diyakini bakal melewati proses yang panjang, tak efisien, dan mahal. Apalagi nantinya vaksin ini akan diproduksi secara massal.
Tak hanya itu, dalam proses pengembangan vaksin ini, para ilmuwan yang sebelumnya terlibat memilih untuk mengundurkan diri. Hal inilah yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Lalu hal apa yang menyebabkan mereka untuk mengundurkan diri dari proyek penelitian Vaksin Nusantara itu? berikut selengkapnya:
Tak Dilibatkan
©ugm.ac.id
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM memutuskan untuk mengundurkan diri dari tim peneliti uji klinis Vaksin Nusantara. Mereka memilih mengundurkan diri karena mereka tidak dilibatkan dalam proses uji klinis, termasuk penyusunan protokol.
“Belum ada keterlibatan sama sekali. Kita baru tahu saat itu muncul di media massa bahwa vaksin itu dikembangkan di Semarang. Kemudian disebutkan dalam pengembangan itu melibatkan tim dari UGM,” kata Wakil Dekan FK-KMK UGM Bidang Penelitian dan Pengembangan, dr. Yodi Mahendradhata dikutip dari ANTARA pada Senin (8/3).
Tak Tahu Menahu
Yodi mengatakan, sebenarnya para peneliti UGM sempat menerima komunikasi informal terkait pengembangan vaksin yang dilakukan di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan itu. Mereka pun menyatakan bersedia mendukung penelitian itu.
Namun sejak komunikasi informal itu, tak ada komunikasi lebih lanjut terkait pengembangan vaksin. Justru mereka pun awalnya tidak mengetahui bahwa Kementerian Kesehatan telah mencantumkan nama mereka pada surat keputusan terkait pengembangan Vaksin Nusantara.
“Waktu itu belum ada detail ini vaksin seperti apa. Namanya saja kita tidak tahu. Hanya waktu itu kami diminta untuk membantu. Ya kami di UGM jika ada permintaan seperti itu berinisiatif untuk membantu,” kata Yodi.
Merasa Keberatan
©2020 REUTERS
Yodi mengatakan, dalam sebuah kerja sama, lazimnya pihak-pihak yang terlibat akan melakukan koordinasi terlebih dahulu sebelum penelitian dimulai. Menurutnya, Kementerian Kesehatan selaku koordinator penelitian harusnya memberikan sosialisasi dan menjelaskan detail penelitian yang akan dikerjakan.
Namun menurut penilaian Yodi, tahapan-tahapan ini tidak mereka lakukan. Akibatnya, para peneliti yang namanya tercantum dalam Surat Keputusan Menkes belum mengetahui detail penelitian.
“Kita belum pernah menerima surat resmi, protokol, atau apapun. Teman-teman agak keberatan. Kalau disebutkan sebagai tim pengembang, kan kami harus tahu persis yang diteliti itu apa,” pungkas Yodi dikutip dari ANTARA.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tiga Negara Ini Cocok untuk Mencari Kekayaan
Dari penelitian yang dilakukan, melibatkan beragam keluarga dari berbagai negara, salah satunya Indonesia.
Baca SelengkapnyaMengenal Suku Togutil, Kelompok Etnis yang Hidup secara Nomaden di Kawasan Hutan Pulau Halmahera
Semakin ke sini kehidupan mereka semakin terancam. Diduga ada kaitannya dengan usaha ekspansi sumber daya alam.
Baca SelengkapnyaDirut Semen Indonesia: Aspek Keberlanjutan Bukan Sekadar Pemenuhan Aturan
SIG memiliki fokus menciptakan program-program inovasi lingkungan dan sosial berdasarkan kebutuhan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bulog Lanjutkan Program Bantuan Pangan Beras untuk Penuhi Kebutuhan Penduduk Indonesia
Keberhasilan Bulog menyalurkan Bantuan Pangan Beras pada tahun 2023 kembali dilanjutkan dengan penyaluran program yang sama untuk tahun 2024.
Baca SelengkapnyaJanji Muhaimin Jika Terpilih di Pilpres 2024, Tak Ada Lagi Pekerja Asing di Level Bawah
Berdasarkan penelitian BRIN, TKA mendominasi pekerjaan kasar di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTemuan Bersejarah, Ilmuwan Buktikan Waktu Bisa Berjalan Mundur
Temuan Bersejarah, Ilmuwan Buktikan Waktu Bisa Berjalan Mundur
Baca SelengkapnyaMuncul Baliho Jokowi Alumnus Memalukan Diganti Jadi Membanggakan, Kampus UGM Beri Penjelasan Begini
Munculnya spanduk 'Jokowi Alumnus UGM Paling Membanggakan' merupakan dinamika di lingkungan mahasiswa.
Baca SelengkapnyaTerungkap, Masih Ada 60 Izin Tambang Aktif di Lokasi IKN Nusantara
Hal yang menjadi sorotan utama OIKN adalah durasi perizinan pertambangan yang tidak bisa dihentikan begitu saja.
Baca SelengkapnyaGuru Besar dan Civitas Akademi UGM Buat Petisi Kritik Pemerintah, Ini Respons Ganjar
Ganjar Pranowo menanggapi Petisi Bulaksumur yang disampaikan sejumlah civitas akademisi UGM
Baca Selengkapnya