Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Telah Berusia 140 Tahun, Ini 5 Fakta Sejarah Hotel Tugu Jogja yang Kini Terabaikan

Telah Berusia 140 Tahun, Ini 5 Fakta Sejarah Hotel Tugu Jogja yang Kini Terabaikan Hotel Tugu Jogja. ©2021 Brilio.net

Merdeka.com - Di Yogyakarta, tepatnya di sebelah utara Kawasan Malioboro, terdapat sebuah bangunan tua yang tak terawat. Bangunan itu dulunya difungsikan sebagai hotel, namanya Hotel Tugu.

Namun seiring waktu, nasib bangunan tua itu semakin terabaikan. Pada awal tahun 2019, sebagian atap bangunan itu dikabarkan roboh. Sebelumnya, kondisi atap bangunan itu banyak yang bocor dan beberapa kayu penyangga telah lapuk.

Kini, kondisi bangunan itu dikelilingi pagar seng yang terkunci sehingga tak seorang pun yang bisa menengok kondisinya dari luar. Padahal dulunya hotel itu merupakan hotel paling megah se-Jogja.

“Kalau ditinjau dari sisi sejarahnya, Hotel Tugu memang sangat bersejarah. Pembangunannya bersamaan dengan berdirinya Stasiun Tugu Yogyakarta yang menjadi akses transportasi kereta api di segitiga Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang,” kata sejarawan UGM, Djoko Suryo dikutip dari Liputan6.com.

Lalu seperti apa kejayaan Hotel Tugu di masa lalu? Berikut selengkapnya:

Hotel Tertua di Yogyakarta

hotel tugu jogja

©2021 Brilio.net

Dilansir dari Brilio.net, Hotel Tugu didirikan pada akhir abad ke-19, bersamaan dengan berdirinya Stasiun Tugu pada tahun 1880. Pada waktu itu, Hotel Tugu masih bernama Loose Gennotchap Marba.

Menurut Djoko, bersamaan dengan Stasiun Tugu, Hotel Tugu merupakan saksi sejarah peristiwa revolusi Indonesia, terutama saat ibu kota Republik Indonesia dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta. Waktu itu, banyak pejabat yang menginap terlebih dahulu di Hotel Tugu sebelum dipindahkan ke Gedung Agung.

Namun tak hanya menjadi saksi sejarah, hotel itu juga merupakan salah satu hotel tertua di Yogyakarta dan terbaik pada masanya, yaitu sekitar tahun 1920.

Pelayanan Terbaik Hotel Tugu

hotel tugu jogja

©2021 Brilio.net

Salah satu pelayanan terbaik dari Hotel Tugu adalah restorannya. Pada tahun 1930, hotel itu melayani tamu-tamu luar negeri yang singgah di Jogja. Restoran itu juga melayani pelanggan dari keluarga Keraton Yogyakarta.

Bahkan waktu itu, Raja Yogyakarta Sri Sultan HB VIII pernah takut diracuni oleh kalangan dalam keraton. Karena itulah ia memerintahkan agar makanan yang akan disantap dimasak dulu di restoran hotel tersebut. Makanan itu selanjutnya dibawa ke keraton dengan wadah tertutup.

Saksi Perjuangan Kemerdekaan

hotel tugu jogja

©2021 Brilio.net

Pada masa Agresi Militer II, hotel itu menjadi markas tentara Belanda. Oleh karena itu, Hotel Tugu menjadi sasaran utama pejuang Indonesia. Sirine yang terpasang di puncak menara hotel dijadikan tanda serangan udara dan jam malam sekaligus tanda dimulainya Serangan Umum 1 Maret 1949.

Setelah perang itu berakhir, Hotel Tugu digunakan sebagai tempat rapat antara Indonesia dengan Komisi Tiga Negara yang beranggotakan Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Rapat itu diselenggarakan untuk mempersiapkan Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.

Pernah Jadi Tempat Wisata

hotel tugu jogja

©2021 Brilio.net

Kasmadi, salah seorang warga Jogja, mengatakan dulunya hotel itu pernah jadi tempat wisata. Pada awal tahun 2000-an, dia pernah menjadi tukang parkir di kawasan itu dan bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 10.000 hingga Rp 50.000 per hari. Namun sejak tahun 2005, tak ada aktivitas lagi di hotel itu.

“Udah nggak pernah lagi saya jaga di situ. Sekarang sudah sepi. Banyak rumput, nggak ada yang masuk juga. Apalagi ditambah ada seng di situ,” ungkap Kasmadi dikutip dari Brilio.net.

Bagai Gajah di Pelupuk Mata

hotel tugu jogja

©2021 Brilio.net

Seorang pemerhati budaya, KRT Akhir Lusono mengibaratkan eks Hotel Tugu seperti “gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan kelihatan”. Lusono mengatakan, keberadaan hotel itu persis berada di jantung Kota Yogyakarta yang harusnya menjadi perhatian. Dia berharap aktivitas di kawasan hotel tersebut bisa dihidupkan kembali.

“Tapi pemerintah juga harus jemput bola untuk mengajak pemilik berembuk. Pemerintah tidak dapat lepas tangan begitu saja menyerahkan kepada pemilik. Terlebih keistimewaan DIY yang dulunya berawal dan dikawal masyarakat kini kewenangan itu sudah didelegasikan ke Pemda DIY,” kata KRT Akhir Lusono dikutip Merdeka.com dari Liputan6.com pada Jumat (5/3).

(mdk/shr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menjelajahi Toko Tembakau di Sepanjang Jalan Kaliurang Jogja, Surganya Para Penikmat Tingwe

Menjelajahi Toko Tembakau di Sepanjang Jalan Kaliurang Jogja, Surganya Para Penikmat Tingwe

Sejak awal 2020 banyak bermunculan toko tembakau di Jogja. Salah satu tempat yang paling banyak dijumpai adalah di sepanjang Jalan Kaliurang

Baca Selengkapnya
Sering Terjadi Kecelakaan hingga Timbul Banyak Korban, Ini 6 Fakta Bukit Bego yang Jadi Jalur Penting Wisata Yogyakarta

Sering Terjadi Kecelakaan hingga Timbul Banyak Korban, Ini 6 Fakta Bukit Bego yang Jadi Jalur Penting Wisata Yogyakarta

Bukit Bego merupakan sebuah bukit galian yang kini dimanfaatkan sebagai lokasi wisata

Baca Selengkapnya
12 Tempat Wisata Malang Terpopuler, Jelajahi Keistimewaannya

12 Tempat Wisata Malang Terpopuler, Jelajahi Keistimewaannya

Dari pegunungan hijau hingga keunikan arsitektur kolonial, Malang memiliki daya tarik yang tidak dapat diabaikan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ini Tren Baru Wisatawan yang Datang Berlibur ke Yogyakarta

Ini Tren Baru Wisatawan yang Datang Berlibur ke Yogyakarta

Singgih mengaku telah mengumpulkan para pelaku pariwisata agar memberikan pelayanan terbaik bagi para pengunjung dengan menerapkan harga sesuai standar.

Baca Selengkapnya
Gus Miftah dan Dico Ganinduto Gaet Suara Bu Nyai dan Nawaning Hafidzah se-Jateng Dukung Prabowo-Gibran

Gus Miftah dan Dico Ganinduto Gaet Suara Bu Nyai dan Nawaning Hafidzah se-Jateng Dukung Prabowo-Gibran

Gus Miftah menyampaikan keterlibatan Bu Nyai dan Nawaning dalam pilpres 2024 ini mempunyai peran yang sangat penting untuk menggaet suara kalangan santri.

Baca Selengkapnya
Menguak Sejarah Hotel Pertama di Salatiga, Dibangun untuk Menyambut Putra Mahkota Raja Belanda

Menguak Sejarah Hotel Pertama di Salatiga, Dibangun untuk Menyambut Putra Mahkota Raja Belanda

Pada waktu berdiri, Hotel Kalitaman hanya dikhususkan bagi orang-orang Belanda Totok.

Baca Selengkapnya
Lihat Tukang Sapu Jalan Kehujanan dan Berteduh di Hotel, Reaksi Manajer Hotel Bikin Warganet Angkat Topi

Lihat Tukang Sapu Jalan Kehujanan dan Berteduh di Hotel, Reaksi Manajer Hotel Bikin Warganet Angkat Topi

Sikap Manajer hotel ke tukang sapu jalan yang kehujanan banjir pujian warganet. Berikut informasinya.

Baca Selengkapnya
Tak Perlu Jauh-Jauh ke Jogja, Intip Fakta Keindahan Gumuk Pasir Garut yang Viral di Jawa Barat

Tak Perlu Jauh-Jauh ke Jogja, Intip Fakta Keindahan Gumuk Pasir Garut yang Viral di Jawa Barat

Kini wisata gumuk pasir layaknya di Jogja hadir di Garut. Begini penampakannya.

Baca Selengkapnya
Hotel-hotel Mewah di Kota ini Cuma Setahun Sekali Diisi, Pemiliknya Tajir Melintir Tinggal di Lereng Gunung Fokus Ibadah

Hotel-hotel Mewah di Kota ini Cuma Setahun Sekali Diisi, Pemiliknya Tajir Melintir Tinggal di Lereng Gunung Fokus Ibadah

Meski terisi satu tahun sekali, namun deretan hotelnya nampak mewah.

Baca Selengkapnya