Seperti Fenomena Gunung Es, Ini Kata Disdikpora DIY tentang Praktik Jual Beli Seragam
Merdeka.com - Pada Juli ini, pendidikan formal di Indonesia memasuki tahun ajaran baru. Seperti biasa, ada siswa-siswa baru yang mendaftar pada setiap sekolah.
Namun masa-masa ini ternyata juga rawan dimanfaatkan oknum-oknum pegawai sekolah yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan penyalahgunaan wewenang. Hal ini diungkap oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta (Disdikpora DIY) Didik Wardaya.
Ia mengatakan setidaknya ada empat SMA/SMK di provinsi itu yang terindikasi melakukan praktik jual beli seragam sekolah kepada para peserta didik.
“Begitu muncul berita soal itu langsung kami minta klarifikasi,” kata Didik dikutip dari ANTARA pada Selasa (19/7).
Larangan Sekolah Menjual Seragam
©2021 Liputan6.com/Herman Zakharia
Didik mengatakan, setidaknya ada empat sekolah yang diminta untuk memberikan klarifikasi. Dari klarifikasi yang diberikan, mereka mengaku belum sempat menjual seragam kepada orang tua siswa. Namun, ia mencurigai ada indikasi keempat sekolah itu telah menyiapkan seragam untuk dijual.
Terkait jual beli seragam di lingkungan sekolah ini, Didik menegaskan bahwa itu sudah diatur dalam Permendikbud Nomor 45 Tahun 2014. Sebagai turunannya, pihaknya juga telah mengeluarkan surat edaran (SE) mengenai larangan itu sebelum momentum penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMA/SMK di DIY Tahun 2022.
“Kami menekankan kembali tidak boleh sekolah menjual seragam. Kami sudah memberikan peringatan,” kata Didik dikutip dari ANTARA.
Sudah Prinsip
©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho
Didik menjelaskan, pada prinsipnya sekolah tidak boleh mengarahkan atau mewajibkan orang tua siswa membeli seragam di koperasi sekolah, apalagi kalau sampai dikaitkan sebagai syarat PPDB.
“Jadi kalau seragam itu diusahakan sendiri oleh orang tua. Tapi kadang ada sebagian orang tua yang tidak mau repot kemudian mencarinya di koperasi sekolah,” kata Didik.
Seperti Fenomena Gunung Es
©2021 REUTERS/Hannibal Hanschke
Sementara itu, Kepala Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY-Jateng, Budhi Masturi mengatakan berdasarkan hasil temuannya ada belasan sekolah di DIY yang terindikasi menjual seragam.
Ia yakin fenomena ini sudah menjadi fenomena gunung es di dunia pendidikan formal kota pelajar itu. Menurutnya, kini pihak sekolah tidak lagi secara terang-terangan dan tidak lagi langsung menjual seragam karena Disdikpora DIY sudah tegas melarang.
“Setidaknya ada beberapa modus penjualan seragam yang belakangan kami temukan. Pertama, penjualan dilakukan melalui koperasi; kedua, penjualan dilakukan melalui paguyuban orang tua; ketiga, penjualan dilakukan oleh beberapa orang tua yang diserahi bantuan untuk menjual,” kata Budhi dikutip dari ANTARA pada Selasa (19/7).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak Mau Diajak Bolos Sekolah hingga Kerap Diejek Temannya, Alasan Pelajar Ini Tuai Pujian Warganet
Meski kerap di-bully oleh temannya karena tak mau bolos sekolah, pria ini ungkap alasannya.
Baca SelengkapnyaSosok Pemuda di Kalideres Tersangka Penjual Sertifikat Habib Palsu Dikenal Tertutup
Tersangka dikenal tetangga sebagai mahasiswa di salah satu kampus Jakarta.
Baca SelengkapnyaBukannya Sekolah, Siswa Siswi SMP Digerebek di Kamar Kost 'Sudah Ketangkap Masih Sayang-sayangan'
Bikin miris, sejumlah pasangan yang masih duduk di bangku sekolah digerebek warga dalam kamar kos.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pedagang Gorengan Jadi Perwira, Langsung Bersalaman dengan Jenderal Bintang 4 TNI
Masih ingat dengan pria wisudawan Poltekad yang sebelumnya berprofesi menjadi penjual gorengan. Berikut kabarnya kini.
Baca SelengkapnyaModus Pura-Pura Disuruh Menjemput dari Sekolah, Pria Berjaket Ojol Diduga Cabuli Siswa SD
Seorang bocah perempuan yang masih duduk di bangku SD diduga dicabuli pemuda di sebuah rumah kosong di Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.
Baca Selengkapnya45 Warga di Yogyakarta Suspek Antraks
Dinas Kesehatan Yogyakarta saat ini tengah menunggu hasil tes darah dari 45 pasien.
Baca SelengkapnyaDihantui Gempa Susulan, Warga Bawean Takut Tinggal di Rumah
Warga lebih memilih tinggal di tenda yang dibangun secara swadaya.
Baca SelengkapnyaDiberhentikan dengan Hormat dari TNI, Pria Asal Solo Ini Bangkit Lewat Usaha Es Coklat & Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
Faqih bercerita bahwa saat lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dia bergegas mendaftar menjadi anggota TNI. Usaha pertamanya, gagal.
Baca SelengkapnyaKemendikbudristek Tegaskan Pramuka Tidak Dihapus dari Kurikulum Merdeka
Dia menjelaskan, setiap sekolah telah memandatkan agar memiliki gugus depan pramuka.
Baca Selengkapnya