Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Inspiratif Wiskie, Ilustrator Sepak Bola Asal Jogja yang Karyanya Mendunia

Kisah Inspiratif Wiskie, Ilustrator Sepak Bola Asal Jogja yang Karyanya Mendunia Karya-karya Yulius Wisnu. ©Instagram/@wiskie_

Merdeka.com - Tiga pria berseragam merah tampak sedang berlari secepat kilat. Dengan tatapan lurus ke depan, raut muka mereka begitu garang seolah mengincar mangsa. Di depan mereka, sebuah bola bergulir dengan cepat.

Mereka bertiga adalah Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane, trio penyerang klub sepak bola asal Inggris, Liverpool FC. Aksi mereka berlari diabadikan dalam sebuah gambar ilustrasi yang terpampang pada akun resmi Instagram Liverpool F.C.

“Awalnya ada empat orang yang berlari mengejar bola. Kalau menurut saya, mengejar bola itu identiknya dengan komik. Makanya sebelum menggambar, aku buka-buka lagi komik untuk mencari inspirasi. Terus aku baru buat sketsanya. Di sana aku tampilkan empat pemain Liverpool. Habis itu baru aku kirim,” terang Yulius Wisnu.

Yulius Wisnu (29) tak lain adalah sosok di balik karya ilustrasi itu. Karya itu ia buat dalam rangka menyambut duel big match Liga Inggris antara Liverpool versus Arsenal musim 2019/2020 lalu. Selama ini duel antara kedua tim besar itu selalu identik dengan permainan tempo cepat dan diwarnai banyak gol.

“Waktu itu mereka kasih aku gambaran kalau Liverpool lawan Arsenal itu selalu menghasilkan banyak gol, temponya cepat, intensitasnya tinggi. Lalu aku berpikir kira-kira apa yang menggambarkan kecepatan? Ya sudah lari. Jadi aku gambar saja empat orang sedang berlari,” jelas Wisnu.

Hobi Menggambar Sejak Kecil

yulius wisnu ilustrator sepak bola

©2020 Merdeka.com

Yulius Wisnu sudah hobi menggambar sejak kecil. Bakat menggambarnya telah terlihat sejak TK. Pada saat itu, teman-teman sebayanya baru bisa menggambar gunung atau bentuk gajah dengan angka. Namun dia justru sudah bisa menggambar cover tempat pensil warna merek Ki-Ko kepunyaannya sendiri.

Hobi menggambarnya berlanjut saat Wisnu duduk di bangku SD. Di masa itu pula ia pertama kali mengenal sepak bola, tepatnya saat menyaksikan Piala Dunia 1998 dari layar TV. Setelah turnamen itu berakhir ia makin sering menggambar segala hal tentang sepak bola, mulai dari gambar biasa sampai gambar dalam bentuk komik.

“Gara-gara tontonan juga. Dulu kan banyak banget kartun-kartun bola macam Captain Tsubasa, Shoot, terus ada Whistle. Jadi waktu pelajaran, di belakangnya aku bikin panel-panel komik, terus digambarin Tsubasa. Aku sampai dimarahi karena buku tulis habis cuma untuk gambar tentang bola,” katanya mengenang masa kecil.

Kecintaan Wisnu pada sepak bola tak sebatas tertuang dalam lukisan. Hari-harinya banyak diisi dengan kegiatan yang berhubungan dengan sepak bola, seperti bermain bareng teman di lapangan, bermain game Winning Eleven, dan seperti anak laki-laki kebanyakan yang suka sepak bola, Wisnu juga punya klub favorit yaitu Juventus F.C.

“Saya lebih suka Serie A dari pada Liga Inggris karena kulturnya anak 90-an. Tapi kalau lihat anak zaman sekarang ya lebih banyak yang suka Liga Inggris,” jelas Wisnu.

Kebiasaannya menggambar komik sepak bola berlanjut saat Wisnu duduk di bangku SMP. Ketika SMA, dia sengaja memilih sekolah yang ada lapangan sepak bolanya. Akhirnya dia memilih untuk masuk di SMA Kolese De Britto.

Namun di masa SMA ini, Wisnu merasa mengalami periode yang sulit. Hal ini karena ternyata dia salah ambil penjurusan. Pada periode ini pula hobi menggambarnya tidak tersalurkan.

“Mau botak kepala saya. Padahal di sekolah boleh gondrong. Waktu itu saya ambil IPA. Tapi aduh, ternyata salah ambil jurusan,” kenang Wisnu.

Mengenal Karya Sang Maestro

karya ilustrasi yulius wisnu

©Instagram/@wiskie_

Setelah lulus SMA, Wisnu melanjutkan kuliah diploma di Modern School of Design Yogyakarta dan mengambil Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV). Waktu memutuskan untuk mengambil jurusan itu, belum ada sama sekali dalam bayangannya bahwa ke depan ia akan menjadi seorang ilustrator.

“Waktu itu tahun 2009. Dunia internet belum secanggih sekarang. Masih konvensional. Paling bayanganku saat lulus aku mau jadi layouter atau ilustrator di majalah,” ungkapnya. Sejak bangku kuliah inilah hobi menggambarnya mulai ia tekuni lagi. Selain itu kecintaannya pada sepak bola juga belum surut. Namun masa depannya sebagai ilustrator masih belum pasti.

Setelah dua tahun menjalani kuliah di DKV, Wisnu kemudian berkenalan dengan karya-karya Bartosz Kosowski, seorang ilustrator asal Polandia. Pada saat itu, Bartosz merupakan seorang ilustrator sepak bola untuk Bundesliga, kompetisi sepak bola Jerman. Secara tidak langsung, Bartosz telah menunjukkan pada Wisnu kalau seseorang bisa mendapat klien besar dan penghasilan dari karya ilustrasi sepak bola.

“Gaya (menggambarnya) unik. Etos kerja dan dedikasinya bagus. Hasil karyanya tidak menipu. Tiap hari hasil karya Bartosz aku lihat di gallery Behance-nya,” tuturnya.

Pada awalnya, Wisnu berusaha mencontoh agar karyanya mirip dengan milik Bartosz. Namun hasil akhirnya tetap tidak mirip. Ternyata dalam menghasilkan ilustrasi, Bartosz melakukannya dengan tiga langkah. Pertama, dia menggambarnya sketsanya dulu dengan pensil manual, lalu yang kedua dia pertebal gambar itu dengan drawing pen, baru pada langkah terakhir dia warnai gambar itu secara digital. Wisnu langsung mencontoh karya idolanya itu pada langkah terakhir, yaitu langsung menggambar dan mewarnainya secara digital

“Itu yang membuat aku mikir, ternyata mau bikin suatu karya itu harus ada prosesnya. Nggak bisa kamu mencontoh karya seseorang langsung di hasil akhir karya mereka. Dia (Bartosz) mau gambar dengan cara seperti itu kan setelah mengalami proses selama bertahun-tahun,” terang Wisnu.

Apresiasi dari Klub Idola

karya ilustrasi yulius wisnu

©Instagram/@wiskie_

Setelah berkenalan dengan karya-karya Bartosz Kosowski, Wisnu makin optimis bahwa ia bisa menghasilkan uang dari karya ilustrasi. Apalagi setelah merampungkan pendidikan diplomanya, Wisnu berkesempatan untuk melanjutkan studi untuk gelar sarjana di Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada tahun 2013.

Di sela-sela kesibukan kuliah, waktu luangnya diisi dengan menggambar ilustrasi sepak bola. Dia juga mencoba berbagai platform sebagai wadah dalam mempublikasikan karya ilustrasinya, mulai dari Doodle, Behance, Facebook, Tumblr, sampai Instagram.

Dari berbagai platform yang ia coba, Wisnu ternyata lebih cocok menggunakan Instagram. Pada awalnya, dia mengisi galeri Instagram-nya dengan campuran antara foto pribadi, desain grafis, maupun ilustrasi. Namun semua itu berubah pada tahun 2014.

Saat itu Juventus F.C datang ke Indonesia untuk mengadakan pertandingan uji coba. Demi menyambut klub favoritnya, Wisnu memberikan apresiasi setinggi langit dengan membuat gambar-gambar ilustrasi tentang klub sepak bola asal Italia itu. Gambar-gambar hasil karyanya kemudian dia tag di akun resmi Instagram Juventus.

Selain itu, Wisnu juga melakukan “re-branding” atas akun Instagram pribadinya. Semua foto pribadi dia hapus dan diganti dengan karya-karya ilustrasi. Nama akun Instagramnya juga ia ganti dari nama pribadinya dengan nama @wiskie_.

“Dulu isinya masih belum fokus. Ada yang vektor, ada yang digital painting, ada fotografis yang aku olah jadi infografis. Tapi setelah itu konsepnya aku ganti ilustrasi semua. Jadi ‘branding’-nya mulai mengerucut,” ungkapnya.

Karena sering posting di Instagram, lama-lama karyanya mulai di-repost oleh akun lain. Hingga pada tahun 2016 salah satu ilustrasinya di-repost sama akun resmi Juventus FC. Dalam ilustrasi itu, Wisnu menggambar sosok bintang Juventus, Paulo Dybala, tengah merayakan gol dengan selebrasi khasnya yang dikenal dengan nama “Dybala Mask”.

karya karya ilustrasi yulius wisnu

Instagram/@wiskie_

Betapa bahagianya Wisnu mengetahui karyanya mendapat apresiasi dari klub idolanya sendiri. Follower-nya di Instagram melonjak drastis. Dia mengakui bahwa ilustrasi itu merupakan karyanya yang paling berkesan di antara seluruh karya ilustrasinya hingga kini.

“Aku nggak lihat follower-nya tapi apresiasinya yang lumayan. Aku jadi tambah semangat. Jangan-jangan ini takdirku. Sok-sokan saja menyimpulkan. Namanya saja orang nganggur, ya berusaha optimis saja,” katanya sambil tertawa.

Permulaan Karier

karya karya ilustrasi yulius wisnu

Instagram/@wiskie_

Pada tahun 2016, Wisnu mendapat pekerjaan tetap pertamanya yang menghasilkan gaji bulanan. Pekerjaan itu bukan dari dunia ilustrasi, melainkan dari desain grafis. Waktu itu, dia ditawari seorang klien untuk ikut proyek mereka dalam rangka mengangkat E-Sport agar diakui di Indonesia. Klien itu pertama kali tahu dari akun Instagram Wisnu kalau dia bisa desain grafis juga. Tugas utamanya adalah memberikan infografis untuk kompetisi E-Sport yang diadakan klien itu.

Pada awalnya, Wisnu kurang yakin untuk masuk ke proyek itu bahkan lebih cenderung untuk tidak mengambilnya. Tapi dia diyakinkan oleh sang pacar untuk mengambilnya dan menekuni pekerjaan barunya itu. Seiring berjalannya waktu, ia merasa beruntung telah ambil bagian dalam proyek itu.

Akhirnya, proyek itu pula yang membuka kerja samanya dengan komentator sepak bola Valentino Simanjuntak untuk membangun sebuah media di tahun 2017. Sama seperti pada proyek itu, di perusahaan ini Wisnu juga bekerja sebagai desainer grafis. Pekerjaan itulah yang memberinya penghasilan rutin bulanan hingga sekarang.

Walau memiliki rutinitas sebagai desainer grafis, hobi membuat ilustrasinya tetap jalan. Karena sering memposting hasil karyanya di Instagram, mulai banyak klien tertarik dan menghubunginya untuk sebuah proyek kecil-kecilan seperti membuat desain kaus, logo, dan website. Bahkan Wisnu bersama teman-teman ilustrator sepak bola dari seluruh dunia membuat sebuah komunitas di Twitter.

“Ternyata ilustrator dan desainer sepak bola itu banyak. Lalu kita bikin wadah di Twitter isinya desainer dari seluruh dunia. Tapi yang dari Indonesia cuma saya. Intinya komunitas ini hanya lingkup kecil. Di sana kami berkumpul, ngobrol, dan memposting karya di media sosial komunitas itu,” tuturnya.

Walaupun berisi kumpulan desainer dari seluruh dunia, tapi kebanyakan mereka masih menjadikannya sebagai hobi dan wadah belajar. Selain itu komunitas itu juga dijadikan sebagai ajang untuk menambah portofolio mereka masing-masing. Namun perlahan-lahan, masing-masing anggota grup itu mendapat klien besar. Mulai dari brand olahraga sampai klub-klub besar Eropa seperti Chelsea dan Manchester United.

Bekerja Untuk Liverpool

Di saat teman-teman komunitasnya yang lain sudah dapat klien, Dave Williams, kepala direktur Liverpool F.C untuk urusan desain mengatakan melalui Twitter-nya bahwa dia sedang butuh seorang ilustrator untuk menggarap proyek poster di tiap pertandingan Liverpool. Kebetulan waktu itu Wisnu dan Dave sudah saling follow di Instagram.

Mengetahui ada peluang, Wisnu langsung iseng-iseng mengirimkan hasil karyanya ke Dave. Tak lama kemudian, Dave mengontaknya dan menawarinya mengerjakan proyek Liverpool untuk Liga Champions di tahun 2019. Inilah proyek profesional pertamanya sebagai seorang ilustrator.

karya ilustrasi yulius wisnu

©Instagram/@wiskie_

“Awalnya aku takut. Waduh, belum siap nih. Waduh, Liverpool nih. Aku takut nanti dikomen belum sesuai standar mereka. Ambil nggak ya? Kalau nanti ternyata hasilnya jelek kan ambyar,” ungkap Wisnu menjelaskan kebimbangan hatinya kala itu.Akhirnya Wisnu memantapkan hati untuk mengambil proyek itu. Untungnya setelah karya itu dikirim, ketakutannya tak terwujud. Pihak Liverpool memberikan respon positif atas karya pertamanya itu.

“Revisi jelas ada. Tapi itu semua terbantu sama brief. Kalau brief-nya sudah jelas banget, kita otomatis sudah punya gambaran. Misal mereka ingin aku gambar kayak gini. Jadi mereka biasanya sudah membuat gambar sederhana di paper, cuma bulat-bulat gitu lah. Jadi otomatis kita tidak akan direvisi masalah layout. Tinggal style dan teknik-nya kita saja,” terangnya.

Mengenai teknik dan style menggambar, secara tidak sadar Wisnu banyak terpengaruh dari komik. Kebiasaannya sewaktu kecil membaca komik-komik yang bertema olahraga nyatanya mempengaruhi style karya ilustrasi-nya hingga kini. Hal itu sebenarnya baru ia sadari ketika banyak orang-orang yang berkomentar bahwa gambar ilustrasi yang ia buat mirip gambar komik.

“Padahal aku lihat-lihat kayaknya nggak juga sih. Tapi kan kita nggak bisa menilai sendiri, ya. Tapi ya sudah. Pada akhirnya ketika diposting orang-orang beranggapan sama, wah kayak komik Tsubasa. Padahal nggak banyak orang-orang yang membayangkan pemain bola bisa dibikin kayak karakter komik,” ungkap Wisnu.

karya karya ilustrasi yulius wisnu

Instagram/@wiskie_

Dalam membuat karya ilustrasi, Wisnu mengakui banyak terpengaruh dari karakter-karakter pada komik Slam Dunk. Dia menjelaskan kalau Slam Dunk adalah komik yang realis, gambar-gambarnya menyerupai wujud asli. Dulunya ia juga belajar mengenai proporsi tubuh dari komik itu, mulai dari kaki dan tangannya yang berotot, lekuk tubuh, bentuk muka, sampai bentuk matanya.

Karena itulah Wisnu turut mengidolai sosok Takehiko Inoue yang merupakan komikus Slam Dunk. Tak heran begitu terkejutnya ia saat mendapat kabar bahwa Takehiko Inoue meninggal dunia. Apalagi sosok itu pula yang selalu menginspirasi Wisnu dalam perjalanan karya-karyanya hingga dikenal di seluruh dunia.

Pada akhirnya, kabar itu ternyata hanya hoaks. Tapi ada fakta lain yang tak kalah mengejutkannya tentang sosok komikus itu.

“Ternyata tanggal lahir si Takehiko Inoue ini sama denganku. Dikait-kaitin saja. Nggak salah kan kalau aku ngikutin dia. Biar optimis saja,” katanya setengah bercanda.

Keseharian Seorang Ilustrator

Dalam membuat sebuah karya ilustrasi untuk Liverpool, biasanya Wisnu diberi waktu selama dua minggu. Namun lama-kelamaan waktu yang diberikan itu semakin singkat. Padahal di samping membuat ilustrasi, dia juga harus membuat desain untuk pekerjaan utamanya. Oleh karena itu, dia harus pintar membagi waktu agar kedua pekerjaan itu bisa berjalan beriringan.

“Biasanya setelah mengerjakan desain buat kantor, malamnya saya menggambar. Terus tidur. Pagi tak terusin dulu sedikit, lalu aku kerja lagi. Terus sore sampai malam saya lanjut menggambar lagi. Jadi benar-benar nggak istirahat. Kalau istirahat paling cuma buat tidur saja,” ungkap Wisnu mengenai kesehariannya.

Selain Wisnu, sebenarnya ada lima ilustrator lain yang membuat karya di tiap pertandingan yang akan dilakoni klub berjuluk The Reds itu. Empat ilustrator berasal dari Eropa, satu dari Meksiko, dan Wisnu sendiri satu-satunya yang berasal dari Asia.

karya ilustrasi yulius wisnu

©Instagram/@wiskie_

Dalam setiap musimnya, satu ilustrator diberi kuota untuk mengerjakan lima sampai tujuh karya ilustrasi. Namun sebelum itu seorang ilustrator harus mengisi form yang disediakan pihak Liverpool. Dalam form itu sudah tersedia rundown jadwal pertandingan Liverpool dari awal hingga akhir musim. Para ilustrator tinggal mengisi saja pertandingan mana yang kira-kira dia sanggup membuat ilustrasinya. Tapi di samping jadwal yang sudah tertera, ada jadwal pertandingan lain yang sifatnya fleksibel.

“Kalau pertandingan yang sifatnya turnamen kayak Liga Champions dan Piala FA itu jadwalnya fleksibel. Jadi bisa dibuatnya mendadak. Kalau misalnya Liverpool besok lolos semifinal, kita otomatis harus membuat ilustrasinya dari jauh-jauh hari. Tapi resikonya kalau Liverpool kalah ilustrasinya nggak jadi diposting. Kan nggak mungkin kita membuatnya setelah main lalu langsung posting,” terang Wisnu.

Karya Masterpiece

Selama menjadi seorang desain ilustrator untuk Liverpool F.C, setidaknya ada dua karyanya yang engagement-nya paling tinggi. Kedua karyanya itu sempat memecahkan rekor “like” terbanyak di akun resmi media sosial Liverpool baik di platform Instagram dan Twitter.

Karya ilustrasi pertama menampilkan sosok empat pemain Liverpool yaitu Virgil Van Dijk, Alisson, Fabinho, dan Firmino. Dengan gaya ilustrasinya, keempat sosok itu ditampilkan berdiri di depan pintu gerbang Stadion Anfield dan memasang muka sangar. Ilustrasi ini dibuat untuk pertandingan big match Liga Inggris antara Liverpool versus Manchester City di musim 2019/2020.

karya karya ilustrasi yulius wisnu

Instagram/@wiskie_

Sementara ilustrasi kedua menampilkan sosok trio penyerang Liverpool, Mo Salah, Firmino, dan Mane yang tengah berlari mengejar bola. Ilustrasi ini dibuat dalam rangka menyambut duel antara Liverpool versus Arsenal di musim yang sama. Wisnu tak menyangka kalau kedua karyanya bakal mendapat apresiasi sampai sebesar itu.

“Waktu itu Dave Williams bilang pada saya,’wah punyamu rekor ini.’ Kalau ditarik ke belakang nggak bisa bayangin, kok bisa sih sekarang ilustrator sepak bola ada tempatnya. Padahal dulu membayangkannya cuma jadi ilustrator di majalah. Tapi sekarang orang-orang di seluruh dunia bisa lihat,” ungkapnya.

Berawal dari proyek ilustrasi untuk Liverpool inilah mulai masuk proyek-proyek dari klien lain yang berkaitan dengan desain ilustrasi. Mereka di antaranya klub profesional, media olahraga asing, dan juga ada klub dari dalam negeri yang menginginkan jasanya. Rata-rata dari mereka meminta hasil yang cepat dan sesuai keinginan mereka. Menurut Wisnu, kalau tidak karena pengalaman pasti dia sudah keteteran mengerjakan proyek-proyek itu.

karya ilustrasi yulius wisnu

©Instagram/@wiskie_

Namun sejak merebaknya pandemi COVID-19, proyek-proyek ilustrasi yang ditawarkan padanya berkurang drastis. Banyak proyek-proyek dari para kliennya yang pada akhirnya harus dibatalkan. Bahkan untuk Liverpool sendiri, ada tiga proyek ilustrasi yang dibatalkan. Padahal waktu itu bertepatan dengan momen Liverpool juara Liga Inggris setelah 30 tahun menunggu. Hal inilah yang sangat disesalkan oleh Wisnu.

“Harusnya kan waktu itu ilustrasi grafisnya gila-gilaan. Tapi ketika COVID-19 itu agenda pertandingan sepak bola jadi berantakan. Dari segi budget juga terpapas. Kalau biasanya aku dapat penghasilan ekstra, sekarang jadi nggak menentu. Kalau di rumah tangga itu kan biasanya ada hitung-hitungan. Bayanganku bulan ini dapat segini, sekarang ternyata nggak dapet,” keluhnya.

Untungnya, pekerjaan utamanya masih tetap berjalan. Hal itulah yang sangat disyukuri oleh Wisnu. Walaupun sebenarnya ia menyadari tempatnya bekerja itu juga mengalami krisis, terutama mengenai konten sepak bola apa yang harus mereka produksi di tengah kosongnya agenda sepak bola.

“Intinya kalau sepak bola jalan lagi aku udah nyaman. Jadi aku benar-benar menggantungkan hidup sama sepak bola, bukan sebagai pemain, tapi sebagai orang kreatif-nya,” tutur Wisnu.

Arti Penting Ilustrasi

Yulius Wisnu mengerjakan semua proyeknya baik itu untuk kantor, Liverpool F.C, serta proyek-proyek dari klien lain, dari sebuah studio di dalam rumahnya. Nama studio itu ia beri nama Wiskie Design Lab. Wisnu telah berkarya dari tempat itu selama lima tahun terakhir.

“Cuma nama studio tempat saya gambar di rumah saja. Nggak resmi sih, cuma sekadar nama saja,” jelasnya.

Nama “Wiskie” sendiri diambil dari panggilan akrabnya sehari-hari oleh teman-teman kampusnya dulu. Bahkan oleh para klien-kliennya, nama itu lebih familiar dibandingkan nama aslinya sendiri.

“Yang jelas bukan karena aku sering minum (wiski),” tegasnya.

karya karya ilustrasi yulius wisnu

Instagram/@wiskie_

Walau lebih banyak bekerja di rumah selama bertahun-tahun lamanya, ia mengaku tidak merasa bosan. Topik dan tema yang selalu berbeda-beda pada setiap proyek adalah salah satu faktornya. Sehingga saat ada imbauan pemerintah untuk bekerja di rumah (WFH) untuk mencegah penularan Virus Corona, Wisnu tak butuh penyesuaian lagi.

“Lagi pula aku termasuk orang yang senang banget lihat reaksinya orang dengan unggahan yang diangkat. Jadi waktu aku sudah selesai buat dan sudah diposting, langsung aku monitor terus. Lalu mereka pada berdebat atau olok-olokan. Cocok. Wah rame ini,” ujar Wisnu mengungkapkan kepuasannya.

Menurutnya, di zaman yang serba digital ini, segala hal bisa jadi lebih mudah. Kalau di zaman dulu seorang ilustrator mengerjakan karyanya di kantor dan untuk bisa direkrut perusahaan dibutuhkan portofolio, di zaman sekarang mereka bisa menggambar karyanya di mana saja dan menjadikan media sosial seperti Instagram sebagai portofolio mereka. Oleh karena itulah tak heran apabila banyak bermunculan para ilustrator muda.

“Teman-teman saya di IFA (Indonesian Football Artist, komunitas ilustrator sepak bola Indonesia) yang dapat proyek itu rata-rata masih muda. Ada yang kuliah, ada yang masih SMA, bahkan yang baru lulus SMP juga ada. Tapi yang untuk mendapatkan itu kamu harus punya karakter, terus yang kedua kamu pas beruntung saja. Tapi ‘beruntung’ itu kan berawal dari kamu punya karya,” terangnya.

Walaupun sudah menghasilkan karya yang mendunia, Wisnu mengakui bahwa untuk saat ini dirinya masih belajar. Lagi pula bisa saja di masa depan lagi dia tidak hanya menghasilkan karya yang berkaitan dengan sepak bola, melainkan karya-karya ilustrasi dari cabang olahraga yang lain. Oleh karena itu di sela-sela pekerjaannya, dia selalu menyempatkan diri untuk melihat karya ilustrasi dari para seniman lain.

“Seiring waktu, panutanku nggak cuma Bartosz Kosowski. Semakin banyak desainer-desainer yang aku temui semakin banyak pula style gambar yang kuperoleh. Jadi sebagai ilustrator kita perlu referensi. Itu yang penting banget,” pungkasnya.

(mdk/shr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Terinspirasi dari Jersey Timnas Indonesia Tahun 1982, Ini Penampakan Baju Zirah Skuat Garuda Terbaru

FOTO: Terinspirasi dari Jersey Timnas Indonesia Tahun 1982, Ini Penampakan Baju Zirah Skuat Garuda Terbaru

Menpora Dito memaparkan Jersey Timnas Indonesia terbaru ini disebut terinspirasi dari jersey Timnas Indonesia tahun 1982.

Baca Selengkapnya
Momen Pemain Timnas Indonesia Sandy Walsh Ikut Nyoblos untuk Pertama Kalinya, Serius Pelajari Visi dan Misi Capres

Momen Pemain Timnas Indonesia Sandy Walsh Ikut Nyoblos untuk Pertama Kalinya, Serius Pelajari Visi dan Misi Capres

Pemain keturunan Sandy Walsh pun tak mau ketinggalan untuk menggunakan hak pilihnya setelah resmi jadi WNI pada Desember 2022 lalu.

Baca Selengkapnya
Wafat di Usia 61 Tahun, Intip Perjalanan Karier Polo Srimulat Semasa Hidup

Wafat di Usia 61 Tahun, Intip Perjalanan Karier Polo Srimulat Semasa Hidup

Polo dinyatakan meninggal usai berjuang melawan penyakit paru-paru yang dialaminya itu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pusat Pelatihan PSSI di IKN Selesai Mei 2024, Juni Bisa Dipakai Timnas U-20

Pusat Pelatihan PSSI di IKN Selesai Mei 2024, Juni Bisa Dipakai Timnas U-20

Menurut dia, kehadiran pusat pelatihan tersebut akan mendukung persiapan timnas sepak bola Indonesia.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Iswadi Idris, Mantan Kapten Timnas Indonesia Asal Aceh yang Melegenda

Mengenal Sosok Iswadi Idris, Mantan Kapten Timnas Indonesia Asal Aceh yang Melegenda

Memiliki postur pendek, Iswadi memiliki kelebihan dalam menggiring bola dan mampu jadi pemain yang produktif dalam mencetak gol.

Baca Selengkapnya
Rekam Jejak PSP Padang, Pemainnya Banyak Direkrut Timnas hingga Sering Melawan Klub Eropa

Rekam Jejak PSP Padang, Pemainnya Banyak Direkrut Timnas hingga Sering Melawan Klub Eropa

Salah satu klub sepak bola yang usianya sudah tidak muda lagi ini sempat melahirkan pemain-pemain lokal andalan Timnas Indonesia tahun 1950-an.

Baca Selengkapnya
Jadi Debi di Para Pencari Tuhan Jilid 17, Simak Perjalanan Karier Teuku Rifnu Wikana

Jadi Debi di Para Pencari Tuhan Jilid 17, Simak Perjalanan Karier Teuku Rifnu Wikana

Lebih dekat dengan sosok Teuku Rifnu Wikana, berikut Merdeka rangkum perjalanan kariernya.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Dewi Tjandraningsih, Istri Kakorlantas Polri yang Inspiratif

Mengenal Sosok Dewi Tjandraningsih, Istri Kakorlantas Polri yang Inspiratif

Sosoknya menuai perhatian publik karena kisah inspiratifnya.

Baca Selengkapnya
Detik-Detik Pemain Sepak Bola Tersambar Petir di Stadion Siliwangi, Sepatu Terbakar dan Baju Robek

Detik-Detik Pemain Sepak Bola Tersambar Petir di Stadion Siliwangi, Sepatu Terbakar dan Baju Robek

Korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Sariningsih, namun akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

Baca Selengkapnya