Merdeka.com - Mbah Tris (78) sapaan akrab Sutrisna dan Mbah Ning (68), sapaan akrab dari Hermin Istrianingsih bukan pasangan suami istri biasa. Mereka berdua adalah maestro wayang beber.

Wayang beber sendiri merupakan wayang yang terbuat dari kertas yang dilukiskan per empat episode cerita. Pementasannya berupa pertunjukan gambar yang digelar. Hingga kini, pasutri itu masih aktif berkarya di rumahnya yang berada di Kampung Wonosaren, Jagalan, Solo.

Saat datang ke Solo, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyempatkan mampir ke rumah pasangan maestro itu. Kedua pasangan itu begitu bahagia saat Ganjar datang ke rumahnya.Berikut kisah selengkapnya:

Ganjar Tepati Janji

©jatengprov.go.id

Pada 2018, Mbah Tris dan Mbah Ning mendapat bantuan perbaikan rumah saat Ganjar datang ke rumahnya. Saat itu kondisi rumahnya memprihatinkan. Ganjar saat itu berjanji akan membantu perbaikan dan menyulap rumah itu menjadi sebuah studio.

Kini rumah itu telah selesai direnovasi. Begitu senangnya kedua pasangan itu saat Ganjar mampir ke rumahnya.

“Matur suwun sanget pak, niki sampun sae,” kata Mbah Tris dengan mata berkaca-kaca.

“Alhamdulillah, lha tapi kok kasure ngeten niki? Tak tumbaske seng empuk ya. Masak tidurnya di kursi begini,” ujar Ganjar saat melihat rumah Mbah Tris setelah renovasi.

Seniman Langka

©jatengprov.go.id

Bagi Ganjar, Mbah Tris dan Mbah Ning merupakan seniman langka. Dia berharap, dengan kondisi rumahnya yang terus membaik, pasangan itu bisa terus berkarya. Selain itu, rumah tersebut bisa menjadi tempatnya membagi ilmu untuk generasi saat ini.

“Tentu saja kita kepingin beliau selalu melukis terus. Melukis wayang beber. Ilmunya diteruskan kepada yang lain gitu kan, yang anak-anak muda. Sehingga keterampilan ini, seni ini akan terus saja hidup dan kemudian ngrembaka,” ungkap Ganjar.

Hadiah Buat Ganjar Pranowo

©jatengprov.go.id

Di momen pertemuan itu, Mbah Tris memberikan Ganjar sebuah tulisan yang terinspirasi dari kisah Cindelaras. Menurut Mbah Tris, Ganjar diibaratkan seperti Cindelaras yang bisa menjadi raja tanpa senjata.

“Tadi lukisannya Cindelaras artinya kukuruyuk. Jagonya Cindelaras, rumahnya tengah hutan, peneduhnya daun pisang. Dia nuwun sewu ini cerita menjadi raja linuwih, tidak bawa senjata,” ungkap Mbah Tris.

“Makanya saya pakai pakaian adat tidak membawa keris,” seloroh Ganjar yang membuat Mbah Tris tertawa.