Perjuangan Hidup Warga Jogja di Tengah Pandemi dengan Rumah Pangan Kita
Merdeka.com - Untuk bisa bertahan hidup di tengah pandemi, Sukirman (42) memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan BULOG (Badan Urusan Logistik). Ia mengikuti program yang bernama “Rumah Pangan Kita”.
Dengan mengikuti program itu, Ia menyulap garasi rumahnya menjadi toko sembako. Sukirman juga mengajak tujuh teman lainnya yang tergabung dalam komunitas pengusaha “Jendela Kriya Jogja” untuk mengikuti program tersebut.
Dengan bantuan modal dua juta rupiah per orang, mereka bisa mendirikan delapan toko sembako Rumah Pangan Kita (RPK) yang kini telah tersebar di berbagai penjuru Kota Yogyakarta.
Sebelum pandemi COVID-19 menyerang, Sukirman menjalani profesi sebagai pengusaha batik lukis. Kesibukannya sehari-hari diisi dengan mengelola produksi batik lukis di rumahnya atau menghadiri berbagai pameran baik di dalam maupun luar kota untuk memasarkan produk andalan.
Usaha yang ia geluti sejak tahun 2009 itu telah mendatangkan rezeki berlimpah. Per bulan, rata-rata Ia mendapatkan omzet hingga 178-200 juta rupiah.
“Bahkan sehari pernah sampai dapat 12 juta rupiah, Mas,” ujarnya saat ditemui Merdeka.com, Minggu (18/04).
Namun saat pandemi melanda, Sukirman mulai kesulitan menjual batik lukisnya. Mal-mal di Jogja yang selama ini menjadi tempat Sukirman memasarkan produk mendadak sepi pengunjung. Pemasukan pun tak ada. Karyawannya yang berjumlah 8 orang terpaksa dirumahkan semua.
“Batik lukis yang biasanya kami jual mulai harga 250 ribu-500 ribu rupiah per potong tak ada yang bisa terjual. Akhirnya ya sudah, semua tenaga kerja kita rumahkan semua, dari penjahit sampai pelukis. Padahal kalau tiap mau lebaran seperti ini, satu penjahit paling tidak bisa menghasilkan 25 potong baju per hari. Sekarang sudah tidak ada yang bisa diproduksi,” keluh Sukirman.
Komunitas Pengusaha Jendela Kriya Jogja
Sukirman dan batik lukisnya ©Merdeka.com/Shani Rasyid
Hal inilah yang mendorong Sukirman mengajak teman-temannya untuk tergabung dalam komunitas pengusaha Jendela Kriya Jogja. Di sana mereka bersama-sama berpikir keras bagaimana caranya untuk bisa bertahan hidup di tengah pandemi. Dari pertemuan itu akhirnya diputuskan untuk menjalin kerja sama dengan BULOG untuk mendirikan RPK.
“Waktu itu kami berpikir, di saat krisis seperti ini yang dibutuhkan masyarakat ya hanya sembako. Hanya bertahan hidup saja sudah bagus. Akhirnya ya sudah, kami semua beralih profesi jadi jualan sembako,” ungkap Sukirman.
Dengan modal awal masing-masing dua juta rupiah, toko sembako yang didirikan Sukirman dan kawan-kawan diberi nama “RPK Sedoyo”. RPK ini tersebar di delapan tempat, yakni RPK Sedoyo Karangwaru (rumah Sukirman), RPK Sedoyo Cokrodiningratan, RPK Sedoyo Notoyudan, RPK Sedoyo Kelurahan Bener, RPK Sedoyo Kelurahan Pingit, RPK Sedoyo Jatimulyo, RPK Sedoyo Bangirejo, dan RPK Sedoyo Demakan.
“Margin yang kami peroleh dari berjualan sembako ini sangat kecil, tapi kan dari BULOG harapannya bisa menstabilkan harga pasar di masyarakat. Jadi ketika harga pasar naik turun nggak karuan, tugas kami hanya menstabilkan harga. Itu saja,” tutur Sukirman.
Tentang "Rumah Pangan Kita"
Plh BULOG Kanwil DIY, Sony Supriyadi ©Merdeka.com/Shani Rasyid
Pelaksana Harian (Plh) BULOG Kantor Wilayah (Kanwil) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sony Supriyadi menjelaskan bahwa di wilayah DIY, jumlah RPK sudah mencapai ribuan unit.
Syarat mendirikan RPK-pun dinilai cukup mudah. Dengan modal awal dua juta rupiah, warga yang mengajukan pendirian RPK sudah bisa memperoleh sembako senilai harga tersebut ditambah media promosi seperti spanduk nama, X banner, dan kartu nama.
“Dari jumlah dua juta rupiah itu, mereka bisa melakukan pembelian awal. Kami punya produk sembako seperti gula pasir, beras, minyak, telur, dan daging. Mereka tinggal pilih sendiri,” ungkap Sony saat ditemui di kantornya, Senin (19/04).
Sementara itu saat ditemui Selasa (20/4), Kepala Bidang (Kabid) Komersial BULOG Kanwil DIY, Kurniawan Wishnu Pratomo menjelaskan bahwa pada masa pandemi ini, usaha RPK banyak dipilih karena dirasa cukup efektif mengingat yang dijual adalah produk kebutuhan pokok.
“Untuk teman-teman RPK yang membuka usaha karena ‘masalah PHK’ saat masa pandemi ini memang tidak sepenuhnya dapat dipastikan karena info tersebut hanya diperoleh dari percakapan saja sih,” kata pria yang akrab disapa Iwan itu.
Iwan menjelaskan, fungsi utama pendirian jaringan RPK adalah untuk menjadi mitra BULOG pada level pedagang pengecer untuk menjadi bagian dalam menjalankan tiga pilar utama BULOG yaitu; ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilisasi harga bahan pangan pokok di tengah masyarakat.
Ia menambahkan, melalui jaringan RPK, Perum BULOG berusaha memotong “rantai pasok” kebutuhan pokok sehingga menjadi lebih pendek dan lebih dekat kepada konsumen akhir. Selain itu, adanya RPK ini juga bisa berfungsi meningkatkan pemberdayaan ekonomi kewirausahaan masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan plat merah tersebut.
Menurut Pakar Ketahanan Pangan Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Jangkung H.M., S.P,. M.Ec, keberadaan RPK sebenarnya bisa memberikan sumbangsih besar bagi ketahanan pangan nasional. Terlebih BULOG merupakan operator yang menjalankan program-nya dengan benar. Menurut Jangkung, salah satu hal yang harus dilakukan BULOG dengan program tersebut adalah tidak mengambil untung yang besar.
“Walaupun BULOG untungnya kecil, tapi kan para pelaku-pelaku itu harus mengambil untung juga. Namun apabila dikalikan dengan banyaknya jumlah pelaku usaha yang mengambil program itu (RPK), ya tetap besar juga untungnya BULOG,” kata Jangkung saat ditemui Selasa (20/4).
Jangkung menjelaskan, dengan keuntungan yang kecil itu, tidak ada perbedaan harga yang besar antara harga yang dibayarkan BULOG untuk membeli produk itu dari petani dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir.
Akhirnya apabila perbedaan harga itu tidak terlalu tinggi, manfaat produk dari BULOG yang harganya terjangkau akan dirasakan konsumen. Apalagi BULOG telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) pada setiap produknya yang akan diecer kembali oleh para pelaku RPK.
Saat ditemui Sony juga mengatakan, pihaknya selalu menetapkan HET pada setiap pelaku RPK yang ingin menjual kembali produk dari BULOG kepada konsumen. Dia mencontohkan, beras kualitas medium yang diambil oleh para pelaku RPK dari Gudang BULOG dihargai Rp8.300 per kilogram. Apabila mereka ingin menjualnya kembali, ditetapkan HET seharga Rp9.450 per kilogram.
Namun dalam praktiknya, Sony menemukan bahwa produk-produk yang dijual RPK juga banyak yang bukan berasal dari BULOG. Mengenai hal ini, ia menerangkan bahwa pihaknya memang tidak mewajibkan produk yang dijual RPK semuanya harus diambil dari perusahaan tersebut.
“Untuk produk yang diambil dari BULOG, kita berwenang menetapkan HET-nya. Tapi mereka sebenarnya juga diperbolehkan ambil barang dari tempat lain,” kata Sony.
Geliat RPK di Yogyakarta Selama Pandemi
Rumah Pangan Kita yang dikelola Ayu Lestarini ©Merdeka.com/Shani Rasyid
Saat pandemi COVID-19 merebak, Ayu Lestariani (33) harus meninggalkan sementara pekerjaannya sebagai kontraktor di Bandung dan pulang ke Jogja. Di kampung halamannya itu, ia bergabung dengan Sukirman dan kawan-kawan untuk merintis usaha RPK. Kini, Ia menjadi pengelola RPK Sedoyo Demakan.
Ayu mengungkapkan, pada masa awal pandemi ia memilih membuka RPK untuk menjual kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau kepada masyarakat karena harga sembako di pasar sedang melonjak tinggi.
Setelah harga barang pokok di pasar kembali normal, ia berjualan sembako dari BULOG dengan memanfaatkan pelanggan yang terlanjur setia untuk membeli barang dagangannya. Selain itu, Ia juga punya cara sendiri dalam mendistribusikan sembako dari RPK yang dikelolanya.
“Biasanya pelanggan kami memesan lewat WhatsApp (WA) terlebih dahulu. Setelah itu barang kami antar ke tujuan. Jadi lebih banyak mobile,” kata Ayu, Minggu (18/04).
Geliat RPK untuk Kegiatan Sosial
Nunung Jamilah dan RPK yang ia kelola ©Merdeka.com/Shani Rasyid
Lain halnya dengan Nunung Jamilah Hidayati, pengelola RPK Sedoyo Kelurahan Pingit. Ia menyatakan bahwa keluarganya tidak terlalu merasakan dampak dari pandemi mengingat Ia sudah membuka warung dan berjualan selama lebih dari 10 tahun.
Namun suaminya yang bekerja sebagai karyawan memilih untuk mengambil program RPK karena selama pandemi tempat ia bekerja tutup. Selain itu, ia berharap dengan menjalin kerja sama dengan RPK, warga di kampungnya bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
“Warga sangat senang, sembako kami diburu. Wajar karena harganya jauh di bawah harga pasar dan kami selalu menyesuaikan HET dari BULOG,” kata Nunung saat ditemui Senin (19/04).
Sementara itu Sadiran (50), pengelola RPK Jatimulyo, mengungkapkan kalau RPK yang ia kelola hanya mengambil sembako dari BULOG untuk melayani kegiatan sosial. Oleh karena itu Ia merasa tidak perlu membuka toko RPK karena sembako yang ia beli hanya akan dibagi-bagikan kembali pada warga sekitar dan jemaah masjid.
“Selama pandemi ini kita bagi-bagi sembako ke warga sampai lima periode. Dengan memperoleh harga dari BULOG, paket sembako yang kami bagikan bisa lebih banyak untuk warga dan jemaah,” ungkap Sadiran, Minggu (18/04).
Harapan Sukirman
Rumah Pangan Kita milik Sukirman ©Merdeka.com/Shani Rasyid
Telah mendirikan 8 unit RPK Sedoyo yang aktif beroperasi, Sukirman berencana memperluas ekspansinya hingga menjangkau banyak wilayah di Kota Yogyakarta.
Dengan makin banyaknya RPK yang ia kelola bersama teman-teman di komunitas, Sukirman berharap bisa mengakses Program Keluarga Harapan (PKH) dari Pemkot Jogja dan dinas sosial setempat untuk pengadaan sembako bagi masyarakat miskin.
“Selama ini program itu kan hanya ditunjuk beberapa warung distribusi sehingga timbul antrean. Kalau RPK kami bisa berkontribusi dalam program itu, harapannya antrean warga saat pembagian sembako bisa terurai karena kami memiliki RPK yang banyak,” imbuh Sukirman.
Kebun Sayur Sukirman
Kebun sayur yang dikelola Sukirman ©Merdeka.com/Shani Rasyid
Sukirman tak hanya mengelola RPK saja dalam mengisi rutinitas harian di masa pandemi ini. Hanya berjarak dua blok dari rumahnya, terdapat kebun sayur yang ia kelola bersama warga di kampungnya.
Hasil panen yang diperoleh dari kebun sayur itu tak hanya menjadi sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun bisa juga dijual melalui delapan unit RPK yang ia kelola bersama teman-temannya.
“Saat masa krisis seperti ini, melangkah saja sudah sulit. Tapi tetap harus maju walau harus merangkak. Kalau produk sekunder yang selama ini kami jual belum bisa mencukupi, ya kita harus pandai menyikapi. Kalau kita nggak bisa merespon keadaan, kita malah nggak bisa ngapa-ngapain,” pungkas Sukirman.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bulog Lanjutkan Program Bantuan Pangan Beras untuk Penuhi Kebutuhan Penduduk Indonesia
Keberhasilan Bulog menyalurkan Bantuan Pangan Beras pada tahun 2023 kembali dilanjutkan dengan penyaluran program yang sama untuk tahun 2024.
Baca SelengkapnyaHanya Butuh 2-3 Jam per Hari, Pemuda Sidoarjo Raup Omzet Ratusan Juta per Bulan dari Bisnis Sampingan
Ia memulai bisnisnya saat pandemi ketika pekerjaan utamanya terdampak.
Baca SelengkapnyaDulunya Pengemis dan Suka Mabuk, Pria ini Tobat Kini Bisnis Ikan Cakalang Omsetnya Puluhan Juta Rupiah
Cerita pria dulunya pengemis dan suka mabuk kini berhasil mengubah hidupnya menjadi pribadi lebih baik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Warga Minta Bantuan Modal Usaha, Ganjar: Enggak Boleh, Nanti Dimarahi Bawaslu
Ganjar mengatakan, saat ini ia hanya bisa membantu dengan program
Baca SelengkapnyaPotret Budi Daya Jamur Terbesar di Jatim, Warga Banyuwangi Hasilkan Omzet Ratusan Juta per Bulan
Ratusan warga terlibat dalam usaha budi daya jamur ini.
Baca SelengkapnyaBulog Beri Sinyal Harga Beras Bakal Turun Jelang Lebaran, Ini Faktor Pemicunya
Sejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.
Baca SelengkapnyaSosok Ratna Ani Lestari, Bupati Perempuan Pertama Banyuwangi yang Memutuskan Berhenti dari Dunia Politik
Selama menjadi bupati, ia diterjang cobaan besar akibat melanjutkan program bupati pendahulunya yang bermasalah
Baca SelengkapnyaDirut Bulog Bantah Program Bansos Beras Jadi Pemicu Kenaikan Harga Beras
Mengingat program ini hanya ditujukan kepada 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang terdata di Kementerian Sosial.
Baca SelengkapnyaKeberlanjutan Program Bantuan Pangan, Jokowi Tunggu Sampai Juni: Kita Lihat Ada Anggaran Enggak
Ayu, salah seorang penerima bantuan, mengaku bersyukur atas bantuan pangan yang diberikan pemerintah.
Baca Selengkapnya