Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Peristiwa 17 Februari: Kelahiran Buya Hamka, Ulama Panutan dari Minangkabau

Peristiwa 17 Februari: Kelahiran Buya Hamka, Ulama Panutan dari Minangkabau buya hamka. https://madrasahdigital.co/

Merdeka.com - Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan nama Buya Hamka adalah salah seorang ulama besar di Indonesia. Tak hanya dikenal sebagai ulama, beliau juga merupakan seorang sastrawan, sejarawan, dan politikus yang begitu dihormati.

Sebagai sastrawan, Hamka telah melahirkan karya-karya yang fenomenal seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936), Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1937), dan masih banyak lagi. Melalui karya-karya tersebut, beliau dianggap sebagai salah seorang tokoh yang berpengaruh di dunia sastra Indonesia.

Tepat hari ini 17 Februari, pada 1908 silam, sosok ulama karismatik itu lahir di Sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat. Seperti dikutip dari uinsu.ac.id, Buya Hamka lahir dari kalangan yang taat agama. Ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah adalah seorang tokoh Islam yang pernah mendalami ilmu agama di Mekkah.

Lantas, seperti apa perjalanan hidup Buya Hamka dan sumbangsihnya bagi bangsa Indonesia? Simak ulasannya yang dilansir dari uinsu.ac.id:

Riwayat Pendidikan Buya Hamka

buya hamka

©2020 biografi Buya Hamka

Lahir dari keluarga yang taat agama, menjadikan Buya Hamka sebagai sosok yang tekun mendalami agama Islam. Sejak kecil, beliau sudah menerima dasar-dasar agama dan membaca Alquran dari ayahnya.

Tak hanya mempelajari ilmu agama, beliau juga banyak belajar berbagai bidang ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah, hingga sosiologi yang dipelajari secara otodidak. Pada usia 10 tahun, ayahnya mendirikan sekolah dan perguruan tinggi bernama Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di tempat tersebut, Hamka lebih banyak belajar dan mendalami ilmu bahasa Arab.

Pendidikan yang ditempuh Hamka sebenarnya tidak terlalu tinggi. Pada usia 8-15 tahun, beliau belajar agama di sekolah Diniyah dan Sumatera Thawlib. Beberapa gurunya yang terkenal adalah Syekh Ibrahim Musa Parabek, Zainuddin Labey el-Yunusy, dan Engku Mudo Abdul Hamid.

Menginjak usia remaja, Hamka semakin rajin membaca buku. Bahkan, kegemaran membaca buku ini membuatnya tidak puas dengan pendidikan yang ada. Oleh karena itu, ketika mencapai usia 16 tahun, beliau memutuskan merantau ke Yogyakarta untuk menambah wawasannya. Di Kota Pelajar tersebut, beliau banyak menimba ilmu dengan Ki Bagus Hadikusumo, HOS. Tjokroaminoto, R.M Suryopranoto, dan masih banyak lagi.

Karya-Karya Buya Hamka

kh buya hamka

©blogspot.com

Sumbangsih Buya Hamka bagi bangsa Indonesia tentu sudah tidak bisa diragukan lagi. Banyak sekali karya-karya beliau, baik karya ilmiah maupun sastra, yang hingga saat ini terus dipelajari oleh para penerusnya. Bahkan, buku-bukunya beberapa kali harus dicetak ulang karena minat pembacanya yang sangat tinggi.

Tak hanya dimintai oleh masyarakat Indonesia, tidak sedikit karya-karya Hamka yang terkenal di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Brunai Darusalam, dan Thailand. Beberapa bukunya yang sampai saat ini masih menjadi rujukan di antaranya Tasawuf Modern, Falsafah Hidup, Lembaga Hidup, Tafsir Al-Azhar, hingga Tenggelamnya Kapal van der Wijck.

Tidak bisa dimungkiri bahwa Buya Hamka telah memberi sumbangsih besar bagi bangsa Indonesia. Melalui gagasan dan pemikirannya, beliau banyak menyampaikan mengenai nilai-nilai keislaman yang menyejukkan hati.

Di samping itu, Hamka juga pernah terjun ke dalam politik melalui partai Masyumi, menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah. Hingga akhir hayatnya, tokoh muslim satu ini terus memberikan gagasan dan pemikiran di berbagai bidang ilmu. Hal inilah yang menjadikan sosoknya selalu dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.

Wafatnya Buya Hamka

buya hamka

https://madrasahdigital.co/

Tepat pada bulan Ramadhan tanggal 27 Januari 1964, secara mengejutkan Hamka ditangkap di rumahnya dan dibawa ke Sukabumi untuk ditahan. Hamka dipenjara karena tuduhan melanggar undang-undang Anti Subversif Pempres No.11. Beliau dituduh merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno.

Banyak pihak menganggap, bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar dan hanya sebagai aksi politik semata. Selama 2 tahun 4 bulan, Hamka ditahan oleh rezim Sukarno. Walau begitu, Hamka mengaku sangat bersyukur dengan peristiwa itu, di balik jeruji beliau dapat menyelesaikan kitab tafsir Alquran 30 juz.

Terlepas dari itu, sepanjang hidupnya Buya Hamka berhasil menorehkan tinta emas bagi masyarakat Indonesia. Tak heran, jika beliau mendapatkan berbagai gelar kehormatan, seperti gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar, Mesir dan Doctor Honoris Causa dari Universitas Prof. Moestopo Beragama. Tak hanya itu, ulama panutan ini juga mendapat gelar yang sama dari Universitas Kebangsaan Malaysia.

Pada hari Jumat, 24 Juli 1981 menjadi hari kelabu bagi bangsa Indonesia. Sosok ulama kharismatik itu kembali ke pangkuan oleh Allah SWT. Setelah wafat, pemerintah menyematkan Bintang Mahaputra Utama secara anumerta kepada Hamka. Kemudian sejak 2011, Hamka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

(mdk/jen)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Abdul Karim Amrullah, Ulama Pendiri Sekolah Islam Modern Pertama di Indonesia

Mengenal Abdul Karim Amrullah, Ulama Pendiri Sekolah Islam Modern Pertama di Indonesia

Ayah dari Buya Hamka ini adalah sosok ulama tersohor dan pelopor reformis Islam di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Mengenang Sosok Buya Syakur, Ulama Kharismatik Indramayu yang Wafat di Usia 75 Tahun

Mengenang Sosok Buya Syakur, Ulama Kharismatik Indramayu yang Wafat di Usia 75 Tahun

Pengajiannya diikuti berbagai kalangan dan mudah diakses siapapun di kanal YouTube-nya

Baca Selengkapnya
Ulama Barisan Lauhil Mahfud se-Priangan Timur Bertekad Menangkan Pasangan Ganjar-Mahfud

Ulama Barisan Lauhil Mahfud se-Priangan Timur Bertekad Menangkan Pasangan Ganjar-Mahfud

Indonesia ke depan butuh sosok pemimpin yang memahami problem kebangsaan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
7 Ulama yang Berjasa Besar Sebarkan Ajaran Islam di Sidoarjo, Makamnya Berbaur dengan Warga Biasa

7 Ulama yang Berjasa Besar Sebarkan Ajaran Islam di Sidoarjo, Makamnya Berbaur dengan Warga Biasa

Makam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.

Baca Selengkapnya
Hadiri Milad Panji Gumilang, Ketua MUI Tasikmalaya Diberhentikan

Hadiri Milad Panji Gumilang, Ketua MUI Tasikmalaya Diberhentikan

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat (Jabar) memberhentikan KH Ate Mushodiq sebagai Ketua Umum MUI Kota Tasikmalaya.

Baca Selengkapnya
Dendam karena Digantikan Jadi Imam, Kakek 80 Tahun di Maros Tombak Tetangga dalam Masjid

Dendam karena Digantikan Jadi Imam, Kakek 80 Tahun di Maros Tombak Tetangga dalam Masjid

Seorang pria lansia di Maros, Daeng Supu (80) ditangkap karena menikam imam masjid Desa Baruga bernama M Amir Abbas (54), Rabu (24/1) kemarin.

Baca Selengkapnya
PBNU Tetapkan 1 Ramadan 1445 H Jatuh Pada 12 Maret 2024

PBNU Tetapkan 1 Ramadan 1445 H Jatuh Pada 12 Maret 2024

Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada tanggal 12 Maret 2024

Baca Selengkapnya
Teka-Teki Keberadaan Firli Bahuri Usai 100 Hari Berstatus Tersangka

Teka-Teki Keberadaan Firli Bahuri Usai 100 Hari Berstatus Tersangka

Polri berdalih masih melakukan penguatan berkas perkara sebelum memutuskan penahanan terhadap Firli.

Baca Selengkapnya
Bawaslu: Pemungutan Suara Ulang Tepis Dugaan Pelanggaran Pemilu, Selanjutnya di MK

Bawaslu: Pemungutan Suara Ulang Tepis Dugaan Pelanggaran Pemilu, Selanjutnya di MK

Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Totok Hariyono menyatakan Pemungutan Suara Ulang (PSU) bagian dari upaya mencari kebenaran.

Baca Selengkapnya