Peristiwa 14 Oktober: Kelahiran Jenderal Hoegeng, Polisi Jujur dan Pemberani
Merdeka.com - Hoegeng Imam Santoso atau lebih dikenal dengan Jenderal Hoegeng adalah salah seorang putra terbaik bangsa Indonesia. Tidak hanya disegani di kalangan kepolisian Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 ini juga begitu dicintai oleh masyarakat Indonesia.
Sepanjang hidupnya, pria kelahiran Pekalongan, 14 Oktober 1921 ini, dikenal sebagai polisi yang jujur, tegas, sederhana, dan berani. Demi menjaga integritas sebagai Kapolri, Jenderal Hoegeng rela hidup sederhana dan pas-pasan. Di bawah kepemimpinannya, para pelaku kejahatan tidak berani berkutik.
Sayangnya, karena sikap tegas dan keberaniannya tersebut, justru membuat Hoegeng diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden Soeharto. Tentu saja, pemberhentian Hoegeng ini menyisakan sejumlah tanda tanya besar karena masa jabatannya sebagai Kapolri saat itu belum habis.
Lantas, seperti apa perjalanan Jenderal Hoegeng yang dikenal jujur dan pemberani ini? Simak ulasannya yang merdeka.com rangkum dari Liputan6.com:
Riwayat Pendidikan Jenderal Hoegeng
buku hoegeng/sinar harapan
Sejak kecil, Hoegeng hidup dalam keluarga yang sederhana. Meski begitu, Hoegeng kecil sudah dididik menjadi pribadi yang disiplin dalam berbagai hal. Setelah tamat dari Hollands Inlandsche School (HIS), ia memasuki Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yaitu pendidikan menengah setingkat SMP di Pekalongan.
Setelah lulus MULO, Hoegeng melanjutkan pendidikan ke Algemeene Middlebare School (MS) pendidikan setingkat SMA di Yogyakarta. Kemudian, ia melanjutkan kuliahnya di Recht Hoge School (RHS) di Batavia.
Jenderal Hoegeng Menjadi Kapolri
©2012 Merdeka.com/dok
Jauh sebelum menjabat sebagai Kapolri, Jenderal Hoegeng sudah terkenal akan kejujurannya. Saat bertugas di Medan dengan pangkat Kompol Hoegeng mengobrak-abrik bandar judi. Dia membongkar suap menyuap pada para polisi dan jaksa di Medan yang menjadi antek bandar judi.
Hoegeng tak mempan disuap. Barang-barang mewah pemberian bandar judi dilemparnya keluar jendela. Lebih baik hidup melarat daripada menerima suap atau korupsi. Itu prinsip hidup Hoegeng yang ditirunya dari Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (sekarang Kapolri), menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. Selama menjabat sebagai Kapolri, Hoegeng langsung melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya, pembenahan tersebut terkesan lebih dinamis dan komunikatif.
Selain itu, Jenderal Hoegeng juga dikenal tidak mempan digoda suap dan wanita cantik. Ia pernah dirayu seorang pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa yang terlibat kasus penyelundupan. Wanita itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan ke pengadilan.
Hoegeng memang sangat gencar memerangi penyelundupan. Ia tidak peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua pasti disikatnya.
Wanita ini berusaha mengajak damai Hoegeng. Berbagai hadiah mewah dikirim ke alamat Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah ini langsung dikembalikan oleh Hoegeng. Hal inilah yang kemudian membuat namanya semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Jenderal Hogeng, Sosok Polisi Jujur dan Pemberani
Selama menjabat sebagai Kapolri, ada beberapa kasus yang cukup menyita perhatian masyarakat, salah satunya kasus Sum Kuning. Kasus Sum Kuning sendiri merupakan kasus pemerkosaan terhadap penjual telur, Sumaridjem, yang diduga pelakunya anak-anak petinggi teras di Yogyakarta.
Peristiwa yang terjadi pada 21 September 1970 ini, menjadi pembuktian integritas sosok Kaplori Hoegeng yang berani menyidik kasus tersebut. Pada 1971, ia hampir memasuki tiga tahun masa kerjanya sebagai petinggi kepolisian. Kemudian pada Januari 1971, ia membentuk Tim Pemeriksa Sum Kuning untuk menyelidiki siapa saja yang terlibat dalam pemerkosaan Sumaridjem.
Dalam perkembangannya, Kapolri Hoegeng melaporkan kasus pemerkosaan tersebut kepada Presiden Soeharto, namun, bukannya memberi dukungan, presiden justru meminta agar kasus tersebut diambil alih Tim Pemeriksa Pusat/Kopkamtib. Sejak saat itu, Kapolri Hoegeng kehilangan jejak perkembangan kasus Sum Kuning.
Sayangnya, karier Kapolri Hoegeng tidak bertahan lama. Tak lama setelah investigasi kasus Sum Kuning, pada 2 Oktober 1971, ia dicopot sebagai kapolri dan digantikan oleh M. Hasan. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu bukti bahwa Kapolri Hoegeng selalu berusaha menjadi pengayom bagi warga Indonesia dan berani menghadapi siapa pun.
Pada 14 Juli 2004, sosok yang dikenal sederhana dan jujur itu mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Hoegeng meninggal dalam usianya yang ke 83 tahun karena penyakit stroke dan jantung yang dideritanya. Meski telah tiada, polisi legendaris ini akan selalu dikenang oleh masyarakat Indonesia sebagai salah seorang putra terbaik bangsa.
(mdk/jen)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jenderal Mohamad Hasan, Kapolri Era Soeharto dengan Segudang Prestasi Sampai Lahirnya Petisi 13
Mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia periode Presiden Soeharto ini memiliki sederet prestasi selama memimpin.
Baca SelengkapnyaTak Lagi Pegang Komando Kodam, Jenderal Bintang 2 TNI Bagikan Mujizat Terbesar Nabi Muhammad SAW ke para Prajurit
Jenderal Bintang 2 TNI bagikan mujizat terbesar Nabi Muhammad SAW ke prajurit usai tak lagi pegang komando Kodam.
Baca SelengkapnyaSosok Pensiunan Jenderal Polisi Bergelar Profesor Berkali-kali Dipercaya Jokowi, Terbaru Dipilih untuk Duduki Posisi Penting
Pada tahun 2016 lalu, Jokowi memilih Tito sebagai calon tunggal Kapolri menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Catatan Jenderal Polisi Lulusan Terbaik 91 di Secarik Kertas 'Jadikan Sebagai Ladang Ibadah'
Beri semangat pada anggota, sosok jenderal polisi ini banjir sorotan. Simak selengkapnya.
Baca SelengkapnyaDua Lulusan Terbaik Akmil dengan Pangkat Jenderal Kehormatan, Ada Presiden dan Menteri
Dua tokoh pernah dapat pangkat Jenderal Kehormatan bintang empat.
Baca SelengkapnyaDulu Lulusan Terbaik Akpol 1991, Jenderal Bintang 3 ini Kini jadi Anak Buah Teman 1 Angkatannya
saat Taruna, Ia berhasil menjadi lulusan terbaik Adhi Makayasa di Akademi Kepolisian.
Baca SelengkapnyaAnak Jenderal Bintang Tiga Polisi Basah-basahan Terabas Hujan, Bapaknya Kawan Kapolri
Berani terabas hujan untuk temui rakyat, begini potret anak jenderal polisi saat belusukan menjelang Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang 1 TNI Ini Dipuji Prabowo: Danrem Bogor Pasti Orang Terbaik di Angkatan Darat
Sosok Faisol biasa terlihat mendampingi Jokowi apabila berkegiatan di luar Istana Kepresidenan maupun kunjungan kerja.
Baca SelengkapnyaKontes Fenomenal Polisi Berkumis, Mulai yang Tipis Hingga Tebal Beraksi Depan Jenderal Polisi
Sejumlah anggota berlenggak-lenggok di hadapan jenderal polisi.
Baca Selengkapnya