Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pandemi Covid-19 Kurangi Polusi Udara Sejumlah Negara, Begini di Indonesia

Pandemi Covid-19 Kurangi Polusi Udara Sejumlah Negara, Begini di Indonesia Ilustrasi polusi udara. ©2013 Merdeka.com/Shutterstock/Barnaby Chambers

Merdeka.com - Pandemi virus Corona atau Covid-19 memang memberikan dampak buruk di berbagai sektor. Sektor yang sangat terpengaruh dengan wabah global ini tidak lain adalah sektor ekonomi. Wajar saja, pasalnya sejak virus Corona ditetapkan sebagai pandemi global, berbagai negara mulai menerapkan kebijakan lockdown. Kebijakan ini yang berpengaruh langsung pada lumpuhnya roda perekonomian negara.

Hal ini pun juga dialami oleh Indonesia. Walaupun pemerintah tidak menerapkan kebijakan lockdown, namun aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diambil pemerintah juga berpengaruh pada berhentinya sebagian besar roda ekonomi. Banyak perusahaan-perusahaan besar di Indonesia terpaksa menghentikan aktivitas pekerjaan normalnya di kantor dan mengikuti aturan pemerintah untuk Work From Home.

Walaupun sektor perekonomian kian hari semakin menunjukkan penurunan, namun terdapat sisi positif dibalik kondisi ini. Kebijakan lockdown yang diterapkan beberapa negara ternyata mampu mengurangi tingkat polusi udara di negara-negara tersebut. Bukan hanya itu, kebijakan ini juga mampu membuat langit menjadi lebih biru dan jernih dibandingkan biasanya.

Lalu bagaimana dampak lingkungan yang diberikan oleh kebijakan PSBB di Indonesia. Dirangkum dari Liputan6.com, berikut penjelasan lengkapnya untuk Anda.

Tingkat Nitrogen Dioksida di Eropa dan Amerika Berkurang

perancis corona

AP Photo/Michel Euler

Kebijakan lockdown yang diberlakukan di kota-kota besar Benua Eropa mampu mengurangi tingkat nitrogen dioksida, senyawa yang menjadi penyebab utama masalah pernapasan. Bukan hanya itu, Gambar satelit dari Badan Antariksa Eropa (ESA) juga menunjukkan berkurangnya produk-produk sampingan dan pembakaran bahan fosil yang menyumbangkan polusi penyebab gangguan pernapasan.

Kondisi ini telah terjadi di Paris, Madrid, dan Roma yang telah melakukan lockdown dan membatasi mobilitas warga untuk mencegah penyebaran virus. Hal rupa juga terjadi di seluruh kota Amerika Serikat. Dampak positif ini didapatkan Amerika setelah penerapan lockdown di beberapa wilayah. Buka hanya itu, laju lalu lintas di beberapa kota yang rawan macet juga semakin berkurang.

Emisi Karbon Dioksida di China Menurun

Efek perubahan lingkungan yang positif juga diperoleh negara China selama penerapan lockdown. Seperti dilansir dari Liputan6.com, emisi karbon dioksida di negara penghasil gas rumah kaca terbesar ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Berdasarkan analisis yang diterbitkan dalam Carbon Brief, hal ini terjadi tepatnya di pertengahan februari lalu.

Selain itu, para ilmuwan juga mencatat penurunan senyawa polutan lain yang terjadi di negara tersebut. Dikatakan bahwa senyawa nitrogen dioksida dan beberapa partikel lain penyebab buruknya kualitas udara turut menurun. Ini menjadi hal baik bagi China, sebab sudah bertahun-tahun negara ini berusaha untuk membersihkan udara dari asap-asap yang ditimbulkan dari berbagai aktivitas.

"Dalam hal pergeseran atau perubahan yang benar-benar terjadi dalam semalam, ini sangat dramatis," kata Lauri Myllyvirta, penulis laporan Carbon Brief dan analis utama di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih.

Belum Terjadi di Beberapa Wilayah Indonesia

di hutan kalimantan

AFP PHOTO/Bay Ismoyo

Dalam hal dampak positif bagi lingkungan di tengah virus Corona ini didapatkan Indonesia secara efektif. Berdasarkan pemantauan Greenpeace, terdapat perusahaan atau industri di beberapa wilayah Indonesia yang masih melakukan aktivitasnya seperti biasa. Salah satunya adalah aktivitas pembukaan lahan di hutan Kalimantan dan Papua.

Dalam hal ini, Arie Rompas, Forest Campaigner Team Leader dari Greenpeace Indonesia, mengatakan bahwa penerapan PSBB Indonesia masih belum efektif, sehingga masih terdapat beberapa perusahaan yang menjalankan aktivitasnya secara normal.

"Status pembatasan sosial skala luas yang baru saja di umumkan oleh pemerintah belum maksimal karena beberapa perusahaan masih terus melakukan aktivitas dan kami prihatin bahwa perusahaan ini masih terus mendapatkan keuntungan dari situasi krisis ini," jelas Arie.

Perlindungan hutan ini diharapkan dapat dilakukan bersamaan dengan penanganan COVID-19 agar membantu generasi selanjutnya terhindar dari penyakit-penyakit baru. "Penghancuran keanekaragaman hayati dan habitat alami menciptakan kondisi untuk virus dan penyakit baru seperti COVID-19," ucap Arie.

Kebijakan WFH Perbaiki Kualitas Udara Ibukota

Namun hal berbeda terjadi di wilayah Ibukota. Kebijakan Work From Home atau kerja dari rumah mampu memperbaiki kualitas udara Jakarta. Bukan hanya itu, curah hujan yang turun di kota ini juga turut membantu membersihkan udara dari polusi yang ada."Hujan yang turun di Jabodetabek juga turut membantu tercucinya atmosfer dari polusi," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih.

Berdasarkan pemantauan yang dilakukan di lima Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, perbaikan kualitas udara semakin meningkat. Terutama menurunnya konsentrasi parameter PM 2.5 selama penerapan WFH. WFH. Namun, WFH bukan menjadi faktor tunggal untuk memperbaiki kualitas udara Jakarta.

"Penurunan ini juga konsisten dengan tingkat curah hujan. Ketika curah hujan tinggi, konsentrasi parameter PM 2.5 menunjukkan penurunan dan ketika hari-hari tidak hujan, konsentrasi parameter PM 2.5 sedikit meningkat," kata dia.

Bukan hanya itu, arah angin juga memberikan pengaruh terhadap polutan jenis PM 2.5 tersebut. Di samping itu, arah angin juga berpengaruh pada partikel-partikel debu halus berukuran 25 mikrogram/m.

Polusi Udara Menurun di 10 Hari Ketiga

004 nfi

Liputan6.com/Helmi Fithriansyah

Kemudian mulai dari 10 hari kedua diterapkannya kebijakan sosial dan physical distancing, yaitu, 26 Maret hingga 4 April 2020, polusi di DKI Jakarta semakin menunjukkan penurunan. Dalam hal ini Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), Ahmad Saffrudin, menyatakan bahwa tren polusi diperkirakan akan terus menurun memasuki 10 hari ketiga. Namun hal ini masih terus dalam studi dan pemantauan.

Lebih lanjut Ahmad menjelaskan bahwa asap kendaraan bermotor masih menjadi penyumbang terbesar polusi di Ibu Kota. Berdasarkan penelitian, knalpot mobil atau motor secara normal dapat menyumbangkan 19.350 ton polutan/hari, ini diperkirakan sekitar 47 persen dari total emisi di Jakarta.

"Sepeda motor menjadi penyumbang terbesar, dengan kontribusi 45 persen. Kemudian, bus umum baik dalam maupun antar kota sebanyak 21 persen. Truk 18 persen, dan mobil pribadi bensin 14 persen, diesel dua persen. Bayangkan, kendaraan bermotor sumbangannya sangat besar, sebanyak 47 persen," terangnya.

(mdk/ayi)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19

Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19

Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi

Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi

Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
Daftar Negara Paling Berpolusi di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?

Daftar Negara Paling Berpolusi di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?

Berikut adalah daftar negara dengan polusi udara terparah di dunia.

Baca Selengkapnya
Dunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo

Dunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo

Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.

Baca Selengkapnya
Industri Penerbangan RI Mulai Pulih Usai Terseok-seok Saat Pandemi Covid-19

Industri Penerbangan RI Mulai Pulih Usai Terseok-seok Saat Pandemi Covid-19

Setelah melewati tantangan sejak 2019 hingga 2022 lalu, industri penerbangan nasional mulai menunjukkan momentum bangkit di 2023.

Baca Selengkapnya