Mengenal Komunitas Pojok Warna, Wadahi Pelukis dari Berbagai Aliran di Semarang
Merdeka.com - Terdapat komunitas pelukis unik di Kota Semarang bernama Pojok Warna. Anggotanya adalah para pelukis dari berbagai aliran. Dalam komunitas itu, mereka saling belajar, berkarya, dan bertukar ilmu.
Ketua Komunitas Pojok Warna, Ge Haryanto, mengatakan bahwa komunitas itu baru berdiri pada Juli 2022 lalu.
“Awalnya kami punya grup WhatsApp. Anggotanya ada banyak yang dari Surabaya. Tapi yang niat hanya sedikit, tapi kalau ada kegiatan mereka mau datang,” kata Ge dikutip dari ANTARA pada Minggu (5/2).
Berikut selengkapnya:
Wadahi Pelukis Berbagai Aliran
©Instagram/@ge_art_painting
Ge mengatakan, komunitas yang bermarkas di Jalan KH. Zainuddin Raya, Karangroto, Genuk, Semarang itu punya pelukis dari berbagai aliran yang bergabung. Terkadang mereka berkolaborasi dengan komunitas lain dalam suatu acara.
“Di sini biasanya kita kumpul bareng, bertukar ilmu, atau kadang sket bareng juga. Kalau event yang baru saja kita lakukan adalah di Pasar Bulu Semarang,” kata Ge.
Di balik pembentukannya, ia mengaku ingin mengumpulkan para pelukis asal Kota Semarang yang berbeda-beda, baik dari latar belakang personal maupun tujuan melukis. Ada yang melukis hanya sebagai hobi ada pula yang menjadikannya pekerjaan.
Kurang Perhatian dari Pemerintah
©Instagram/@ge_art_painting
Faktor lain Ge membentuk komunitas Pojok Warna adalah karena ia merasa para seniman di Semarang tidak terlalu diberi fasilitas dan ruang berkarya dari pemerintah.
Selain itu, pemerintah juga dinilai kurang mengapresiasi karya seni buatan asli seniman lokal. Justru apresiasi itu datang dari konsumen luar negeri. Namun rata-rata dari mereka meminta lukisan dalam bentuk Non-Fungible Token (NFT).
“Saya beberapa kali dapat pelanggan dari Eropa. Tapi mereka maunya NFT. Jujur saya tidak paham soal NFT, jadi saya terpaksa menolak padahal pendapatannya sangat besar dari sana,” imbuh Ge.
Harapan dari Seniman untuk Pemerintah
©Instagram/@ge_art_painting
Dari segala persoalan yang harus dihadapi para seniman seni rupa, Ge berharap pemerintah bisa memberi lebih banyak ruang bagi mereka. Bahkan kalau bisa para seniman itu diberu sponsor dan dukungan dana untuk mengadakan pameran.
“Kalau harapan sebetulnya banyak. Tapi tidak yakin akan diwujudkan. Ya setidaknya bisa beri tempat untuk pameran. Lebih bagus lagi kalau dapat sponsor supaya kita bisa menyelenggarakan pameran,” tutup Ge.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Datangi Warga, Polres Kampar Sosialisasi Tahapan Pemilu 2024 dan Ingatkan Jangan Terpancing Hoaks
Warga diminta tidak terpancing berita hoaks dan SARA terkait Pemilu.
Baca SelengkapnyaKenikmatan Pecel Semanggi Surabaya, Berawal dari Kebiasaan Warga Meramban Tanaman di Sekitar Rumah Kini Jadi Warisan Budaya
Kuliner ini punya sejumlah manfaat untuk kesehatan, mulai mencegah diare hingga melancarkan aliran darah
Baca SelengkapnyaPemudik Balik ke Jakarta, Surabaya dan Bandung Masih Padati Enam Stasiun Daop 4, Tertinggi Stasiun Tawang
Jumlah penumpang di Stasiun Tawang rata-rata 8.139 penumpang per hari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Semua Warga Ucap Syukur, Musala Sederhana di Kampung Pemulung Setiap Tarawih Penuh dengan Jemaah
Kendati tak cukup luas, namun antusiasme warganya begitu luar biasa.
Baca SelengkapnyaSerunya Berwisata ke Waduk Sempor, Salah Satu Spot Eksotis di Kebumen
Saat pembangunan waduk terjadi sebuah insiden jebolnya tanggul pembantu yang memakan korban hingga 127 orang.
Baca SelengkapnyaPolresta Pekanbaru Gandeng Diskominfo untuk Sosialisasi Pemilu & Tangkal Hoaks
Masyarakat diimbau untuk selalu mengecek kebenaran informasi sebelum menyebarkannya dan melaporkan hoaks kepada pihak berwenang.
Baca SelengkapnyaMelihat Desa Petani Unik di Jepang, Alamnya Cantik & Ladang Tertata Rapi
Banyak warga lokalnya menggunakan ladang untuk dijadikan sebagai lahan menanam sayur-sayuran.
Baca SelengkapnyaPonpes Saksi Sejarah Dulunya Pos Komando Pertempuran 1945, Didatangi Sosok Penting Bawa 'Kado' Spesial
Potret pondok pesantren di Surabaya, Jawa Timur yang pernah dijadikan markas prajurit Indonesia pada perang 10 November 1945.
Baca SelengkapnyaDitolak Bidan Desa, Ibu di Pelosok Jember Melahirkan di Pinggir Jalan
Perempuan tersebut bernama Kholila (37), warga Desa Jambesari, Kecamatan Sumberbaru yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh perkebunan.
Baca Selengkapnya