Mengenal Getuk Goreng Sokaraja, Kuliner Hasil Kebudayaan Rakyat Banyumas
Merdeka.com - Konon di zaman dulu masyarakat Banyumas tidak menjadikan nasi sebagai makanan pokok. Namun mereka mengonsumsi umbian sebagai makanan sehari-hari. Hal inilah yang dikatakan budayawan Banyumas, Ahmad Tohari.
Dia mengatakan pada zaman dulu, sebelum masyarakat Banyumas mengenal sistem irigasi, kebun-kebun singkong mudah ditemukan di ladang-ladang desa. Berbagai makanan yang dibuat dari bahan olahan singkong bermunculan, salah satunya getuk.
Seiring waktu, makanan gethuk mengalami transformasi. Bahkan di kemudian hari, makanan itu bisa diolah dalam wujud gorengan, hingga terciptalah sebuah makanan ringan bernama “getuk goreng”.
Di kawasan Sokaraja, Banyumas, makanan gethuk goreng memiliki sejarah yang panjang hingga keberadaannya masih eksis hingga sekarang. Seperti apa lika-liku kuliner itu di sana?
Sejarah Kemunculan Gethuk Goreng
©YouTube/BNPB DIY
Dilansir dari Wikipedia, getuk goreng ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang penjual nasi rames bernama Bapak Sapirngad pada tahun 1918. Selain menjual nasi rames, Sapirngad juga menjual getuk sebagai makanan pendamping.
Namun suatu hari, getuk yang ia jual tidak laku dan akibatnya makanan itu basi. Hal ini membuatnya berpikir bagaimana caranya agar getuk yang tidak laku ini masih tetap layak dikonsumsi. Akhirnya dia mencoba menggoreng sisa getuk yang tidak terjual dan ternyata layak dikonsumsi.
Getuk yang sudah ia goreng itu ia jual kembali dan ternyata banyak masyarakat yang menyukainya. Sejak saat itulah makanan getuk goreng diwariskan secara turun-temurun sehingga tetap eksis sampai sekarang.
Bukan Getuk Biasa
©YouTube/BNPB DIY
Terbuat dari bahan dasar singkong, pengolahan getuk goreng sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengolahan getuk biasa. Namun ada perbedaan dari cara meramu dari kedua kuliner itu.
“Kalau getuk basah itu getuk yang ditumbuk, dihaluskan, habis itu tinggal dimakan. Tapi kalau getuk goreng, itu ditambah bumbu-bumbu sedikit. Kalau getuk biasa bumbunya ketela pohon sama gula merah. Tapi kalau untuk getuk goreng, ada spesifikasi tersendiri buat ketela pohonnya. Yang jelas ketelanya harus bagus, dan kandungan airnya tidak banyak,” jelas Trisno Harwoto, produsen Getuk Goreng Sokaraja, dikutip dari kanal YouTube BPNB DIY.
Masih Menggunakan Cara Tradisional
©YouTube/BNPB DIY
Trisno mengatakan, dalam mengolah getuk, dia mengaku masih mempertahankan cara tradisional. Walaupun di zaman sekarang banyak pengusaha getuk yang menghaluskan bahan mentah dengan menggunakan mesin giling, namun dia masih menghaluskan getuk dengan cara ditumbuk dalam sebuah wadah yang terbuat dari kayu.
“Kalau ditumbuk itu kan nanti hasil getuk-nya lembut dan lentur. Kalau diproses pakai gilingan, getuknya memang lembut tapi getas. Selain itu rasanya juga masih alami yaitu rasa gula jawa. Insya Allah dalam waktu seminggu getuk goreng masih enak dimakan. Semakin banyak gulanya Insya Allah semakin awet,” kata Trisno.
Tanggapan Pakar UGM
©YouTube/BNPB DIY
Guru Besar Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Agnes Murdiati M.S mengatakan, di dalam makanan getuk goreng terkandung kalori, protein, karbohidrat, vitamin khususnya vitamin B, dan juga mineral.
Selain itu, Agnes mengatakan berdasarkan studinya getuk goreng di Sokaraja kadar gulanya sudah lebih dari 25 persen sehingga ia bisa juga berfungsi sebagai pengawet.“Jadi pengawetan alami bisa dilakukan dengan gula yang kadarnya agak tinggi, dan juga dengan garam,” kata Agnes dikutip dari kanal YouTube BPNB DIY pada Rabu (23/6).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gorengan Selalu Menggoda untuk Buka Puasa, Akankah Memicu Asam Lambung?
Sebagai alternatif makanan yang diminati di Indonesia, gorengan sering dijadikan pilihan untuk takjil saat berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaBahaya Konsumsi Gorengan untuk Berbuka Puasa bagi Penderita Maag
Gorengan adalah makanan yang jadi favorit banyak orang termasuk untuk berbuka puasa. Sayangnya makanan ini sebaiknya dhindari.
Baca SelengkapnyaMencicipi Soto Bebek Bu Heri Klaten, Kuliner Legendaris Peninggalan Leluhur sejak Tahun 1987
Soto ini sudah diwariskan secara turun-temurun sejak zaman mbah buyut dari generasi saat ini
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mencicipi Bagar Hiu, Makanan Khas Bengkulu Favorit Presiden Soekarno, Terbuat dari Daging Ikan Hiu
Makanan dari Bengkulu ini mungkin tergolong ekstrem, namun pada nyatanya banyak masyarakat yang menyukainya termasuk Presiden Soekarno.
Baca SelengkapnyaGurihnya Menjes Goreng, Makanan Berbahan Dasar Kedelai di Jawa Timur
Menjes umumnya digoreng dengan tepung dan dimakan dengan cabai rawit.
Baca SelengkapnyaSejarah Menarik di Balik Semangkuk Soto Hangat yang Menyegarkan
Daerah yang dikenal dengan beragam varian soto terkenal, seperti soto Betawi, Cirebon, Lamongan, dan soto Madura.
Baca Selengkapnya50 Warga Jember Diduga Keracunan Makanan Takjil, Ada yang Dirawat Beralaskan Tikar
Kepala Desa Mayang Ely Febriyanto mengatakan warganya melakukan bakti sosial dengan membagi-bagikan takjil di tepi jalan secara gratis.
Baca SelengkapnyaKenali Apa Itu Sindrom Nasi Goreng dan Dampaknya pada Kesehatan Tubuh Kita
Sindrom nasi goreng merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk menyebut masalah keracunan makanan. Kenali penyebab dan cara menagtasinya.
Baca SelengkapnyaBlusukan di Pasar Palembang, Ganjar Pranowo Kaget Harga Daging Mahal
Ganjar pun membeli beberapa sayuran untuk dibawa pulang. Sontak itu membuat pedagang antusias melayaninya.
Baca Selengkapnya