Mengenal Compulsive Shopping Disorder dan Gejalanya, Perlu Diperhatikan
Merdeka.com - Harus diakui, belanja merupakan suatu kegiatan yang dapat mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Terlebih ketika Anda membelanjakan sebagian uang dari penghasilan untuk barang-barang yang disukai. Seperti sepatu, tas, baju, aksesoris, hingga gadget.
Bukan hanya berlaku untuk barang yang disukai, berkeliling supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari saja dapat menjadi kesenangan tersendiri. Melihat koleksi barang yang dipajang di toko, memilih dan mengambil, hingga menikmati manfaat dari barang-barang memang terasa menyenangkan.
Namun, perlu diwaspadai jika kebiasaan ini Anda lakukan dengan frekuensi yang sangat sering dan cenderung berlebihan. Bisa jadi, kebiasaan ini membawa Anda pada kondisi Compulsive Shopping Disorder. Compulsive Shooping/Buying Disorder, memang bukan gangguan mental yang berdiri sendiri, melainkan ini termasuk salah satu gejala dari suatu gangguan mental yang diderita.
Banyak peneliti, menyebutkan bahwa kebiasaan belanja secara berlebihan ini bisa masuk dalam beberapa efek gangguan mental seperti gangguan kecanduan, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan pengaturan suasana hati, hingga gangguan kontrol impulsif. Meskipun belum jelas, namun terdapat beberapa tanda yang bisa diperhatikan ketika seseorang mengalami kondisi ini.
Dengan begitu, penting bagi Anda untuk memahami lebih jauh apa itu Compulsive Shopping Disorder, berbagai gejala, dan risikonya. Dilansir dari Verywell Mind, berikut kami merangkum penjelasannya untuk Anda.
Pengertian dan Gejala
Seperti disebutkan sebelumnya, Compulsive Shopping Disorder, bukan merupakan gangguan mental yang berdiri sendiri. Para ahli berasumsi bahwa gangguan ini termasuk salah satu efek dari suatu gangguan mental yang sedang dialami oleh seseorang. Seperti gangguan kecanduan, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan pengaturan suasana hati, hingga gangguan kontrol impulsif.
Orang yang memiliki gangguan belanja kompulsif sering dilanda dorongan yang tak tertahankan dan sangat kuat untuk membeli barang meskipun ada konsekuensi negatifnya. Meskipun belum jelas, namun orang yang memiliki gangguan ini cenderung mengalami gejala sebagai berikut:
Kesulitan menolak pembelian barang yang tidak dibutuhkan. Kesulitan keuangan karena belanja yang tidak terkontrol. Sibuk berbelanja barang-barang yang tidak dibutuhkan. Sering mendapatkan masalah di tempat kerja, sekolah, atau rumah karena belanja yang tidak terkendali karena kebiasaan tersebut. Menghabiskan banyak waktu untuk meneliti barang-barang yang didambakan dan/atau berbelanja barang-barang yang tidak dibutuhkan.Biasanya banyak orang yang berbelanja secara kompulsif, sebagai mekanisme koping untuk menutupi emosi yang sulit seperti stres, kecemasan, dan rendah diri. Meskipun tidak sepenuhnya salah, namun perlu diingat bahwa berbelanja anya memberikan kelegaan sementara, sehingga jika dilakukan secara terus menerus dan berlebihan maka berpotensi mendatangkan berbagai efek buruk bagi kehidupan.
Kemungkinan Risiko
Setelah memahami pengertian umum dan beberapa kemungkinan gejala, berikutnya aka dijelaskan peluang risiko yang dapat terjadi. Berdasarkan penelitian, remaja di awal umur 20-an hingga usia 30 tahun, memiliki risiko lebih besar melakukan kebiasaan ini.
Risiko Compulsive Shopping Disorder ini juga kerap dialami oleh orang dewasa muda yang baru pindah dri rumah dan pertama kali mengatur keuangannya sendiri. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa wanita lebih mungkin didiagnosis dengan gangguan belanja kompulsif daripada pria.
Umumnya, orang yang melakukan kebiasaan berbelanja secara kompulsif ini dikaitkan dengan beberapa gangguan mental, seperti:
Gangguan kecemasan Gangguan makan, termasuk bulimia dan gangguan pesta makan Gangguan kontrol impuls, termasuk perjudian kompulsif, mencabut rambut, dan mencabuti kulit Gangguan mood, terutama depresi berat Gangguan kepribadian, termasuk gangguan kepribadian menghindar, depresif, obsesif-kompulsif, dan ambang Gangguan penggunaan zatCara Mengatasi
Jika Anda memiliki kecenderungan dengan kebiasaan belanja kompulsif, maka penting untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi dan mengendalikan perilaku ini. Dalam hal ini, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan.
Meskipun sederhana, namun beberapa cara ini dapat membantu Anda mengontrol hasrat tak tertahankan untuk belanja dengan menyalurkan ke hal-hal yang lebih positif. Berikut beberapa cara mengatasi Compulsive Shopping Disorder yang bisa Anda lakukan:
Mengembangkan hobi baru untuk meredakan stres dan suasana hati yang buruk. Anda bisa memilih berbagai kegiatan positif yang disukai, seperti memasak, bermain musik, melukis, membereskan rumah, dan lain sebagainya. Buat daftar belanja dan tetapkan prioritas. Cobalah untuk membuat daftar belanja setiap bulan untuk barang-barang yang dibutuhkan. Mungkin sebagian barang ingin Anda beli karena hasrat saja, maka penting untuk melihat kembali dan menyusun daftar belanja berdasarkan prioritas. Ajak seorang teman untuk menemani Anda saat berbelanja ke toko. Mintalah teman Anda untuk sering mengingatkan Anda jika sewaktu-waktu lepas kontrol dan ingin membeli banyak barang. Simpan uang tunai yang terbatas. Jangan ambil banyak uang dari kartu debit Anda. Semakin sedikit uang yang tersedia di dompet, maka semakin mudah pula Anda mengontrol diri untuk membelanjakan uang. (mdk/ayi)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengertian Social Anxiety Disorder, Jenis dan Penyebabnya
Perasaan cemas dan takut ketika menghadapi sesuatu normal terjadi. Namun, harus diperhatikan apabila ketakutan berlanjut.
Baca SelengkapnyaBagaimana Cara Mengenali Apakah Kondisi Kesehatan Mental Kita Sedang Tidak Baik
Mengenali apakah kondisi mental kita tidak sedang baik bisa menjadi cara untuk mencegah masalah menjadi lebih parah.
Baca SelengkapnyaMengenal Erotomania, Delusi Merasa Dicintai Orang Lain Padahal Aslinya Tidak
Kondisi psikologis yang ditandai dengan delusi seseorang yang meyakini bahwa orang lain mencintainya secara diam-diam.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penderita Mental Emotial Disorder di Indonesia Meningkat Signifikan, Apa Itu?
Kepala BKKBN menyebut penderita mental emotional disorder di Indonesia terus meningkat signifikan
Baca SelengkapnyaKebiasaan yang Bisa Mempertajam Daya Ingat, Bisa Cegah Masalah Kognitif
Dengan memasukkan kebiasaan-kebiasaan ini ke dalam rutinitas harian, kita dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan menjaga kejernihan mental.
Baca SelengkapnyaDitanya Begini Jawabnya Begitu, Kenali Penyebab Seseorang Melantur saat Berbicara
Melantur saat berbicara bisa disebabkan oleh kondisi bernama psikosis yang merupakan keadaan mental yang kompleks.
Baca SelengkapnyaKerap Dianggap Gangguan Mental yang Sama, Kenali Perbedaan Antara Borderline Personality Disorder dan Bipolar
Sejumlah gangguan mental kerap dianggap sebagai hal yang sama. Hal ini lah yang kerap terjadi pada Borderline Personality Disorder dan Bipolar.
Baca SelengkapnyaMengenal Ciri-Ciri Depresi Terselubung dan Cara Mengatasinya, Jangan Dibiarkan
Depresi terselubung adalah kondisi ketika seseorang merasa tertekan, tapi tidak menunjukkan gejala atau ciri-ciri seperti orang yang depresi pada umumnya.
Baca SelengkapnyaPsikologi Manusia Menurut Para Ahli, Berikut Penjelasannya
Setiap manusia dilahirkan dengan berbagai jenis kepribadian dan kondisi psikologi yang berbeda-beda.
Baca Selengkapnya