Tewaskan 10 Siswa, Ini 5 Fakta Kegiatan Susur Sungai Pramuka SMP di Turi Sleman
Merdeka.com - Kegiatan susur sungai yang diikuti 257 pelajar SMPN 1 Turi, Sleman berujung petaka. Pada Jumat (21/2) sore, para peserta yang sedang menyusuri Sungai Sempor itu diterjang arus deras dari arah utara.
Ratusan pelajar ini diketahui sedang melaksanakan kegiatan pramuka. Ditemani kakak pembina, yang juga masih pelajar, ratusan pelajar SMP ini nekat menyusuri sungai di tengah cuaca yang tak menentu setelah hujan deras.
Peristiwa ini berakhir nahas, 10 siswi ditemukan meninggal dunia. Berikut adalah 5 fakta kegiatan susur sungai yang diadakan ekstrakulikuler pramuka SMP Negeri 1 Turi.
Belum Hujan Saat Susur Sungai
2020 Merdeka.com
Waktu kegiatan susur sungai dilakukan, kondisi di lokasi kejadian belum hujan. Di lain sisi, hujan sudah turun di bagian lereng Merapi yang berada di sebelah utara lokasi kejadian.
"Cuaca saat kejadian cukup berawan, tapi tidak ada tanda hujan. Aliran sungai juga tidak terlalu deras. Saat kegiatan susur sungai, tiba-tiba air meluap," kata Wahyu Efendi, Kepala Basarnas Yogyakarta dilansir Antaranews.com.
Diselamatkan Pemancing
2020 Merdeka.com
Pada saat peristiwa susur sungai maut itu, Kodir (37) tengah memancing di Sungai Sempor. Pada saat dia belum menaruh alat pancing, ia mendengar teriakan minta tolong dan tangisan. Mendengar itu, Kodir segera turun ke sungai untuk menyelamatkan para siswi yang hanyut itu.
"Saya langsung lari ke bawah. Ternyata ada sekumpulan anak-anak dengan seragam pramuka yang minta tolong. Saya langsung terjun ke sungai," ungkap Kodir dilansir dari Liputan6.com.
Kepala Sekolah Tak Tahu Kegiatan Susur Sungai
2020 Merdeka.com/Purnomo Edi
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Turi, Tutik Nurdiana mengaku tidak tahu ada kegiatan susur sungai dalam acara ekstrakulikuler pramuka tersebut.
"Saya baru menjabat 1,5 bulan sebagai kepala sekolah. Jujur, saya tidak tahu program susur sungai itu," kata Tutik. Tutik juga tidak menyangka bahwa kegiatan susur sungai itu bakal berakhir tragis.
Menurut pemahamannya, para murid sekitar merupakan warga di sekitar Kecamatan Turi dan sudah mengenal Sungai Sempor.
"Kami mohon maaf atas kejadian ini. Mohon doa dan dukungan untuk anak yang ditemukan, yang meninggal semoga khusnul khotimah, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," lanjut Tutik.
Pembina Pramuka Tak Paham Manajemen Risiko
Duka cita atas peristiwa ini berdatangan, salah satunya dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Kepala Pusat Informasi Nasional Gerakan Pramuka, Guritno, menyampaikan rasa bela sungkawa yang mendalam.
Guritno juga mengingatkan tentang kebijakan manajemen risiko dalam kegiatan pramuka. Kakak-kakak mohon selalu mempertimbangkan berbagai hal dan mengutamakan semua peserta kegiatan.
"Hal ini tertuang dalam SK Kwarnas No. 227 Tahun 2007 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Kebijakan Manajemen Risiko dalam Gerakan Pramuka," terang Guritno dilansir dari Liputan6.com.
Guritno menambahkan, peraturan itu dirancang untuk mencegah kerusakan, kerugian, luka atau kehilangan pada gerakan pramuka dan pihak-pihak terkait.
Menyisakan Trauma
2020 Merdeka.com
Kegiatan susur sungai yang berujung maut itu menyisakan trauma bagi keluarga korban. Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Daerah Istimewa Yogyakarta berencana mengirimkan tim trauma healing pada keluarga korban dalam waktu dekat.
Trauma healing tersebut diberikan dengan mendatangi keluarga dari 10 korban meninggal. Kemudian mereka memberi santunan untuk masing-masing keluarga sebanyak Rp 20 juta.
"Ini masih dilakukan pendataan terhadap seluruh keluarga korban. Harapannya dengan santunan ini dapat turut meringankan duka keluarga yang sedang berbela sungkawa," jelas Ketua Program ACT DIY, Kharis Pradana, dilansir dari Liputan6.com.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
13 TPS di Sleman Gelar Pemungutan Suara Ulang dan Lanjutan, Ternyata Ini Penyebabnya
13 tempat pemungutan suara (TPS) di Kabupaten Sleman menjalani pemungutan suara ulang (PSU) dan pemungutan suara lanjutan
Baca SelengkapnyaReuni SMA Setelah 40 Tahun Lulus, Geng Paruh Baya Ini Mendaki Gunung Atap Sumatra Pakai Seragam Sekolah
5 orang ini rayakan 40 tahun kelulusan dengan berdiri di atas Gunung yang memiliki nama yang mirip dengan nama SMA mereka.
Baca SelengkapnyaMengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak
Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Serahkan 205 Sertipikat Tanah di Sleman, Menteri ATR: Harga Tanah Naik 3 Kali Lipat
Efek kenaikan harga tanah disebabkan karena adanya rencana pembangunan fasilitas umum di Kelurahan Sumberarum.
Baca Selengkapnya6 Fakta Aksi Puasa Massal Pekerja Rumah Tangga di Enam Kota, Dorong RUU PPRT Segera Disahkan
Para pekerja rumah tangga melakukan aksi puasa massal mendesak RUU PPRT disahkan. Mereka akan tetap puasa sampai RUU PPRT disahkan menjadi Undang-Undang.
Baca SelengkapnyaMenyusuri Sungai Sarang Buaya, Polisi Cek TPS Rawan Pemilih Ganda
Tak peduli apapun rintangan, hambatan, ujian, cobaan, dan medan yang terjal harus ditempuh untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Baca SelengkapnyaDetik-Detik Dramatis Penyelamatan Siswi SMP di Lampung Disekap dan Diperkosa 10 Remaja
Seorang siswi SMP di Lampung inisial NA, disekap dan diperkosa secara bergilir oleh 10 pria selama tiga hari.
Baca SelengkapnyaKisah Pilu Anak di Surabaya Disiksa Ibu, Dipaksa Minum Air Panas hingga Dicabut Giginya Pakai Tang
Seorang ibu di Surabaya menyiksa anak kandungnya sendiri yang masih berumur 9 tahun secara sadis.
Baca SelengkapnyaSiswi SMP Disekap dan Diperkosa di Lampung, 4 Buronan Dibantu Keluarga Kabur dari Kejaran Polisi
Polisi masih memburu empat buronan penyekap dan pemerkosa siswi SMP inisial NA.
Baca Selengkapnya