Merdeka.com - Para pemuka agama lintas iman di DIY dan Jawa Tengah berkumpul dalam pertemuan Forum R 20 untuk mencari jawaban atas krisis iklim yang terjadi saat ini. Acara tersebut diselenggarakan oleh PWNU DIY dengan penyelenggara utama LAKPESDAM, LPBI, LESBUMI, LTN, dan LKK PWNU DIY. Dalam pertemuan itu, turut disampaikan 9 poin deklarasi sebagai bentuk keprihatinan atas krisis iklim yang terjadi saat ini.

Disampaikan Ketua PBNU, Alissa Wahid, krisis iklim yang saat ini terjadi harus segera ditangani agar tidak semakin parah.

“Kita mendorong lembaga-lembaga di NU untuk bicara tentang hubbulbiah, cinta kepada alam sebagai bagian dari merawat jagad membangun peradaban,” kata Alissa, Minggu (19/2) dalam keterangan resminya yang diterima Merdeka.

Sangat Mendesak

©2023 Merdeka.com

Beberapa kondisi yang saat ini dirasakan manusia atas dampak dari rusaknya alam adalah suhu bumi yang semakin terasa panas, kekeringan panjang, banjir di kota-kota besar, hingga cuaca ekstrem yang terasa di musim penghujan ini.

Ini tentu akan memengaruhi kehidupan manusia sebagai makhluk yang memanfaatkan bumi, sehingga tidak memantik bencana lainnya seperti kekurangan air bersih, hingga hewan-hewan tergusur dari habitatnya. Ini harus menjadi perhatian karena memiliki pengaruh langsung ke sosial ekologis termasuk krisis spiritualisme manusia.

Jadi Tantangan Besar di Abad ke-21

Dalam acara ini, para pemuka agama dan aktivis humanitarian menyepakati bersama untuk berkolaborasi dalam membangun kebersamaan umat, serta kehidupan yang dekat dengan alam.

Mengacu ke banyak agama, nilai spiritualitas turut menekankan relasi baik yang harus terus dirawat oleh manusia, baik antar sesama, dengan tuhannya dan dengan alam sekitar.

Adapun pertemuan Forum R20 itu digelar pada 18-19 Februari 2023 di Hotel University UIN Sunan Kalijaga. Acara hari pertama berupa simposium dan diskusi yang dilanjutkan pentas budaya. Kemudian pada hari kedua, ada kunjungan ke komunitas bantaran sungai Gajah Uwong untuk melihat dan menyaksikan praktik adaptasi atas ancaman bencana yang dilakukan oleh komunitas sekaligus melangsungkan deklarasi bersama pemuka agama terkait krisis iklim.

Sampaikan Deklarasi Gajah Wong

Para pemuka agama dan aktivis humanitarian lantas membacakan deklarasi di atas jembatan Sungai Gajah Wong di Yogyakarta terkait pentingnya kesadaran manusia akan kondisi krisis iklim. Isi deklarasi itu sebagai berikut:

Sebagian bencana yang terjadi disebabkan oleh krisis iklim dan keserakahan mengeruk sumber daya alam.

Tuhan menciptakan bumi baik adanya dan setiap agama dan kepercayaan memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk mengelola dan melestarikannya.

Bumi ini satu. Satu tindakan merusak dapat menimbulkan penderitaan bagi semua, manusia maupun ciptaan lainnya .

Dengan ini kami, pemuka dan umat dari berbagai agama dan kepercayaan menyatakan bahwa:

1. Perubahan iklim yang sangat cepat mengakibatkan bencana alam yang mengancam kehidupan seluruh ciptaan secara luas.

2. Sebagian besar bencana akibat pemanasan global disebabkan oleh tindakan manusia dalam bentuk eksploitasi sumber daya alam, industrialisasi, deforestasi, dan konsumerisme.

3. Krisis iklim bukan hanya sekadar permasalahan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga problem keagamaan karena yang menggerakkan manusia adalah nilai-nilai, termasuk nilai agama.

4. Kita umat beragama dan kepercayaan wajib berikhtiar untuk mengatasi krisis iklim. 

5. Masalah lingkungan ini harus diselesaikan secara kolaboratif melalui jalur-jalur lintas sektoral, baik iman, negara, wilayah, generasi, gender, kelompok, maupun ikatan primordial lain.

6. Pemuka agama dan kepercayaan bertanggung jawab untuk mempelajari isu-isu lingkungan sebagai tanggung jawab spiritual dan menyebarkannya ke masyarakat luas.

7. Pemuka agama dan kepercayaan berkolaborasi menyebarkan semangat persaudaraan yang melintasi agama dan kepercayaan, negara, hingga menuju terbangunnya persaudaraan kosmis yang keseluruhannya diturunkan kembali di tingkat praktis di dalam menyelesaikan krisis Iklim.

8. Gerakan pro lingkungan harus senantiasa kritis serta mendorong negara dan korporasi  untuk mengubah modus pembangunan ekonomi yang berbasis pada ekonomi ekstraktif dan materialisasi alam menuju ekonomi lestari demi terciptanya keadilan lingkungan. 

9. Pemuka agama dan kepercayaan mendorong umat dan terlibat aktif dalam pertobatan ekologis serta mendorong umat agar bersikap kritis terhadap cara-cara yang selama ini berkontribusi pada terciptanya ketidakadilan iklim.

Berikan Penghargaan Ramah Lingkungan

Forum R20 PWNU DIY juga memberikan penghargaan kepada empat pesantren di DIY sebagai pesantren ramah lingkungan yaitu Pesantren Al Imdad, Bantul (Pengelolaan Sampah dan Pelestarian Alam), Pesantren Al Mumtaz, Gunungkidul (Pemberdayaan Masyarakat), Pesantren As Salafiyah Mlangi 2, Sleman (Eco-Pesantren), dan Pesantren ISC Aswaja Lintang Songo,  Bantul (Kemandirian Pesantren melalui Pelestarian Hutan, Pertanian, Perikanan, dan Peternakan).

Kegiatan tersebut didukung juga oleh sejumlah organisasi seperti GUSDURIAN PEDULI,Yakkum Emergency Unit, JAKOMRIS PBI, NU-CARE LAZIZNU, MDMC, GARFA, PARES, Pusat Rehabilitasi YAKKUM, HUMAN INITIATIVE,RUMAH ZAKAT, NAHNU TV, dan Gereja Kristen Jawa.

Kegiatan ini juga dipastikan tidak berhenti setelah kegiatan Forum R20 selama dua hari, melainkan akan terus berlanjut dengan gerakan solidaritas lainnya dengan prinsip mempersatukan dan melestarikan alam lewat aksi kemanusiaan dan penanganan bencana alam.