Kisah Inspiratif Dokter Budi Laksono, Pejuang Pembangunan Jamban Sehat dari Semarang
Dokter Budi Laksono hobi berkeliling desa. Ia melakukan hobinya bukan hanya sekedar healing, melainkan melihat kondisi jamban di tiap rumah yang ia lewati.
Dokter Budi Laksono punya hobi berkeliling desa. Ia melakukan hobi itu tak hanya sekedar healing atau melepas penat, melainkan melihat kondisi jamban di tiap-tiap rumah.
Oleh kebanyakan warga, Dokter Budi Laksono dikenal sebagai dokter jamban. Berdasarkan video yang diunggah kanal YouTube Liputan6, dalam kesempatan itu Dokter Budi meninjau jamban-jamban milik warga di wilayah Tenjo, Bogor, Jawa Barat. Hingga tahun 2018, masih banyak warga Tenjo yang buang air besar di sembarang tempat. Hal itu mereka lakukan karena tidak memiliki jamban di rumah.
-
Kenapa Irwan Hidayat bersyukur dengan tradisi minum jamu? Dirinya bersyukur, di tengah modernisasi saat ini tradisi minum jamu tetap lestari bahkan mendunia, terutama dengan ditetapkannya Budaya Sehat Jamu (Jamu Wellness Culture) sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh UNESCO pada akhir tahun 2023.
-
Apa manfaat jamu untuk kesehatan? Ada banyak manfaat dari mengonsumsi jamu tradisional khas Indonesia karena bahan yang terkandung di dalamnya yang memiliki banyak kandungan bermanfaat. Dengan bahan-bahan alami dari tanaman obat yang memiliki kandungan antioksidan kuat, jamu ini bisa menjadi minuman sehat alternatif.
-
Siapa yang menyatakan pentingnya tradisi minum jamu? Direktur Sido Muncul, Irwan Hidayat mengatakan tradisi minum jamu ini sangat penting, bukan hanya melestarikan warisan nenek moyang tetapi juga memberikan banyak manfaat bagi kesehatan.
-
Bagaimana cara membuat jamu temulawak jati belanda? Bersihkan semua bahan. Potong tipis temulawak, kencur, pandan, serai, dan temu hitam. Masukkan semua bahan ke dalam air dan didihkan selama 5 menit atau sampai aroma harum tercium. Angkat. Saring jamu ke dalam beberapa gelas. Campurkan gula atau madu secukupnya, aduk hingga larut sempurna.
-
Siapa juragan tahu pedas di Jakarta Timur? Mutohar, seorang juragan kuliner tahu pedas di wilayah Jakarta Timur berbagi kisah suksesnya dalam merintis usaha.
-
Apa itu jamu tradisional? Jamu, sebagai minuman herbal tradisional, telah digunakan selama berabad-abad oleh masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
“Dulu masih banyak lapangan kosong atau semak-semak. Biasanya warga buang hajat di sana. Mereka buang hajat di tempat sepi, tidak terlihat oleh banyak orang yang lewat,” kata Iip, salah seorang warga Tenjo, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Sabtu (28/9).
Kondisi inilah yang membuat Dokter Budi Laksono tergerak hatinya untuk membantu menyediakan jamban-jamban praktis bagi desa yang membutuhkan. Salah satu teknologi ciptaannya adalah “jamban amfibi”, sebuah jamban sehat untuk mengatasi permasalahan masyarakat yang tidak memiliki jamban.
Berikut selengkapnya.
Berawal dari KKN
Dokter Budi lahir di Semarang pada 6 Maret 1963. Kepeduliannya terhadap jamban sehat dimulai saat ia menjalani KKN saat masih berkuliah di Universitas Diponegoro. Saat itu ia melihat banyak warga di desa tempatnya KKN di Borobudur tidak memiliki jamban. Ternyata warga itu masih beranggapan bahwa membuat jamban merupakan sesuatu yang sulit. Oleh karena itu, Dokter Budi muda menunjukkan bahwa membuat jamban merupakan sesuatu yang mudah.
“Saat itu kami bersama dengan tim KKN membuat satu jamban saja. Karena waktu itu kami tidak punya uang, jadi kami cukup membuat sampel satu saja,” kata Dokter Budi dikutip dari kanal YouTube Liputan6.
Pentingnya Jamban Keluarga
Pengalamannya saat KKN itu justru menjadi inspirasinya di kemudian hari. Saat sudah menjadi dokter ia ditugaskan di Kabupaten Pekalongan. Saat itu ia melihat banyak warga di sana yang terkena penyakit diare. Ia pun kemudian melakukan penelitian di sana. Ternyata kebanyakan warga di Pekalongan masih menggunakan jamban umum dalam keseharian mereka.
Berdasarkan penelitian yang ia lakukan, Dokter Budi menyimpulkan bahwa penggunaan jamban umum tidak efektif. Dibutuhkan sebuah jamban keluarga yang mudah dan murah bagi warga.
“Jadi dulu satu kampung di sana ada program pengadaan jamban umum. Setelah jadi orang sekampung itu dicatat sudah punya jamban. Padahal jamban umum itu dua sampai tiga minggu sudah rusak semuanya. Sehingga saat itu saya bilang pada warga di sana kalau jamban umum tidak bisa digunakan lagi,” kata Dokter Budi.
Masalah Seluruh Indonesia
Di samping aktivitasnya sebagai pegiat jamban sehat, Dokter Budi Laksono masih menjalani profesinya sebagai dokter di pinggiran Kota Semarang, Jawa Tengah. Ia meyakini bahwa sanitasi yang baik dapat menekan angka penyakit di masyarakat. Hal inilah yang selalu ia sosialisasikan pada para pasiennya. Dengan lingkungan yang bersih dan pola hidup sehat, masyarakat akan terhindar dari berbagai jenis penyakit.
“Saat saya tugas di Pekalongan saya melihat itu problem puskesmas kami. Saat saya melihat hal yang sama di Semarang kami menilai ini problem Jawa Tengah. Ketika kami melihat referensi ternyata ini problem seluruh Indonesia. Waktu itu kami menghitung 36 juta keluarga nggak punya WC, itu tahun 2015,” kata Dokter Budi.
WC For All
Dari fakta itu, Dokter Budi kemudian mencetuskan program bernama “WC For All”. Program itu dimulai dengan pengadaan 5.000 jamban di Semarang. Selain itu, ia juga mengembangkan berbagai inovasi jamban. Di rumahnya terdapat museum jamban yang menampilkan berbagai inovasi jamban untuk berbagai karakteristik wilayah di Indonesia. Tak hanya itu, ia juga mengadakan berbagai pelatihan tentang pembuatan jamban.
“Jamban dari ujung gunung sampai ujung laut kami sudah punya modelnya. Kami juga mengadakan pelatihan bagi para warga dan relawan. Sebenarnya ilmu ini mudah saja diterapkan,” kata Dokter Budi.