Kebutuhan Obat Terapi Covid-19 Melonjak, Pemerintah Tingkatkan Produksi
Merdeka.com - Seiring melonjaknya kasus Covid-19 belakangan ini, kebutuhan obat terapi Covid-19 juga naik tinggi sejak 1 Juni 2021. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, lonjakan tersebut mencapai sekitar 12 kali lipat.
Untuk memenuhi kebutuhan obat terapi Covid-19 tersebut, Menkes Budi meminta kapasitas produksi obat ditingkatkan. Pemerintah sudah melakukan komunikasi dengan Gabungan Pengusaha Farmasi guna menjaga ketersediaan stok obat terapi Covid-19.
“Kami sudah melakukan komunikasi dengan teman-teman di Gabungan Pengusaha Farmasi dan sudah mempersiapkan dengan mengimpor bahan baku obat, memperbesar kapasitas produksi, serta mempersiapkan juga distribusinya,” katanya dalam konfrensi pers virtual, dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan.
Dibutuhkan waktu setidaknya 4 sampai 6 minggu agar kapasitas obat dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan peningkatan obat-obatan sebanyak 12 kali lipat. Menkes pun menargetkan pada awal Agustus mendatang, obat-obatan seperti Azithromycin, Oseltamivir, maupun Favipiravir bisa masuk ke pasar secara lebih signifikan.
Saat ini, ada sekitar 11,4 juta stok secara nasional untuk Azithromycin. Sekitar 20 pabrik pun bakal memproduksi obat tersebut. Meski kapasitas produksi dikatakan mencukupi, namun terdapat hambatan pada distribusinya. Menkes pun telah melakukan koordinasi dengan Gabungan Pengusaha Farmasi untuk memastikan obat satu ini segera tersedia di apotek.
Tak hanya itu, pemerintah juga mengejar agar obat-obat terapi lainnya, seperti Oseltamivir dan Favipiravir yang diproduksi dalam negeri juga ditingkatkan produksinya. Untuk memenuhi kebutuhan akan obat terapi, pemerintah menargetkan kapasitas produksi bisa mencapai 2 sampai 4 juta tablet perhari.
“Kita akan impor juga 9,2 juta dari beberapa negara mulai bulan Agustus, dan ada pabrik baru rencananya yang mulai Agustus juga akan produksi 1 juta Favipiravir setiap hari, dan diharapkan nanti di bulan Agustus kita sudah punya kapasitas produksi dalam negeri antara 2 sampai 4 juta tablet per hari yang bisa memenuhi kebutuhan,” kata Menkes.
Sementara itu, ada tiga jenis obat lainnya yang belum bisa diproduksi dalam negeri karena masih bergantung kepada ekspor. Ketiga obat tersebut adalah Remdesivir, Actemra, dan Gamaras. Menurut Menkes, ketiga obat tersebut juga sedang susah didapatkan karena semua orang membutuhkan obat-obat ini.
Actemra sendiri dikenal sebagai obat-obatan yang terkenal karena kisaran harganya mencapai Rp 50-an sampai ratusan juta. Padahal harga sebenarnya di bawah Rp 10 juta. Tak bisa didapatkan sembarangan, obat-obat tersebut harus diberikan dengan resep dokter.
"Untuk 3 obat seperti Gamaras, Actemra, dan Remdesivir itu harus disuntikkan dan hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Jadi tolong biarkan obat-obatan ini digunakan sesuai dengan prosedur,” tegas Menkes.
Menkes juga menyinggung jika masih banyak didapati masyarakat yang membeli obat-obatan tersebut untuk dijadikan di stok rumah. Padahal, untuk mendapatkan obat-obat tersebut hrus sesuai dengan resep dokter. Resep dokternya pun hanya bisa diberikan pada mereka yang sakit.
“Jadi kami minta tolong agar biarkan obat ini benar-benar dibeli oleh orang yang membutuhkan bukan dibeli untuk kita sebagai stok. Kasihan teman-teman kita yang membutuhkan,” pungkas Menkes.
Reporter: Azizta Laksa Mahardikengrat
(mdk/snw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaKemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaJokowi Pastikan Puskesmas Punya Alat USG Kehamilan, Kesehatan Ibu dan Bayi Terjamin!
Pemerintah telah mendistribusikan alat USG kepada 10 ribu puskesmas di seluruh Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi Kucurkan Bantuan Pangan: Hampir Semua Negara Gagal Panen, Harga Beras Naik
Jokowi selalu menekankan kepada para petani agar meningkatkan produktivitas padi.
Baca SelengkapnyaGudang Penyimpanan Pil Koplo di Semarang Digerebek, 110 Juta Tablet Senilai Triliunan Disita
Keberadaan gudang ini diketahui setelah sebelumnya dilakukan penggerebeken terkait produksi pil koplo di Bekasi.
Baca SelengkapnyaPemerintah Perpanjang Bantuan Sosial Tambahan Hingga Juni
Pemerintah sedang mencari formula terkait kenaikan harga beras di pasaran.
Baca SelengkapnyaMenuju Indonesia Adil Makmur, Anies Janjikan Akses Kesehatan Berkualitas
Peran pemangku kepentingan diperlukan agar tidak menciptakan kebijakan yang saling tumpang tindih.
Baca Selengkapnya