Kawah Lumpur Kesongo Meletus, Ini Penjelasan Pakar Geologi UGM
Merdeka.com - Meletusnya kawah lumpur Kesongo di Blora menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat. Pada nyatanya, letusan kawah itu memang berbahaya. Tercatat belasan kerbau milik warga mati karena terkena letusan lumpur. Empat warga-pun mengalami keracunan.
Salahuddin Husein, Ph.D, dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM mengatakan bahwa munculnya letusan di kawah lumpur Kesongo adalah fenomena yang biasa. Dia menjelaskan kawah lumpur yang disebut sebagai Gunung Lumpur Kesongo itu hanyalah satu dari bagian kompleks Gunung Lumpur Kradenan.
Di sana terdapat gunung lumpur lain seperti Kuwu, Medang, Crewek, Cangkingan, dan Banjar Lor. Sementara itu di sebelah timurnya ada gunung lumpur seperti Denanyar, Gresik, Dawar Blandong, Penganson, Lusi, Porong, Gunung Anyar, Pulungan, serta gunung lumpur yang berada di dasar Selat Madura.
“Gunung lumpur atau mud volcanoes adalah fenomena lazim pada cekungan sedimentasi yang mengalami pengendapan secara cepat pada daerah yang secara tektonik aktif,” kata Salahuddin dikutip dari Ugm.ac.id pada Sabtu (29/8).
Berada di Zona Rembang
©2020 liputan6.com
Rangkaian gunung lumpur yang memanjang di bagian utara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur itu berada di kawasan perbukitan yang diberi nama Zona Rembang. Zona Rembang sendiri terbagi menjadi dua yaitu Zona Perbukitan Rembang Utara dan Zona Perbukitan Rembang Selatan. Di perbukitan ini banyak ditemukan lapisan batu gamping dan patahan anjak.
Kawah lumpur Kesongo sendiri berada di Zona Perbukitan Rembang Selatan. Tekanan gas yang ada di patahan-patahan anjak itu terus bergerak ke atas menuju ke tekanan yang lebih rendah. Pergerakan ini membentuk pipa lumpur yang bila mampu menembus permukaan bumi akan menjadi gunung lumpur.
Oro-oro Kesongo
Salahuddin menjelaskan munculnya lumpur ke permukaan itu menyebabkan kekosongan pada rongga yang semula dilaluinya. Hal inilah yang membuat permukaan tanah di sekitarnya akan amblas dan membentuk depresi melingkar menyerupai kaldera.
“Kawah lumpur Kesongo memiliki depresi amblasan yang paling besar dibandingkan dengan gunung-gunung lumpur yang lain di Kompleks Kradenan. Luasnya mencapai diameter 1,3 km dan menempati area 135 hektar. Aktivitas semburan lumpur menyebabkan tidak ada pepohonan yang tumbuh di sana. Hanya rerumputan dan semak belukar saja yang mendominasi sehingga masyarakat setempat mengenalnya dengan nama Oro-oro Kesongo. Tempat itu mereka gunakan untuk menggembalakan ternak,” ungkap Salahuddin.
Grifon dan Salsa
©Ugm.ac.id
Menurut Salahuddin, dulunya terdapat gunung lumpur di tengah-tengah kaldera itu. Namun kini gunung lumpur itu sudah hilang dan digantikan dengan berbagai kerucut lumpur yang disebut grifon dan genangan lumpur yang disebut salsa. Grifon yang berada di dalam salsa itu letaknya selalu berpindah dari masa ke masa.
“Awalnya grifon berada di sisi barat laut salsa, di mana setelah letusan besar 2009 ukurannya semakin besar. Dari serangkaian citra satelit dalam 20 tahun terakhir, tampak dinamika grifon di dalam salsa tersebut yang mengindikasikan dinamika erupsi lumpur dan diapir di bawahnya,” ungkap Salahuddin dikutip Ugm.ac.id.
Bisa Berulang
Salahuddin memperingatkan kalau fenomena seperti itu bisa berulang di masa yang akan datang. Apalagi, jumlah lumpur di dalamnya masih berlimpah. Dengan kondisi tektonik yang sama, letusan besar berikutnya akan terjadi.
“Yang terpenting adalah mitigasi bencana bisa diterapkan mengingat fenomena gunung lumpur ada kesamaan dengan proses vulkanisme gunung berapi. Yang berbeda hanyalah material dan energinya,” kata Salahuddin.
Upaya Mitigas
©2020 liputan6.com
Sebenarnya, ancaman letusan gunung lumpur Kesongo tidak terlalu besar mengingat letaknya yang berada di kawasan tidak berpenduduk serta memiliki dampak letusan dengan radius yang tidak terlalu besar. Tapi seiring waktu, semakin bertambahnya aktivitas masyarakat di sana seperti petani, peladang, penggembala, dan penambang garam membuat upaya mitigasi menjadi penting.
“Pemerintah dapat mengajak beberapa perusahaan minyak dan gas bumi yang beroperasi di kawasan tersebut untuk mulai membangun sistem mitigasi bencana gunung lumpur karena kedua belah pihak sama-sama berkepentingan. Pemerintah daerah berupaya untuk melindungi warga dan ekonominya, sedangkan perusahaan minyak berupaya untuk mempelajari dinamika lumpur yang berdampak pada keberadaan hidrokarbon di permukaan bumi,” kata Salahuddin dikutip dari Ugm.ac.id pada Sabtu (29/8).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Badan Geologi Pantau Intensif Gunung di Sekitar Gunung Ruang, Deteksi Ada Peningkatan Kegempaan
Letusan eksplosif memunculkan fenomena alam kilatan petir vulkanik
Baca SelengkapnyaHeboh Gundukan bak Gunung Baru Muncul Usai Gempa Bawean Jatim, Ini Penjelasan Ahli
Gundukan yang diduga gunung berapi itu beberapa kali diunggah di media sosial dan diberi nama Bledug Kramesan.
Baca SelengkapnyaGunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, Ratusan Pengungsi Mulai Terserang Penyakit
Kurang lebih 500 warga yang mengungsi di sejumlah posko di Wulanggitang dan Sekolah Dasar Kemiri
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gunung Semeru dan Marapi Erupsi Lagi, Masyarakat Diminta Waspada
Gunung Semeru memuntahkan letusan disertai Awan Panas Guguran (APG) pada Senin (25/12) sekitar pukul 05.12 WIB.
Baca SelengkapnyaSemeru Erupsi Lagi, Begini Sejarah Letusan Gunung Tertinggi di Pulau Jawa
Teramati kolom abu setinggi 800 meter dari puncak gunung dan guguran material ke arah Besuk Kobokan.
Baca SelengkapnyaFOTO: Penampakan Dahsyatnya Letusan Gunung Ruang Sulawesi Utara Diwarnai Sambaran Petir Vulkanik
Gunung Ruang kembali memuntahkan abu vulkanik setinggi 3.000 meter pada Rabu (17/4) malam. Letusan itu memunculkan fenomena alam kilatan petir vulkanik.
Baca SelengkapnyaMenguak Fakta Gunung Kelam, Bongkahan Batu Monolit Terbesar di Dunia yang Ada di Kalbar
Gunung Kelam membentang dari arah barat ke timur dengan ketinggian 1.002 mdpl dan merupakan sebongkah batu raksasa atau monolit
Baca SelengkapnyaGunung Semeru Kembali Erupsi, Ini 4 Fakta di Baliknya
Warga diminta waspada terhadap bencana susulan akibat letusan Semeru.
Baca SelengkapnyaMenilik Desa Sekar Gumiwang yang Berada di Tengah Waduk Gajah Mungkur, Sempat Muncul saat Musim Kemarau
Di musim kemarau tahun 2023 lalu, desa tersebut kembali muncul ke permukaan.
Baca Selengkapnya