Jumlah Kasus Covid-19 Makin Tinggi di Masa New Normal, Menurut Pakar Ini Penyebabnya
Merdeka.com - Kasus positif COVID-19 di Indonesia terus bertambah. Rabu (22/7), ada penambahan sebanyak 1.882 kasus, sehingga totalnya menjadi 91.751 kasus. Jumlah kasus tersebut makin jauh melampaui China sebagai negara yang mendeteksi pertama kali keberadaan virus ini yang jumlahnya 85.921 kasus.
Penambahan kasus ini sangat disayangkan, mengingat Indonesia sudah memasuki fase new normal atau adaptasi kebiasaan baru. Pakar Epidemologi UGM, Bayu Satria Wibawa mengatakan ada beberapa faktor yang membuat kasus Virus Corona atau Covid-19 di Indonesia meningkat pesat.
Mobilitas Masyarakat Meningkat
©2020 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah
Salah satu faktor dari melonjaknya kasus COVID-19 di Indonesia adalah mobilitas masyarakat yang tinggi semenjak pelonggaran di masa new normal. Ditambah, pelonggaran itu tidak diimbangi dengan baiknya pengawasan antar daerah.
Selain itu faktor lainnya adalah semakin gencarnya tes untuk mendeteksi penyebaran kasus baru.
“Ada juga faktor klaster penyebaran baru di banyak daerah dan meningkatnya jumlah kasus yang terdeteksi akibat semakin banyaknya tes dilakukan,” kata Bayu dikutip dari Kagama.co pada Rabu (22/7).
Pemerintah Tidak Beri Contoh yang Baik
©Humas Pemprov Jabar
Lulusan Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM ini juga menyebut pemerintah kerap kali tidak memberi contoh soal disiplin protokol kesehatan dengan baik. Karena itu, masyarakat menggunakan protokol kesehatan versi mereka sendiri-sendiri.
Tak hanya itu, adanya pemahaman masyarakat yang kurang tepat soal adaptasi kebiasaan baru juga menjadi penyebab. Masih banyak masyarakat yang salah memahami kondisi new normal serupa dengan kondisi normal sebelum Virus Corona melanda. Menurut Bayu, hal itu adalah bentuk komunikasi risiko yang kurang baik dari pemerintah.
New Normal Tidak Didesain Baik
©REUTERS/Athit Perawongmetha
Selain itu, penyebab melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia juga karena desain penerapan new normal yang kurang baik. Seperti kurang siapnya fasilitas umum dan usaha bisnis kecil menengah dalam melakukan pembatasan interaksi, seperti pada warung makan, dan angkringan.
Bayu berpendapat, perlu sanksi tegas dari pemerintah untuk pelanggar protokol kesehatan. Selain itu, pembatasan juga harus dilakukan secara ketat, terlebih pada tempat yang penambahan kasusnya sudah tidak terkontrol.
“Masyarakat kerap mencontoh dan meniru apa yang dilakukan oleh pejabat, artis, dan figur publik lainnya dalam melakukan protokol kesehatan,” ungkap Bayu.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
WHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaImbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca Selengkapnya