Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ditemukan Banyak Peninggalan Mataram Kuno, Ini 5 Fakta Siwa Plateau

Ditemukan Banyak Peninggalan Mataram Kuno, Ini 5 Fakta Siwa Plateau Siwa Plateau. ©Kemdikbud.go.id

Merdeka.com - Tak banyak orang yang pernah mendengar istilah Siwa Plateau. Tempat itu mungkin tak seindah Dieng Plateau atau dataran-dataran tinggi lainnya di Pulau Jawa. Tapi tempat itu memiliki peninggalan bersejarah yang cukup banyak.

Dilansir dari Kemdikbud.go.id, Siwa Plateau, atau yang dapat diartikan sebagai Dataran Tinggi Siwa, adalah sebuah nama dari dataran tinggi yang terletak di sebelah tenggara Kompleks Candi Prambanan. Nama itu pertama kali dicetuskan oleh N.J. Krom yang menemukan banyaknya peninggalan agama Hindu di tempat itu, khususnya yang berkaitan dengan pemujaan terhadap Dewa Siwa.

Tak hanya banyak ditemukan peninggalan masa lampau, Siwa Plateau juga menyajikan pemandangan yang indah bagi wisatawan yang datang ke sana. Berikut selengkapnya:

Banyak Terdapat Peninggalan Mataram Kuno

siwa plateau

©Kemdikbud.go.id

Siwa Plateau pada dasarnya merupakan daerah perbukitan yang memiliki ketinggian antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Di sana terdapat banyak situs maupun candi yang merupakan peninggalan zaman Mataram Kuno, tepatnya pada abad ke 8-10 Masehi.

Beberapa candi maupun situs itu antara lain Kraton Ratu Boko, Stupa Sumberwatu, Candi Dawangsari, Candi Barong, Arca Ganesha, Candi Miri, Arca Gupolo, dan Candi Ijo. Pemilihan lokasi pembangunan yang berada di perbukitan diindikasi karena banyak faktor antara lain banyaknya sumber bahan untuk membangun candi, aman dari bahaya bencana, faktor keamanan dari serangan musuh, serta faktor filosofis yang bersifat keagamaan.

Pemukiman Kuno di Atas Bukit

siwa plateau

©Kemdikbud.go.id

Salah satu situs yang terdapat di Dataran Tinggi Siwa adalah Situs Kraton Ratu Boko. Menurut Dra. Wahyu Astuti, M.A. peneliti dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Situs Ratu Boko dulunya merupakan sebuah pemukiman pada masa Mataram Kuno. Untuk membangun pemukiman di sana, para nenek moyang memotong sebuah bukit.

“Batu-batu dari hasil pemotongan bukit itu kemudian digunakan untuk membangun jalan. Selain itu batu-batu itu juga dimanfaatkan untuk beberapa bangunan yang ada di situs Ratu Boko ini,” ungkap Astuti dikutip dari Kemdikbud.go.id.

Kurang Sumber Air

siwa plateau

©Kemdikbud.go.id

Walaupun pemilihan tempat di atas bukit dinilai ideal bagi keberadaan bangunan itu, namun sebenarnya kondisi wilayah di Siwa Plateau sulit untuk ditemukan sumber air. Oleh karena itu, nenek moyang zaman dulu membuat kolam berukuran besar yang digunakan untuk penampungan air dan juga pemandian. Keberadaan kolam tersebut ditemukan di kawasan kompleks Kraton Ratu Boko.

“Karena tempat ini merupakan daerah tandus maka pembuatan kolam-kolam itu sangat dimungkinkan untuk persediaan air. Jadi air hujan itu ditangkap dan tidak dibiarkan mengalir begitu saja. Tapi kolam ini tidak hanya salah satu karena banyak sekali kolam-kolam di sini,” ungkap Dra. Wahyu Astuti, M.A.

Tempat Pemujaan Terhadap para Dewa

siwa plateau

©Kemdikbud.go.id

Di Dataran Tinggi Siwa, terdapat beberapa candi yang menjadi tempat pemujaan terhadap para dewa, dua di antaranya adalah Candi Barong dan Candi Ijo. Dilansir dari Kemdikbud.go.id, Candi Barong digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Sementara itu Candi Ijo merupakan candi yang letaknya paling tinggi di kawasan Siwa Plateau.

“Isi dari bangunan Candi Ijo adalah Lingga Yoni yang ukurannya sangat besar, yang menjadi perwujudan dari Dewa Siwa. Lingga dan Yoni itu merupakan simbol kesuburan. Sementara itu di depannya terdapat Arca Nandi yang ukurannya sangat besar,” ungkap Wahyu Astuti dikutip dari Kemdikbud.go.id.

Ajarkan Soal Toleransi dan Cita Rasa Seni

siwa plateau

©Kemdikbud.go.id

Di Dataran Tinggi Siwa, masing-masing candi maupun situs memiliki karakteristik dan jenis yang beragam. Di sana terdapat candi maupun situs Hindu seperti Candi Barong, Candi Miri, Arca Ganesha, dan Candi Ijo, tapi ada pula situs bercorak Buddha seperti Situs Sumberwatu dan Candi Dawangsari. Keberadaan candi yang berlainan jenis itu mengungkapkan bahwa nilai toleransi telah ditumbuhkan pada zamannya.

Selain itu masing-masing bangunan situs di sana memiliki coraknya masing-masing. Hal ini pulalah yang mengungkapkan soal estetika bangunan di samping nilai-nilai filosofis keagamaan, di mana ragam hias sebagai bagian dari cita rasa seni sudah mendapat tempat yang penting pada zaman tersebut.

(mdk/shr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Fakta Menarik Prasasti Rukam, Berisi tentang Peristiwa Meletusnya Gunung Api di Era Mataram Kuno

Fakta Menarik Prasasti Rukam, Berisi tentang Peristiwa Meletusnya Gunung Api di Era Mataram Kuno

Prasasti ini sering dikaitkan dengan penemuan situs kampung kuno di Liyangan

Baca Selengkapnya
Makam Kuno Berisi Kerangka Manusia Terkubur dengan Pedang 1,2 Meter, Ternyata Sosok Pria Perkasa

Makam Kuno Berisi Kerangka Manusia Terkubur dengan Pedang 1,2 Meter, Ternyata Sosok Pria Perkasa

Menurut para arkeolog, pria ini bukan orang sembarangan, tapi memiliki status sosial tinggi.

Baca Selengkapnya
Arkeolog Temukan Sedotan Tertua di Dunia Berusia 5.500 Tahun, Panjangnya Hampir 1 Meter

Arkeolog Temukan Sedotan Tertua di Dunia Berusia 5.500 Tahun, Panjangnya Hampir 1 Meter

Studi terbaru menemukan, tabung ramping yang terbuat dari emas dan perak yang diciptakan pada Zaman Perunggu menjadi sedotan minuman tertua di dunia.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Arkeolog Temukan Makam Pejabat Mesir Berusia 4.300 Tahun, Ternyata Isinya Gambar Kehidupan Sehari-Hari Mesir Kuno

Arkeolog Temukan Makam Pejabat Mesir Berusia 4.300 Tahun, Ternyata Isinya Gambar Kehidupan Sehari-Hari Mesir Kuno

Arkeolog Temukan Makam Pejabat Mesir Berusia 4.300 Tahun, Isinya Gambar Kehidupan Sehari-Hari Mesir Kuno

Baca Selengkapnya
Punya Jalur Pendakian Terpanjang Kedua di Sumatra, Ini 4 Fakta Gunung Patah Bengkulu

Punya Jalur Pendakian Terpanjang Kedua di Sumatra, Ini 4 Fakta Gunung Patah Bengkulu

Gunung Patah mempunyai medan pendakian yang sulit, tutupan hutan yang rapat akan menghambat perjalanan yang bisa berhari-hari.

Baca Selengkapnya
Kini Tanah Makamnya Dipindahkan ke Bojonegoro, Begini Kisah Perjuangan Raja Jawa Jadi Buruh Batu Bara di Pengasingan

Kini Tanah Makamnya Dipindahkan ke Bojonegoro, Begini Kisah Perjuangan Raja Jawa Jadi Buruh Batu Bara di Pengasingan

Samin Surosentiko dikenal sebagai penentang keras kolonialisme.

Baca Selengkapnya
Arkeolog Temukan Anak Panah Berusia 3.600 Tahun di Gunung, Sosok Pemiliknya Terungkap

Arkeolog Temukan Anak Panah Berusia 3.600 Tahun di Gunung, Sosok Pemiliknya Terungkap

Mata panah terbuat dari kuarsit asli dan masih utuh.

Baca Selengkapnya
Sambil Dampingi Sang Istri Ziarah ke Orangtua, Mayjen Kunto Arief Menunjukkan Tanah Kuburan yang Sudah Dipesan Buat Nanti

Sambil Dampingi Sang Istri Ziarah ke Orangtua, Mayjen Kunto Arief Menunjukkan Tanah Kuburan yang Sudah Dipesan Buat Nanti

Mayjen Kunto Arief Wibowo tunjukkan tanah makam yang sudah 'dipesan' olehnya.

Baca Selengkapnya
Arkeolog Temukan 174 Makam dari Zaman Peperangan China Kuno, Berisi Kereta Kencana dan Kerangka Kuda

Arkeolog Temukan 174 Makam dari Zaman Peperangan China Kuno, Berisi Kereta Kencana dan Kerangka Kuda

Makam ini berasal dari tahun 478 hingga 221 SM, ketika terjadi peperangan antar negara bagian.

Baca Selengkapnya