Dipercaya Bisa Mendatangkan Berkah, Begini Keseruan Tradisi Buka Luwur di Kudus
Merdeka.com - Walaupun masih dini hari, pada Senin (8/8) kompleks Masjid Menara Kudus sudah terlihat ramai. Di sana, para warga tampak mengantre dengan mengenakan pakaian Islami. Tak hanya warga Kudus, mereka datang dari berbagai kota. Di sana, mereka sedang menunggu pembagian “nasi buka luwur” yang diadakan setiap 10 Muharram.
Dilansir dari ANTARA, nasi buka luwur terdiri dari dua jenis, yaitu nasi jangkrik goreng dan uyah asem. Nasi uyah asem meliputi daging kerbau tanpa kuah. Sementara nasi jangkrik goreng dilengkapi kuah tetelan daging kerbau.
Tak hanya sekedar ingin menikmati makanan itu, para warga percaya bahwa nasi buka luwur bisa mendatangkan keberkahan. Lantas bagaimana keseruan mereka memperebutkan makanan itu? Berikut selengkapnya:
Tradisi Turun Temurun
©YouTube/Cerita Muria
Tradisi pembagian nasi buka luwur telah berlangsung sejak lama. Tradisi itu dijalankan sebagai bentuk penghormatan terhadap Sunan Kudus sebagai leluhur sekaligus salah satu penyebar Islam di Tanah Jawa. Selain itu banyak yang percaya makanan itu bisa mendatangkan berkah.
“Ini sudah dipercaya masyarakat luas di Kabupaten Kudus dan bukan mitos semata. Banyak yang sudah membuktikan manfaatnya sebagai salah satu obat. Tetapi semuanya atas izin Alah SWT. Nasi buka luwur ini hanya perantara melalui doa yang dipanjatkan alim ulama,” kata Bupati Kudus Hartopo dikutip dari ANTARA pada Selasa (9/8).
Harapan Warga Kudus
©YouTube/Cerita Muria
Banyak warga yang rela mengantre selama berjam-jam untuk mendapatkan nasi buka luwur. Seila, warga asal Jepara, mengaku rela antre sejak pukul 05.00 agar bisa mendapatkan barokah lancar menghafalkan Al-Qur’an.
Sementara warga lain ada yang berharap mendapat berkah berupa kemudahan memperoleh jodoh. Ada pula yang percaya bahwa nasi itu bisa dijadikan pupuk tanaman dengan cara dikeringkan terlebih dahulu.
Selain itu, pembagian nasi itu juga disimbolkan sebagai kesejahteraan masyarakat. Jika nasi yang dibagikan ke masyarakat itu cukup, maka dipercaya setahun ke depan masyarakat tidak akan kekurangan sandang atau pakaian.
Dilakukan Pemerataan
©YouTube/Cerita Muria
Dalam rangka pemerataan pembagian nasi buka luwur, maka pembagiannya dilakukan di setiap kecamatan. Kebijakan itu digagas pada masa pandemi COVID-19 untuk mengurangi kerumunan.
Juru Bicara Panitia Buka Luwur, Muhammad Kharis mengatakan, kebijakan pembagian nasi buka luwur per kecamatan ini dilakukan sebagai keinginan pengurus Yayasan dan Makam Sunan Kudus untuk tetap menjalin persahabatan dengan pemangku punden maupun belik (sumber air) yang ada di Kudus.
Untuk itu, mereka menyediakan sebanyak 15.000 bungkus nasi buka luwur untuk dibagikan kepada semua pemangku punden maupun belik yang tersebar di sembilan kecamatan di Kudus. Jika ditotal, panitia menyediakan nasi buka luwur sebanyak 30.800 bungkus.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bubur pedas jadi salah satu sajian kuliner yang kerap diburu masyarakat Sumatra Utara ketika Ramadan saat buka puasa.
Baca SelengkapnyaDi Kudus, penjual intip ketan sudah jarang ditemui. Bisa dibilang makanan tradisional ini kini sangat langka.
Baca SelengkapnyaUntuk menyambut Ramadan dan Hari Raya, menjaga kebersihan kulkas agar makanan tetap segar menjadi sangat penting. Berikut adalah tips untuk membersihkannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Merdeka.com merangkum informasi tentang 8 cara ngabuburit yang seru, mulai dari berburu takjil gratis, hingga ikut dalam kajian yang diadakan di masjid-masjid.
Baca SelengkapnyaBodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaZiarah kubur merupakan tradisi yang telah mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim menjelang bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaSalah satu sajian hidangan yang sudah menjadi tradisi ketika Ramadan ini dibuat dengan bumbu-bumbu yang kaya akan rempah dan pastinya menggugah selera.
Baca SelengkapnyaTradisi Nyepuh jadi cara warga di Ciamis untuk menyambut bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaTradisi ini telah menjadi fenomena sosial yang besar di Indonesia, di mana jutaan orang memilih untuk meninggalkan kota.
Baca Selengkapnya