Merdeka.com - Selain memiliki hutan tropis yang masih alami, kawasan Hutan Petungkriyono juga punya kuliner unik, salah satunya adalah Kopi Owa.
Warga Desa Sokokembang, Kecamatan Petungkriyono, mengembangkan usaha Kopi Owa Jawa. Penanaman kopi itu dilakukan langsung di area Hutan Petungkriyono.
Pada zaman Belanda, area hutan Petungkriyono bagian Desa Sokokembang dimanfaatkan sebagai perkebunan kopi. Namun alih-alih melanjutkan membudidayakan kopi, saat Belanda pergi para warga justru memburu Owa Jawa yang dianggap lebih memiliki nilai jual.
Namun seiring waktu mereka sadar bahwa habitat Owa Jawa harus dijaga. Berkat bantuan dari lembaga penelitian dari Yogyakarta, budidaya kopi kembali dihidupkan.
Lantas apa yang membedakan Kopi Owa dibanding kopi lainnya? Berikut selengkapnya:
Dikutip dari kanal YouTube SwaraOwa, kebangkitan kembali Kopi Owa dimulai bersamaan saat konservasi Owa Jawa mulai digalakkan, tepatnya pada tahun 2007. Pada saat itu, perburuan Owa Jawa masih begitu marak.
Tahun 2010, para peneliti muda bersama para penggiat konservasi dari UGM mulai mengembangkan proyek pemberdayaan masyarakat sekitar hutan yang berfokus pada kopi. Pemberian nama “Owa” itu dimaksudkan bahwa selain bernilai ekonomis, penjualan produk kopi itu secara langsung juga turut berperan serta pada pelestarian hewan langka asli Pulau Jawa itu.
Advertisement
Berbeda dengan kebanyakan kopi yang memiliki ladang pertaniannya sendiri, tanaman Kopi Owa dibiarkan tumbuh liar di hutan. Kopi ini tumbuh pada ketinggian 250-900 mdpl dan memiliki empat jenis, yaitu robusta, excelsa, liberika, dan arabika. Dari keempat jenis itu, yang paling banyak ditemui adalah kopi jenis robusta.
Karena tumbuh liar tanpa pupuk dan pestisida, Kopi Owa tergolong kopi organik. Hasil biji kopi dipanen dan diolah secara tradisional oleh masyarakat yang juga turut mempertahankan fungsi hutan sebagai habitat Owa Jawa.
Dikutip dari Wikipedia, produksi Kopi Owa dikelola oleh kelompok konservasi Swara Owa. Sebagian dari keuntungan penjualan kopi ini digunakan untuk kemaslahatan alam dan Owa Jawa. Karena masih dikelola secara tradisional, produksinya pun menjadi terbatas.
Masyarakat dan pihak swasta pun dilarang untuk membuka lahan kebun kopi baru. Meski demikian para pebisnis kopi tertarik untuk mengembangkan kebun kopi baru yang berpotensi mengancam habitat Owa Jawa.
Seiring berkembangnya waktu, keberadaan Kopi Owa ini mulai dikenal luas. Bahkan pada Oktober 2022 lalu, produk Kopi Owa ini merupakan salah satu produk yang dikenalkan di acara Malioboro Coffee Night Festival. Untuk 100 gramnya, kopi ini dijual Rp15.000 untuk robusta dan Rp20.000 untuk arabika.
Advertisement
30 Januari: Peringati Hari Primata Indonesia, Ini Tujuan dan Faktanya
Sekitar 1 Jam yang lalu35 Kata Sindiran Cinta Buat Pasangan, Sederhana tapi Mengena
Sekitar 13 Jam yang laluGejala Infeksi Helicobacter Pylori dan Cara Mengatasinya, Rentan Terjadi pada Anak
Sekitar 15 Jam yang laluPenyebab Uban di Usia Muda, Faktor Genetik hingga Stres
Sekitar 15 Jam yang laluBerada di Ujung Jurang, Ini Potret Perumahan di Semarang yang Hampir Tergerus Longsor
Sekitar 18 Jam yang lalu7 Makanan Unik di Jakarta, Kuliner Lezat Wajib Dicoba
Sekitar 18 Jam yang laluPeta Wisata Banyuwangi Populer, Sajikan Pemandangan Memukau yang Wajib Dikunjungi
Sekitar 20 Jam yang laluContoh Majas Metafora, Karakteristik, dan Fungsinya, Perlu Diketahui
Sekitar 21 Jam yang laluMengenal Motif Batik Kelengan dari Pekalongan, Dipengaruhi Budaya Peranakan Tionghoa
Sekitar 1 Hari yang laluRaih Doktor Teknik Geologi, Peneliti UGM Jelaskan soal Geopark Karangsambung
Sekitar 1 Hari yang laluMenikah Hari Ini, Intip Potret Akad Nikah Kiky Saputri dan Muhammad Khairi
Sekitar 1 Hari yang laluBerusia 174 Tahun dan Belum Pernah Direvitalisasi, Ini Sejarah Gedung Kavaleri Solo
Sekitar 1 Hari yang lalu28 Januari 1547 Wafatnya Henry VIII, Raja Inggris yang Karismatik
Sekitar 2 Hari yang lalu35 Kata-kata Mutiara Kesabaran dari Para Tokoh, Penuh Makna Mendalam
Sekitar 2 Hari yang laluVIDEO: Pengakuan Sopir Audi Penabrak Mahasiswi, Ada Izin Ikut Rombongan Polisi
Sekitar 12 Jam yang laluAudi Tabrak Selvi Amalia Bukan Rombongan Polisi, Penetapan Tersangka Hasil Metode TAA
Sekitar 16 Jam yang laluVIDEO: Kemarahan Ibu Mahasiswa UI, Anak Sudah Tiada Sama Polisi Dijadikan Tersangka
Sekitar 17 Jam yang laluVIDEO: Anggota Berlutut Minta Maaf ke Kapolres Manggarai Barat Hingga Berpelukan
Sekitar 17 Jam yang laluVIDEO: Replik Jaksa Ungkap Kuasa Hukum Bersikeras Pertahankan Kebohongan Ferdy Sambo
Sekitar 9 Jam yang laluVIDEO: Mirip Sambo, Jaksa Nilai Agus Nurpatria Coreng Citra Polri
Sekitar 16 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Kembali Singgung Kasus KM50 di Sidang Tuntutan Hendra Kurniawan
Sekitar 16 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Sebut Pengacara Sambo Gagal Fokus, Ricky & Kuat Pengikut Setia Berdusta
Sekitar 17 Jam yang laluVIDEO: Replik Jaksa Ungkap Kuasa Hukum Bersikeras Pertahankan Kebohongan Ferdy Sambo
Sekitar 9 Jam yang laluVIDEO: Mirip Sambo, Jaksa Nilai Agus Nurpatria Coreng Citra Polri
Sekitar 16 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Kembali Singgung Kasus KM50 di Sidang Tuntutan Hendra Kurniawan
Sekitar 16 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Sebut Pengacara Sambo Gagal Fokus, Ricky & Kuat Pengikut Setia Berdusta
Sekitar 17 Jam yang laluJeritan Prajurit Pangkat Terendah Sadar Diperalat Jenderal
Sekitar 23 Jam yang laluMasa Penahanan Ferdy Sambo Cs Diperpanjang Selama 30 Hari
Sekitar 1 Hari yang laluHal Memberatkan Hendra Kurniawan hingga Dituntut Jaksa 3 Tahun Bui
Sekitar 2 Hari yang laluAntisipasi Penyakit Ngorok, Dinas Pertanian Madina Maksimalkan Penyuntikan Vaksin
Sekitar 4 Hari yang lalu5 Juta Dosis Vaksin IndoVac Sudah Disebar ke Masyarakat, 2 Juta Sudah Disuntikkan
Sekitar 5 Hari yang laluPrediksi BRI Liga 1 PSM Vs RANS: Saatnya Kembali ke Jalur Kemenangan
Sekitar 1 Jam yang lalu5 Fakta Persebaya Pecundangi Madura United: Dominasi di Derbi Suramadu Jilid 16
Sekitar 1 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen NegaraMoch N. Kurniawan
Dosen Ilmu Komunikasi Swiss German University
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami