Merdeka.com - Pada Selasa (16/03/2021) sebuah yoni raksasa ditemukan di sebuah lahan warga di Dusun Culengan, Desa Gondang, Mungkid, Kabupaten Magelang. Benda purbakala itu ditemukan terpendam pada kedalaman sekitar 1,5 meter dalam posisi miring. Sedangkan penutupnya atau lingga ditemukan di dekat kolam ikan di belakang rumah.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, yoni itu memiliki lebar alas 146 x 146 cm, tinggi 130 cm, lebar bagian atas 127 x 127 cm, panjang cerat 64 cm, lebar cerat 39 cm, serta tingginya 45 cm. Setelah dilakukan pengukuran berat, ternyata yoni raksasa itu memiliki berat 5 ton. Lantas seperti apa penyelamatan benda purbakala itu? Berikut selengkapnya:

Yoni yang Unik

©Instagram/@bpcbjateng

Menurut Kepala Sub Kelompok Pengamanan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng Harun Al Rosyid, yoni tersebut memiliki bentuk yang unik karena di bagian cerat atau corongnya terdapat hiasan nandi atau sapi yang berdiri utuh. Yoni itu ditemukan di lahan milik pasangan Wahyanto (83) dan Suprijati (71).

“Saya baru kali ini menemukan cerat yang ada nandi-nya,” ungkap Harun mengutip dari ANTARA.

Penuturan Pemilik Lahan

©Instagram/@bpcbjateng

Suprijati, selaku pemilik lahan tempat ditemukannya yoni mengatakan dulunya tempat itu masih lahan sawah. Pernah suatu ketika, saat dibajak, ujung alat bajak mengenai sebuah batu, namun ketika digali terlihat lebih besar. Namun lama kelamaan keberadaan batu tersebut terpendam dan semakin ambles.

“Dulu pernah ada dari dinas purbakala yang datang ke sini, kemudian dua minggu lalu digali lagi,” kata Suprijati pada Selasa (16/03/2021).

Proses Penyelamatan

©Instagram/@bpcbjateng

Pada Kamis (01/04), pengangkatan terhadap yoni itu dilakukan dengan menggunakan alat berat. Namun karena benda itu berat hingga mencapai 5 ton, alat berat itu kesulitan untuk menyelamatkannya dari dalam tanah. Bahkan berbagai kendala muncul seperti putusnya tali silang berkali-kali.

Namun setelah empat hari, benda itu berhasil dievakuasi pada Minggu (04/04). Atas penemuan benda ini, pihak BPCB Jateng mengaku masih melakukan pengkajian.