Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

8 Fakta Ekuador Kewalahan Hadapi Covid-19, Mayat Telantar hingga Rumah Jenazah Tutup

8 Fakta Ekuador Kewalahan Hadapi Covid-19, Mayat Telantar hingga Rumah Jenazah Tutup Sumber Foto : Str/Marcos Pin/AFP

Merdeka.com - Sampai saat ini seluruh dunia masih dibuat khawatir dengan penyebaran virus corona yang menyebar dengan sangat cepat dan membuat sejumlah negara kesulitan untuk menanganinya.

Salah satu negara yang kewalahan menghadapi pandemi virus corona ini adalah Ekuador. Dilansir dari worldometers, sampai saat ini negara yang berada di Amerika Latin ini memiliki 10.398 kasus positif virus corona, dimana 1.207 sembuh dan 520 meninggal.

Informasi yang dilansir dari Liputan6.com, kondisi di provinsi Guayas lebih buruk dari laporan tersebut karena ribuan orang telah meninggal dunia. Pada Senin (20/4) sudah ada 6.700 orang yang meninggal karena virus ini.

Guayas sendiri adalah kota terbesar di Ekuador. Wilayah tersebut sangat kewalahan karena pihak berwenang tidak dapat menekan angka kematian yang sangat besar.

1. Mayat yang Telantar

ekuador corona

Sumber Foto :Str/Marcos Pin/AFP

Pihak berwenang yang kewalahan untuk menghadapi virus corona mengakibatkan korban meninggal tidak mendapatkan perawatan yang baik. Mayat-mayat yang sebelumnya terinfeksi virus corona tersebut malah bergelimpangan di luar ruangan rumah sakit atau rumah duka.

Mayat tersebut tergeletak dengan terbungkus plastik dengan kondisi yang sudah membengkak dan dikerumuni lalat. Hal ini disaksikan sendiri oleh seorang warga Ekuador yang bernama Rosangelys Valdiviezo. Saat itu dirinya berjalan pulang dari tempatnya bekerja dan mengetahui tetangganya sudah tergeletak kaku di dekat rumahnya.

Valdiviezo mengatakan bahwa mayat tetangganya tersebut sudah tergeletak di luar ruangan dan terkena panas sinar matahari selama 6 hari.

"Saya sangat takut. Aku takut sekarat begitu jauh dari rumah," ungkapnya.

2. Minim Alat Tes Covid-19 dan Sesaknya Rumah Sakit

Informasi yang dilansir dari New York Post, salah satu dokter Ekuador mengungkapkan jika tidak ada alat tes yang cukup. Karena hal tersebut, para dokter akan lebih sulit melakukan identifikasi terhadap orang yang sakit dan mencoba untuk berusaha menghentikan penyebaran virus corona.

Kota terbesar Ekuador sekaligus pusat komersil ini memiliki hampir 3 juta penduduk. Kota tersebut menjadi salah satu pusat persebaran virus corona di Amerika Latin.

Sementara itu ada cukup banyak orang yang meninggal karena virus corona dan beberapa anggota keluarganya mengalami gejala virus corona. Karena hal tersebut mereka segera menuju rumah sakit namun tidak bisa dirawat karena rumah sakit penuh.

"Kami lelah menelepon 911 dan satu-satunya hal yang mereka katakan adalah menunggu, mereka sedang bekerja untuk menyelesaikan ini," ungkap Fernando Espana seperti dikutip dari Liputan6.com.

3. Rumah Jenazah Tutup

Hal ini dialami oleh Merwin Teran (61) salah satu pemilik rumah duka yang mengungkapkan biasanya pekerjanya mengurusi sebanyak 30 jenazah setiap harinya. Namun, awal bulan April lalu, mengalami lonjakan menjadi 149 jenazah yang sedang menunggu untuk dikubur atau dikremasi.

Teran juga mengungkapkan bahwa rumah duka akan ditutup untuk sementara karena dari pihaknya harus mengirim pekerja untuk mengambil jasad tanpa alat perlindungan diri yang memadai. Sedangkan menurut aturan, rumah duka tidak dapat mengambil jasad tanpa keterangan dari dokter tentang penyebab kematiannya.

Tetapi karena banyak dokter yang merawat pasien, maka proses pengambilan jasad tersebut terhambat sehingga menyebabkan penumpukan.

"Baunya sangat menyengat," ungkap Teran.

4. Petugas Militer Angkut Mayat

ekuador corona

Sumber Foto :Enrique ORTIZ/AFPTV/AFP

Semakin banyak mayat yang telantar di jalan-jalan kota Ekuador, membuat pihak militer akhirnya turun tangan untuk mengangkut mayat-mayat tersebut.

Jorge Wated selaku koordinator satuan tugas pemerintah yang ditugaskan untuk mengatasi krisis mengatakan bahwa kegiatan tersebut akan mengangkut sekitar 30 mayat per hari dari jalanan. Namun, kegiatannya tersebut terhambat karena pemberlakuan jam malam di Ekuador.

"Jam malam yang ketat di seluruh kota mempersulit upaya pekerja kamar mayat dan rumah duka untuk memindahkan jenazah," ungkap Wated.

5. Kekurangan Peti Mati

ekuador corona

Sumber Foto :Jose Sanchez/AFP

Jumlah kematian di Ekuador yang meningkat tajam membuat mereka kekurangan peti mati sehingga beberapa jasad diletakkan di kotak kardus. Pihak berwenang di kota pelabuhan Pasifik telah menerima sumbangan 1.000 peti kardus yang berasal dari produsen lokal.

"Ini agar mereka dapat memenuhi permintaan. Tidak ada peti mati di kota atau harganya sangat mahal," ungkap juru bicara balai kota kepada AFP.

Informasi yang dilansir dari The Guardian menyebutkan bahwa peti mati dari kardus tersebut telah didistribusikan kepada keluarga yang anggota keluarganya menjadi korban dan jasadnya tidak mendapat perawatan dengan baik.

6. Peti Mati Dijual dengan Mahal

Karena terjadi kelangkaan peti mati di Ekuador, maka peti mati yang belum digunakan dijual dengan harga yang sangat mahal. Seorang pengusaha bernama Santiago Olivares, yang memiliki rumah duka mengatakan perusahaannya tidak dapat memenuhi permintaan.

"Saya menjual 40 buah yang saya miliki di cabang pusat kota, dan 40 lainnya dari kantor pusat. Saya harus memesan 10 lagi di akhir pekan dan mereka sudah kehabisan stok," kata Olivares kepada AFP.

Apa lagi jam malam yang diberlakukan di kota tersebut mengakibatkan sulitnya mencari bahan baku untuk membuat peti mati seperti kayu dan logam. Sedangkan untuk harga peti mati sekarang mencapai 400 USD atau sekitar Rp 6,4 juta.

7. Narapidana Membuat Peti Mati

Kurangnya persediaan peti mati akhirnya membuat pemerintah Ekuador mengerahkan sekitar 100 narapidana di enam penjara di Ekuador.

Mereka membuat peti mati dari kayu untuk meletakkan jenazah-jenazah korban virus corona tersebut.

8. Permintaan Maaf dari Wapres Ekuador

Ketidakmampuan pihak berwenang dalam menghadapi kasus virus corona ini membuat Wakil Presiden Ekuador Otto Sonnenholzer meminta maaf kepada masyarakat pada awal bulan April lalu.

"Kami telah melihat gambar-gambar yang seharusnya tidak pernah terjadi, dan sebagai pelayan publik saya, saya minta maaf," kata Sonnenholzer.

(mdk/dem)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Daftar 9 Varian yang Mendominasi Kasus Covid-19 Dunia Menurut WHO

Daftar 9 Varian yang Mendominasi Kasus Covid-19 Dunia Menurut WHO

WHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal

Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal

Kemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Cuaca Hujan adalah Turunnya Air dari Awan, Ini Penjelasannya

Cuaca Hujan adalah Turunnya Air dari Awan, Ini Penjelasannya

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi.

Baca Selengkapnya
Satu Keluarga Diduga Alami Keracunan AC Mobil saat Mudik, Ketahui Langkah Antisipasinya Sebelum Perjalanan Jauh

Satu Keluarga Diduga Alami Keracunan AC Mobil saat Mudik, Ketahui Langkah Antisipasinya Sebelum Perjalanan Jauh

Viral satu keluarga pemudik diduga alami keracunan AC mobil hingga sebabkan kematian.

Baca Selengkapnya