5 Macam Hidroponik, Solusi Berkebun di Lahan Sempit yang Menguntungkan
Merdeka.com - Berkebun dapat dikatakan sebagai salah satu hobi yang mampu memberikan berbagai manfaat. Bukan hanya sekedar mengisi waktu luang, berkebun juga dapat menghilangkan rasa penat dari aktivitas keseharian. Lebih dari itu, kegiatan berkebun bisa memberikan kontribusi baik untuk kesehatan lingkungan. Bahkan dengan menanam berbagai macam sayuran atau buah, bisa menjadi bahan makanan untuk konsumsi sehari-hari.
Tentu saja kegiatan ini tidak menjadi masalah bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan dengan lahan yang cukup luas. Namun hal ini akan sulit bagi masyarakat perkotaan yang hanya memiliki lahan sempit dan terbatas. Meskipun begitu, saat ini sudah ada sistem budidaya tanaman yang lebih praktis tanpa membutuhkan lahan luas untuk bercocok tanam. Metode ini dikenal juga dengan istilah hidroponik.
Sesuai dengan namanya, hidroponik merupakan sistem budidaya tanaman yang menggunakan air sebagai media tanamnya. Biasanya sistem ini mengandalkan nutrisi air yang baik untuk tumbuh kembang tanaman. Dengan begitu, berbagai macam jenis sayuran hingga buah dapat ditanam tanpa memerlukan tanah.
Sistem hidroponik sendiri terdiri dari beberapa macam, mulai dari sistem NFT, DFT, sistem sumbu, rakit apung dan dutch bucket. Beberapa macam hidroponik tersebut mempunyai karakteristik dan keunggulannya masing-masing. Bagi yang tertarik, bisa memilih salah satu di antaranya yang disesuaikan dengan kondisi ruang yang dimiliki.
Dilansir dari situs Hiroponik Pedia, berikut kami telah merangkum beberapa macam hidroponik yang bisa Anda gunakan untuk memulai berkebun di rumah.
Sistem NFT
©2020 Merdeka.com/Hidroponikpedia.com
Macam hidroponik yang pertama adalah hidroponik dengan sistem Nutrient Film Technique (NFT). Sistem hidroponik ini dirancang dengan menggunakan aliran nutrisi tipis serupa dengan film. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar nutrisi air dan oksigen tersalurkan secara bersamaan. Tidak heran jika banyak orang yang memilih sistem ini karena mampu menghemat waktu dan tenaga.
Sistem NFT ini dilakukan dengan menggunakan listrik selama 24 jam penuh, untuk galirkan air dan nutrisi ke seluruh tanaman. Air dan nutrisi ini dipompa ke seluruh bagian akar tanaman, kemudian dialirkan menuju tandon, dan dialirkan kembali ke akar tanaman. Dalam hal ini, pompa dan tandon harus disesuaikan dengan jumlah tanaman yang ditanam dalam sistem NFT.
Kelebihan dari sistem NFT ini sendiri dikatakan dapat membuat tanaman tumbuh lebih cepat, tanaman bisa tumbuh seragam karena nutrisi air tercukupi dengan baik dan merata, serta oksigen yang terpenuhi dengan baik semakin menambah pertumbuhan tanaman lebih optimal. Terlebih lagi sistem NFT yang menggunakan instalasi horizontal semakin mempermudah tumbuhan untuk mendapatkan sumber cahaya dengan baik.
Meski begitu, penggunaan aliran listrik untuk pompa air dan nutrisi juga menjadi kelemahan tersendiri. Khususnya saat terjadi pemadaman listrik, maka tumbuhan akan cepat layu terutama di siang hari. Namun hal ini masih diminimalisir dengan rutin melakukan kontrol pada aliran listrik secara rutin.
Sistem DFT
©2020 Merdeka.com/Hidroponikpedia.com
Macam hidroponik selanjutnya juga bisa menggunakan sistem Deep Flow Technique (DFT). Berbeda dengan NFT, sistem DFT lebih mengandalkan metode genangan untuk mengalirkan air dan nutrisi pada setiap tanaman. Genangan ini bertujuan untuk merendam akar tanaman dengan air dan nutrisi sheingga tanaman bisa mendapatkan unsur hara dengan baik.
Genangan air ini biasanya dibuat dengan ketinggian 4 – 5 cm agar tidak terlalu tinggi. Jika genangan air terlalu tinggi, justru bisa membuat akar tanaman mengalami pembusukan dan tumbuh jamur yang mengganggu. Dalam hal ini, kondisi nutrisi air harus sering diperiksa agar tidak terjadi pengendapan yang bisa menyebabkan toksin.
Metode genangan air ini menjadi kelebihan tersendiri dari sistem DFT, yaitu tanaman masih dapat ternutrisi dengan baik meskipun aliran listrik yang digunakan untuk memompa mati. Berbeda dengan NFT yang banyak menggunakan instalasi horizontal, sistem DFT justru banyak menggunakan instalasi vertikal. Dalam hal ini, pembuatan instalasi vertikal harus lebih diperhatikan agar kebutuhan cahaya masing-masing tanaman dapat tercukupi dengan baik.
Sistem Sumbu
©2020 Merdeka.com/Hidroponikpedia.com
Berikutnya, macam hidroponik yang tidak kalah menarik adalah sistem sumbu. Sistem sumbu atau disebut juga dengan wick system ini merupakan metode hidroponik yang paling sederhana. Pasalnya, sistem ini tidak memerlukan instalasi dan listrik untuk melakukan budidaya tanaman. Sistem hidroponik yang satu ini hanya menggunakan kain flanel untuk membantu penyerapan nutrisi pada setiap akar tanaman. Tidak heran jika sistem ini banyak dilakukan pada skala rumahan.
Selain cara pembuatannya yang sederhana, bahan yang digunakan untuk media tanam pun tergolong murah dan mudah didapat. Meskipun begitu, nutrisi air harus secara rutin dilakukan pengadukan dan pergantian. Selain itu, kebutuhan oksigen juga harus diperhatikan, agar pertumbuhan tanaman tidak terhambat.
Rakit Apung
©2020 Merdeka.com/Hidroponikpedia.com
Macam hidroponik berikutnya yang bisa Anda praktikkan adalah hidroponik sistem rakit apung. Tidak jauh berbeda dengan sistem sumbu, rakit apung juga tergolong sistem hidroponik yang sederhana dan mudah diaplikasikan. Sistem rakit apung ini juga cocok dipraktikkan pada skala rumahan, namun bisa juga dibuat dengan skala besar atau industri.
Sama seperti sistem sumbu, rakit apung tidak menggunakan listrik untuk mengalirkan sirkulasi air dan nutrisi pada tanaman. Bahkan sistem rakit apung tidak menggunakan kain flanel, melainkan menggunakan sterofoam dan netpot sehingga akar tanaman dapat menyerap nutrisi air secara langsung. Sehingga di sini, jumlah nutrisi yang diberikan harus disesuaikan dengan pergerakan panjang akar tanaman.
Sistem ini pun dapat dilakukan dengan menggunakan listrik maupun tidak sama sekali. Listrik di sini hanya digunakan sebagai penggerak aerator untuk penambahan oksigen. Sehingga jika sewaktu-waktu listrik padam pertumbuhan tanaman tidak terganggu.
Dutch Bucket
©2020 Merdeka.com/Hidroponikpedia.com
Macam hidroponik yang terakhir adalah dutch bucket. Sistem hidroponik jenis ini biasanya digunakan pada jenis tanaman berakar tunggang. Seperti melon, cabai, paprika, dan tomat. Sistem sutch bucket ini memberikan nutrisi yang dapat diserap langsung oleh akar tanaman. Kemudian sisanya akan dialirkan ke tandon untuk disirkulasikan kembali.
Biasanya sistem hidroponik jenis ini menggunakan media tanam padat untuk tempat berkembangnya akar. Media padat yang sering digunakan adalah arang sekam, cocopeat, coccogrow, hidroton, pecahan batu bata dll. Sistem ini dapat dilakukan dengan menggunakan listrik untuk perawatan yang lebih mudah. Sedangkan untuk mengatur jumlah kebutuhan nutrisi bisa menggunakan timer, agar penyaluran dapat dilakukan secara tepat. Sistem hidroponik ini pun memungkinkan tanaman mendapatkan oksigen dalam jumlah yang terpenuhi dengan baik.
(mdk/ayi)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bisnis sayuran milik Kebun Kita di Kabupaten Riau ini menggunakan metode hidroponik apung yang menghasilkan kualitas yang segar, berkualitas, dan bersih.
Baca SelengkapnyaLarutan nutrisi hidroponik menjadi kunci pertumbuhan tanaman.
Baca SelengkapnyaPenerapan sistem bayar tol tanpa sentuh tersebut dinilai memberikan sejumlah dampak positif bagi Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Hadi Tjahjanto mengungkapkan, ada mekanisme tersendiri untuk menyelesaikan hal itu.
Baca SelengkapnyaKejagung menghentikan penanganan kasus penggelapan uang hasil penggelapan puluhan liter BBM senilai Rp53 juta.
Baca SelengkapnyaPemprov Jateng berjanji hibah itu akan dipelihara dan dimanfaatkan secara optimal
Baca SelengkapnyaMalang betul nasib Muhyani, niat membela diri malah jadi tersangka
Baca SelengkapnyaSatgas dapat memutuskan pencabutan izin usaha tambang dengan rekomendasi yang telah disepakati.
Baca SelengkapnyaTeknik memasak yang berbeda bisa memiliki dampak yang berbeda pada sayuran.
Baca Selengkapnya