5 Fakta Sejarah Kamp Plantungan, Tempat Pembuangan Tapol Gerwani
Merdeka.com - Kamp Plantungan merupakan tempat konsentrasi bagi tahanan politik (tapol) wanita yang pernah atau diduga terlibat dalam gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam catatan sejarah, kamp konsentrasi itu dijuluki “Pulau Buru” nya wanita. Lokasinya berada di Desa Plantungan, Kecamatan Plantungan, Kendal, Jawa Tengah.
Diperkirakan, jumlah tapol wanita yang dikirim ke Kamp Plantungan ada 500 orang. Selain para anggota Gerwani, para tapol yang dikirim ke Kamp Plantungan juga terdiri atas anggota beberapa sayap organisasi PKI lainnya seperti Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), Himpunan Sarjana Indonesia (HIS), dan sebagainya.
Berikut cerita selengkapnya:
Berdirinya Kamp Plantungan
©2014 Merdeka.com/shutterstock/Peter Gudella
Dilansir dari Balairungpress.com, bangunan Kamp Plantungan didirikan pada tahun 1870 oleh pemerintahan Hindia Belanda sebagai rumah sakit militer. Bangunan itu kemudian diubah menjadi lepratorium pada tahun 1929 dan beroperasi hingga tahun 1960.
Setelah dilakukan perbaikan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1969, kamp itu digunakan sebagai penjara anak-anak. Baru kemudian pada Juni 1971, pemerintah Indonesia mengubahnya menjadi pusat rehabilitasi tapol G30S wanita golongan B.
Salah seorang eks tapol kamp Plantungan, Sumilah, mengatakan, sebelum diasingkan ke kamp Plantungan, ia ditahan lebih dulu di Penjara Wirogunan (Yogyakarta) dan Penjara Wanita Bulu (Semarang). Ia ditahan sejak usia 14 tahun hanya karena sering menari “genjer-genjer”.
Pada mulanya, Sumilah adalah korban salah tangkap aparat. Pasalnya yang ingin ditangkap aparat adalah seorang guru SMP yang tinggal di desa lain. Sumilah sendiri baru mengetahui hal tersebut setelah ia enam tahun berada di Plantungan.
Keseharian Tapol di Plantungan
©2013 Merdeka.com/Shutterstock/Dave Allen Photography
Sumilah mengatakan, para tapol di sana dikelompokkan ke dalam beberapa unit kerja seperti kesehatan, pertanian, peternakan, membatik, menjahit, dan kerajinan. Sebelum bekerja di unit masing-masing, mereka harus menyiapkan makanan untuk diri mereka sendiri.
“Ada semacam grup piket untuk memasak di dapur, untuk sayur dan lauknya berasal dari ladang dan peternakan yang dikelola sendiri,” kata Endang, yang dulunya juga menghuni kamp Plantungan, dikutip dari Balairungpress.
Terkena Banjir Bandang
©Balairungpress.com
Pada tahun 1990, terjadi banjir bandang yang memporak-porandakan Kamp Plantungan. Banjir itu menghancurkan sebagian besar bangunan kamp yang terletak di bawah dekat bibir sungai. Setelah banjir itu, sebenarnya beberapa bangunan yang ada di seberang sungai masih tersisa beberapa buah.
Akan tetapi karena satu dan lain hal, bangunan itu dimusnahkan. Sedangkan bangunan lain yang masih tersisa tetap dimanfaatkan sebagai Tahanan Anak Negara.
Jadi Tempat Wisata
©Balairungpress.com
Pada tahun 2000, pemerintah mengalihfungsikan kawasan tersebut jadi tempat wisata. Dengan kondisi tenang nan asri, tempat itu sering dikunjungi wisatawan. Kini warga setempat lebih mengenal tempat itu dengan sebutan Bumi Perkemahan Jodipati Plantungan. Di utara tempat itu, ada kolam renang kecil dan area untuk berendam air hangat.
“Diubah seperti ini agar kesannya tidak pernah terjadi apa-apa,” kata Kadmi, salah seorang bekas penghuni kamp itu. Ia mengatakan, pemerintah berupaya menyembunyikan sejarah penyiksaan yang terjadi di negeri ini. Buatnya, hal itu terlihat dari cara pemerintah mengalihfungsikan kawasan yang dulunya menjadi tempat penahanan tapol.
Kenangan Pahit
©Balairungpress.com
Pada 19 November 1979, Sumilah bersama 274 tapol lainnya dibebaskan dari Kamp Plantungan. Mereka diberangkatkan dengan bus dan dibubarkan secara resmi di Alun-Alun Kota Semarang.
Selama hidupnya, Sumilah mengaku tak pernah menceritakan kisahnya selama di Plantungan pada ibu dan ayahnya, bahkan sampai mereka meninggal dunia. Ia tidak ingin membuat orang tuanya terbebani dengan kisah kelamnya.
“Berbeda dengan anak saya. Ia mendengarkan semua cerita saya karena ia perlu mengerti apa yang sebenarnya terjadi,” kata Sumilah dikutip Merdeka.com dari Balairungpress.com pada Rabu (29/9).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut potret Jenderal Polisi turun gunung untuk mengatur lalu lintas mudik.
Baca SelengkapnyaMegawati dan Prabowo sempat menjalin kemitraan politik pada Pilpres 2009.
Baca SelengkapnyaPrabowo mendapat dukungan buruh tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Selain dari partai politik (parpol), juga ada gugatan perseorangan dari caleg.
Baca SelengkapnyaSeiring perkembangan politik kenegaraan/kekuasaan pada zaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger mengalami perubahan.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto mengajak masyarakat Minahasa untuk membantu memenangkan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaPolres Malang langsung menggelar olah TKP di lokasi kejadian untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Baca SelengkapnyaMomen lucu terjadi saat Prabowo temui pekerja konstruksi di kawasan ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca SelengkapnyaArgumen kedua Ganjar yang didukung Prabowo adalah soal menata peran institusi pertahanan dan keamanan.
Baca Selengkapnya