4 Fakta Bumbung Selikur, Tradisi Warga Gunung Kidul Sambut Lailatul Qodar
Merdeka.com - Malam Lailatul Qodar adalah malam yang penuh berkah. Di dalamnya terdapat banyak keutamaan. Oleh karena itulah, umat muslim begitu antusias menyambut kedatangan malam ini.Berbagai tradisi di Indonesia dilakukan untuk menyambut Lailatul Qodar.
Kraton Surakarta dan Yogyakarta memiliki tradisi “Malem Selikuran”. Sementara itu Kraton Kasepuhan Cirebon punya tradisi Jamasan Gerbong Maleman untuk menyambut kedatangan malam itu.
Namun, tak mau kalah dengan mereka, warga Gunung Kidul punya caranya sendiri dalam menyambut Lailatul Qodar. Mereka punya tradisi yang dinamakan 'Bumbung Selikur'. Dalam tradisi ini, mereka menggelar kenduri dan menyalakan petasan bambu sebagai tanda dimulainya sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Berikut selengkapnya:
Dimainkan Sembari Menunggu Waktu Berbuka
©2018 Merdeka.com/Purnomo Edi
Dilansir dari Merdeka.com, Bumbung Selikur merupakan tradisi milik masyarakat Dusun Beji dan Dusun Belok, Desa Beji, Kecamatan Patuk, Gunungkidul. Ketika tradisi ini akan berlangsung, puluhan warga dari kedua dusun itu berkumpul di Joglo Wulenpari yang dibangun di tengah area persawahan. Mereka membawa nasi ingkung dan nasi uduk untuk berbuka puasa.
Sembari menunggu waktu berbuka, puluhan remaja dan orang dewasa mempersiapkan long bumbung di pinggir Sungai Oya. Long bumbung merupakan senjata yang terbuat dari bambu sepanjang satu meter dan di belakangnya dipasang sumbu.
Suara Long Bumbung Menggelegar
©Dolanindonesia.co.id
Ketika long bumbung dinyalakan, suaranya keras menggelegar. Suara itu disambut oleh teriakan dan suara tawa dari warga. Sesekali ada suara mengejek keluar karena long bumbung gagal meledak.
Dilansir dari Merdeka.com, permainan ini baru berhenti saat azan Magrib berkumandang. Kemudian para warga berkumpul dan duduk melingkar di pendopo Joglo Wulenpari. Di sana mereka berdo’a bersama dan berbuka puasa dengan menyantap nasi uduk dan nasi ingkung.
Tradisi Sambut Malam Lailatul Qodar
©Wikipedia.org
Kepala Desa Beji, Edi Sutrisno, mengatakan tradisi Bumbung Selikur ini merupakan tradisi turun temurun di daerahnya. Tradisi ini rutin digelar untuk menyambut sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan yang di dalamnya terdapat Malam Lailatul Qodar.
“Tradisi ini sebagai penanda masuk ke 21 Ramadan atau selikuran. Tradisi ini juga bertujuan untuk menyambut malam Lailatul Qodar yang dalam kepercayaan Islam merupakan malam paling agung di Bulan Suci Ramadan. Kemuliaannya sama dengan malam 1000 bulan,” terang Edi dikutip dari Merdeka.com.
Penanda Peningkatan Ketakwaan
©Wikipedia.org
Edi menambahkan, biasanya tradisi ini digelar bergantian antara di Dusun Beji atau di Dusun Belok. Jika tahun ini diselenggarakan di Dusun Beji, maka esok hari berarti perayaannya akan diselenggarakan di Dusun Belok. Selain itu, tradisi ini memiliki nilai falsafah yang tidak boleh ditinggalkan.
“Perayaan long bumbung dalam falsafah Jawa memiliki makna sebagai penanda untuk semakin meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan pada 10 hari terakhir di Bulan Ramadan. Tradisi ini juga sebagai penanda masuknya tanggal 21 Ramadan,” terang Edi dikutip dari Merdeka.com.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meriahnya Prosesi Dugderan di Semarang, Tradisi Warga Menyambut Ramadan
Meski di tengah guyuran hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung semarak dan meriah.
Baca SelengkapnyaUniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita
Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Gunungan Ketupat di Nganjuk, Warga Kompak Sedekah dan Saling Memaafkan saat Lebaran
Semua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita
Topeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca SelengkapnyaMengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaBegini Awal Mula Tradisi Mudik Jelang Lebaran di Indonesia, Sudah Ada Sejak Kerajaaan Majapahit
Tradisi ini telah menjadi fenomena sosial yang besar di Indonesia, di mana jutaan orang memilih untuk meninggalkan kota.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Maleman, Cara Masyarakat Jawa Hidupkan Malam Lailatul Qodar
Maleman merupakan tradisi membagikan nasi kotak maupun dengan tempat lain kepada tetangga maupun saudara
Baca SelengkapnyaSederet Kegiatan Warga Jateng Sambut Bulan Ramadan, Berebut Gunungan hingga Nikah Massal
Ada banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Baca SelengkapnyaPemerintah Larang Warga Terbangkan Balon Udara, Pilot: Masih Ada di Langit Kebumen
Meski sudah dilarang, masih ada saja warga yang menerbangkan balon udara dalam rangka merayakan hari lebaran Idulfitri.
Baca Selengkapnya