Merdeka.com - Pemprov DKI berencana memindahkan pemukiman korban banjir yang tinggal di sekitar waduk Pluit ke rusun Marunda. Namun, sejumlah warga masih keberatan atas rencana tersebut.

Salah satunya adalah Junaedah (36). Warga Kebon Tebu, Muara Baru, Jakarta Utara, itu menilai harga sewa rusun senilai Rp 300.000 di luar biaya listrik sangat memberatkan.

"Ya pikir-pikir dulu. Kan tadi bilang harga Rp 100-an ribu, kok tadi bilangnya Rp 300-an ribu, itu belum biaya listrik dan tukang sapu," kata Junaedah di Marunda, Jakarta Utara, Senin (20/1).

Dia mengeluhkan minimnya upah sang suami yang bekerja sebagai nelayan di Pelabuhan Sunda Kelapa. Selain itu, kedua anaknya juga saat ini masih membutuhkan biaya untuk sekolah.

"Uang suami berapa sih, mana cukup, mana kerjanya di Sunda Kelapa," katanya.

Meski demikian, dia mengaku akan ikut pindah ke rusun Marunda, jika semua temannya pindah. Namun, dia meminta Pemprov DKI menyediakan pasar, sekolah dan puskesmas di sekitar rusun.

"Ya terserah teman-teman saja," tandasnya.

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendatangi rumah susun sewa di Marunda. Ahok yang datang sekitar pukul 15.10 WIB dengan menumpang bus bersama rombongan itu menunjukkan contoh hunian kepada korban banjir yang tinggal di sekitar waduk Pluit.

Kepada warga Ahok memaparkan jika tinggal di rusun tersebut mereka akan mendapat sejumlah barang seperti, televisi 19 inchi, lemari es kecil, kompor gas, tempat tidur susun, lemari, perlengkapan salat, pakaian, dan perkakas dapur.

Menurutnya, sewa per bulan di rusun tersebut adalah Rp 150.000 hingga Rp 400.000 per unit/bulan. "Sewa ini seumur hidup," katanya.