Nestapa Siswa, Pasrah Tak Dapat Nilai Karena Tidak Punya Gawai
Merdeka.com - Hampir delapan bulan anak-anak di sebagian besar wilayah Indonesia mengikuti pelajaran jarak jauh. Kondisi terpaksa mereka jalani karena pandemi Covid-19 yang melanda Tanah Air.
Metode pembelajaran ini tak mudah dijalani. Banyak sekali kendala harus dihadapi murid juga guru. Mulai dari tak memiliki ponsel hingga jaringan internet tak maksimal.
Belum lagi, murid menjadi tak paham sepenuhnya materi yang diajarkan guru. Alhasil, kegiatan belajar-mengajar benar-benar terasa tak maksimal.
Gara-gara sistem belajar jarak jauh ini pula, Aditya Akbar, menjadi murung. Dia tak bisa mengikuti sistem belajar dalam jaringan karena tidak memiliki ponsel. Alhasil, di semester pertama ini nilai siswa kelas VII SMP 286 itu menjadi kosong.
Aditya tak bisa berbuat banyak. Hidup keluarganya memang pas-pasan secara ekonomi. Ayahnya dulu hanya seorang montir. Nahas, pandemi malah membuat ayahnya juga kehilangan pekerjaan.
Selain tinggal bersama ayahnya di Jalan Cempaka, RT 10, RW Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat, Aditya juga memiliki seorang kakak lulusan Sekolah Dasar (SD) dan tak memiliki pekerjaan.
Berharap Ada Bantuan Agar Bisa Sekolah
Sehari-hari, kehidupan mereka bergantung dari penghasilan ayahnya yang terkadang masih menerima panggilan untuk memperbaiki motor atau barang elektronik.
Aditya yang duduk di bangku SMP sudah sejak awal semester selalu absen. Ketidakhadiran Aditya saat belajar online sempat mengundang perhatian guru-guru sekolahnya.
Perwakilan sekolah menemuinya. Mereka tidak bisa berbuat banyak ketika mengetahui Aditya tidak memiliki smartphone.
"Mereka katanya hanya bisa membantu untuk memberi kesempatan ulangan susulan kepada adik saya. Tapi mereka juga harap orangtua dapat memenuhi kebutuhan Adit," kata Rival, kakak Aditya, Senin (26/10).
Rival sangat berharap ada uluran tangan untuk membantu membelikan handphone buat sang adik. Rival tak ingin adiknya putus sekolah.
Apalagi, di matanya, sang adik tergolong anak pintar. Ketika duduk di bangku SD, Aditya kerap mendapatkan nilai 95. Nilai rata-rata Aditya saat Ujian Akhir Sekolah (UAS) SD pun 80.
"Saya harap adik saya bisa lanjutkan sekolah. Jangan seperti saya yang sudah putus sekolah," ucap dia.
Reporter: Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6.com
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komputer Berusia 50 Tahun Lebih Ditemukan saat Bersih-bersih Rumah, Tanpanya Mustahil Ada Macbook dan Android, Ini Penampakannya
Ditemukan tak sengaja saat sedang bersih-bersih rumah. Tanpa komputer ini tak akan muncul Apple dan Android.
Baca SelengkapnyaHandphone Disita Penyidik, Aiman Ketar-Ketir Pemberi Info Netralitas Aparat Terbongkar
Aiman menjalani pemeriksaan selama 12 jam sebagai saksi kasus dugaan penyebaran berita bohong.
Baca SelengkapnyaKisah Siswa Kelas 5 SD di Palembang Jualan Keripik demi Hidupi 3 Adik dan Nenek
Tanggung jawab itu dipikul Iki setelah ibunya sakit lalu meninggal dan ayahnya minggat dua tahun lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Viral Dosen Traktir Mahasiswa Siomay, Pedagang Dibawa Masuk Kelas
Bukan kali pertama, ternyata dosen ini memang kerap bertingkah baik pada mahasiswanya.
Baca SelengkapnyaDaftar HP yang Tak Lagi Bisa Pakai WA di 2024
Berikut adalah daftar smartphone yang tidak dapat mengakses WhatsApp pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPN Jaksel Tolak Seluruh Gugatan Praperadilan Aiman Witjaksono
Gugatan Aiman itu terkait penyitaan handphone dan akun media sosialnya.
Baca SelengkapnyaDetik-Detik Atap SMA Negeri 1 Ciampea di Bogor Ambruk, Sejumlah Siswa Dikabarkan Luka-Luka
Atap ambruk diduga tak kuat menahan tingginya debit air hujan yang mengguyur Bogor sejak Kamis dini hari.
Baca SelengkapnyaSederhana Tapi Menyentuh, Mahasiswi Ini Ajak Bapak Penjaga Kos Jalan-jalan ke Mal Sebelum Pulang Kampung
4 tahun merantau, mahasiswi ini mengajak bapak penjaga kos jalan-jalan ke mal sebelum ia mudik.
Baca SelengkapnyaTak Tinggal Diam ketika HP Dijambret, Emak-Emak di Serang Kejar Pelaku hingga Tertangkap
Aksi berani ditunjukkan seorang emak-emak bernama Eni (54). Dia mengejar dua penjambret handphonenya hingga salah seorang di antara mereka tertangkap.
Baca Selengkapnya