Merdeka.com - Siang itu matahari begitu terik, namun cahayanya bahkan tak terlihat sedikitpun di beberapa bagian RW 03 Gang Venus, Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Lorong gang inipun lebih mirip gua.
"Sering disebut wilayah tanpa matahari," ujar Dede (21), salah seorang warga yang sejak lahir sudah tinggal di kawasan ini kepada merdeka.com, Senin (1/8) kemarin.
Memang terdapat beberapa pemukiman padat di kawasan Tambora. RW 03 salah satu wilayah terpadat di Kecamatan Jati Besi dengan perkiraan jumlah penduduk mencapai 6.000 jiwa di wilayah seluas 6 hektare.
Data di RW, ada 1800 KK yang tinggal di kawasan tersebut. Namun data tersebut sebenarnya belum bisa menggambarkan betapa padatnya wilayah ini karena banyak pendatang baru yang keberadaannya tidak terdaftar oleh RT dan RW setempat.
Lorong gelap di Gang Venus Tambora ©2016 merdeka.com/arin
Bangunan semi permanen setinggi dua sampai tiga lantai merupakan pemandangan biasa di gang Venus. Tak jarang setiap lantainya dihuni oleh keluarga yang berbeda.
Ketua RT 13 Tebe Anwar Sanusi menyatakan bahwa sekitar 75 persen penduduk adalah perantau yang mengontrak. Banyak dari mereka yang menempati kamar-kamar di atas rumah keluarga lain. Sangking padat dan sempitnya, jalan di antara rumah menjadi gelap karena bagian atap beberapa ruas gang tertutup oleh hunian warga di lantai atas.
"Lampu dan kipas angin nyala 24 jam," ujar Yaya (36), kakak tertua Dede yang tinggal bersamanya. Ya, beberapa warga memang harus menggunakan lampu sepanjang hari sebagai pengganti cahaya matahari.
Tidak hanya menerangi rumah sendiri, warga juga harus menyediakan penerangan di lorong jalan depan rumah mereka. Kondisi ini terutama dapat ditemukan di RT 02 dan RT 13, dua dari 15 RT dengan jumlah penduduk paling banyak.
Tanpa bantuan cahaya lampu, akan sulit bagi siapapun untuk dapat melihat. Pagi, siang, sore, atau malam. Cerah atau hujan, tak terasa di sini.
"Nggak tahu kalau hujan, ya gini-gini aja. Paling berasa hawanya," cerita Fatimah (33), warga RT 02 yang juga sudah menetap di Gang Venus sejak kecil.
Untuk memberikan asupan vitamin D kepada anaknya ketika bayi pun ia mengaku berjalan ke luar gang menuju jalan besar agar dapat menemukan sinar matahari.
Berhubung lampu harus selalu dinyalakan, Fatimah juga mengaku sebisa mungkin mengirit penggunaan barang elektronik lain demi menekan biaya listrik yang tidak murah.
Ketika berjalan di sepanjang gang selebar kurang lebih 1 - 1,5 meter ini, tetesan air sesekali jatuh dari atas. Tetesan tersebut berasal dari jemuran pakaian di antara dua rumah. Pakaian hanya sekadar digantung agar tertiup angin, tidak dijemur karena sinar matahari tidak ada.
"Diangin-angin gitu saja, nanti juga kering sendiri. Paling dua hari," ujarnya.
Lorong gelap di Gang Venus Tambora ©2016 merdeka.com/arin
Tidak hanya baju jemuran, kandang burung dan kabel listrik juga banyak menggantung di sepanjang ruas gang. Karena kebanyakan rumah hanya berupa petak kamar kecil. Beberapa ibu rumah tangga terlihat mencuci di jalan antar rumah. Ada juga dapur warga yang terletak di luar.
Jalan semakin sempit karena banyak barang dan motor terparkir di depan rumah, membuat pengendara motor lain semakin sulit untuk lewat.
Kedua orang tua Dede dan Yaya membuka warung nasi di tengah gang gelap dan sempit tersebut. Dari usaha kecil inilah mereka menghidupi diri dan keluarga. Yaya, si sulung, sibuk mengurus anak-anaknya. Sedangkan Dede, si bungsu, sedang menganggur setelah meninggalkan pekerjaan terakhirnya. Bersama kedua orangtuanya, empat saudara lain, dan anak-anak mereka, total 11 kepala tinggal di dua rumah yang terletak bersebelahan.
Keluarga besar ini sudah menetap di Tambora sejak tahun 1985. Memang, kondisi tempat tinggal di Gang Venus jauh dari ideal. Sumpek, alias sesak dan sempit karena terlalu banyak penduduk. Namun keluarga Dede mengaku tidak merasa cukup.
"Nyaman aja karena rumah sendiri. Dari dulu cari nafkahnya di sini, mengadu nasib di sini," ujar Dede yang bekerja serabutan setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Hidup dalam kegelapan bukan masalah bagi mereka. Asal tidak mati lampu dan banjir, Dede dan keluarga sudah bersyukur. "Kalau mati lampu ya kayak gua aja, nggak bisa lihat apa-apa".
Untungnya, kawasan sekitar rumahnya tidak pernah kebanjiran. Mati lampu juga jarang. Oleh sebab itu tak pernah terpikir di benak Dede dan keluarga untuk meninggalkan Gang Venus, karena gang tanpa cahaya matahari ini adalah rumah mereka. [hhw]
Baca juga:
kerja
Gaji di DKI buat bayar kontrakan & transportasi, makanya susah kaya
Potret warga miskin Myanmar hidup dari kerikil
Kondisi hunian para tunawisma di tengah megahnya Paris
Fortuner Penabrak Ojek Online di Jaktim Pakai Pelat Palsu Polri
Sekitar 3 Jam yang laluMomen Terakhir Sopir Taksi Online Bersama Istri Sebelum Dibunuh Anggota Densus 88
Sekitar 3 Jam yang laluMenhub Budi Karya Temui Heru Budi, Bahas Pengembangan Transportasi Umum
Sekitar 3 Jam yang laluDikeluhkan Penonton Dewa 19, Jalan Tembus JIS akan Dibuat Tersambung ke Tol
Sekitar 4 Jam yang laluHujan Deras Selasa Sore, Satu Ruas Jalan dan Enam RT di Jakarta Tergenang
Sekitar 5 Jam yang laluRatapan Istri Sopir Taksi Dibunuh Anggota Densus 88: Saya Harus Gantikan Cari Nafkah
Sekitar 7 Jam yang laluPemprov DKI Tegur Transjakarta, Warga Tak Perlu Bayar saat Lewat Skywalk Kebayoran
Sekitar 7 Jam yang laluDiguyur Hujan Deras, Ini Titik Banjir di Jakarta Selatan yang Sebabkan Macet Parah
Sekitar 8 Jam yang laluPolisi Tangkap Anggota Densus 88 Pembunuh Sopir Taksi Online di Depok
Sekitar 8 Jam yang laluJakarta Selatan Rawan Kriminal, Heru Ajak Warga Gandeng TNI-Polri Jaga Lingkungan
Sekitar 8 Jam yang laluKronologi Sopir Taksi Online Dibunuh di Depok, Pelaku Diduga Anggota Densus 88
Sekitar 8 Jam yang laluDKI Anggarkan Rp 15 Miliar untuk JPO Dekat Skywalk di Kebayoran Lama
Sekitar 8 Jam yang laluPemprov DKI Masih Evaluasi Laporan Audit Formula E 2022
Sekitar 9 Jam yang laluViral Video Mobil Dinas Polri Tabrak Pemotor di Jaktim
Sekitar 10 Jam yang laluPolisi Telusuri Imunisasi yang Dipakai Anak Gagal Ginjal Akut di Jakarta
Sekitar 6 Jam yang laluAnggota Brimob Bentak Babinsa TNI AD, Reaksi Prajurit Ini Bikin Merinding
Sekitar 9 Jam yang laluKetemu Jenderal Polisi, Pak Bhabin Ngaku Sama-sama Pernah Jadi Ajudan Wapres
Sekitar 10 Jam yang laluMomen Jenderal Mantan Ajudan Wapres Semangati Anggota Sakit, Beri Pelukan Hangat
Sekitar 10 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Serang Agus Nurpatria, Bandingkan dengan Ricky Berani Tolak Sambo
Sekitar 14 Jam yang laluVIDEO: Dua Kejahatan Arif Rahman Eks Anak Buah Sambo di Kasus Brigadir J
Sekitar 15 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Sentil Baiquni Soal Sikap Seorang Perwira Polisi Harus Gagah Berani
Sekitar 1 Hari yang laluVIDEO: Replik Jaksa, Sindir Sikap Ngeles Irfan Widyanto Makin Coreng Citra Polri
Sekitar 1 Hari yang laluVIDEO: Jaksa Serang Agus Nurpatria, Bandingkan dengan Ricky Berani Tolak Sambo
Sekitar 14 Jam yang laluVIDEO: Dua Kejahatan Arif Rahman Eks Anak Buah Sambo di Kasus Brigadir J
Sekitar 15 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Sentil Baiquni Soal Sikap Seorang Perwira Polisi Harus Gagah Berani
Sekitar 1 Hari yang laluVIDEO: Replik Jaksa, Sindir Sikap Ngeles Irfan Widyanto Makin Coreng Citra Polri
Sekitar 1 Hari yang laluVIDEO: Replik Jaksa, Sindir Sikap Ngeles Irfan Widyanto Makin Coreng Citra Polri
Sekitar 1 Hari yang laluVIDEO: Arif Terisak Sampaikan Pembelaan Beri Pesan Cinta ke Istri, Ibu Hingga Hakim
Sekitar 4 Hari yang laluVIDEO: Serangan Balik Bharada E, Sindir Jaksa Ngotot 12 Tahun Penjara
Sekitar 4 Hari yang laluKemenkes: Antibodi Masyarakat Sudah Divaksinasi Booster Naik Hampir 3 Kali Lipat
Sekitar 9 Jam yang laluApakah Boleh Memperoleh Vaksin Campak Bersamaan dengan Booster COVID-19?
Sekitar 1 Minggu yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami