Fitra Soal PSI Kritik Penyusunan APBD DKI: Menunjukkan Lemahnya Komitmen Anggota DPRD
Merdeka.com - Peneliti Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Badiul Hadi menilai, pembahasan APBD DKI 2021 sejak awal sudah menimbulkan masalah. Beberapa hal yang menjadi perhatian diantaranya adalah pembahasan anggaran di puncak oleh DPRD DKI Jakarta, dan justru terkesan tertutup.
Kemudian, masalah rencana kenaikan penghasilan anggota DPRD, yang sempat diungkapkan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI), membuat pembahasan dianggap tidak transparan. Sehingga, dia setuju dengan pandangan PSI yang menilai penyusunan anggaran di Pemprov DKI Jakarta pada era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tentang Smart Budgeting ternyata belum terbukti.
"Berangkat dari dua hal ini, menunjukkan lemahnya komitmen anggota DPRD dalam mewujudkan penganggaran yang transparan dan partisipatif," katanya kepada merdeka.com, Jumat (25/12).
Badiul mengungkapkan, secara aturan KUA - PPAS seharusnya sudah mulai dibahas Juli atau Agustus. Namun pada kenyataannya baru diserahkan pada November. Ini tidak sesuai dengan mekanisme penganggaran yang di atur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
"Selain itu ini juga melanggar prinsip penganggaran yang transparan, partisipatif dan taat aturan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 64 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2021," terangnya.
"Selain itu situasi ini menggambarkan buruknya sistem penganggaran Pemda DKI," tegas Badiul.
Untuk itu, Fitra mendesak Pemprov DKI Jakarta membuka dokumen penganggaran ke publik. Harapannya kekeliruan dalam penganggaran dapat diantisipasi dengan partisipasi masyarakat.
"Pemerintah DKI Jakarta harus belajar dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama ini dalam penganggaran daerah, dan melakukan perbaikan. Dan memastikan pembahasan APBD tahun-tahun ke depan sesuai aturan. Gubernur dan tim anggaran harus bisa mempertanggungjawabkan kepada masyarakat," tutup Badiul.
Sebelumnya, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta menilai temuan tersebut semakin menunjukkan adanya cacat di sistem dan proses penyusunan anggaran di Pemprov DKI Jakarta dan membuktikan bahwa klaim Pak Anies tentang Smart Budgeting ternyata tidak terbukti smart.
“Kami ingin mengingatkan semua pihak bahwa kejanggalan anggaran ratusan miliar ini adalah kejadian berulang setiap tahun,” kata Michael Victor Sianipar, Ketua DPW PSI DKI Jakarta.
Tahun 2019 silam ditemukan usulan anggaran janggal belanja lem aibon sebesar Rp 82 miliar pada RAPBD 2020, yang kemudian diklaim oleh Pemprov DKI sebagai kesalahan input komponen. Pada penyusunan APBD 2021 kemarin, ditemukan usulan kenaikan anggaran fantastis ratusan miliar DPRD DKI seperti gaji, tunjangan, dan kegiatan sosialisasi. Setelah dikritisi publik sehingga akhirnya direvisi, hasil akhirnya pun masih dinilai janggal oleh Kemendagri.
Michael menyoroti jadwal pembahasan anggaran yang terlalu mepet. Pemprov DKI baru memberikan rancangan KUA PPAS tahun 2021 pada tanggal 2 November, atau terlambat empat bulan dari jadwal yang seharusnya. Anggota DPRD hanya diberi waktu dua hari untuk mempelajari ratusan ribu komponen anggaran.
"Pembahasan di rapat-rapat DPRD berlangsung kilat dan terkesan hanya formalitas. Bahkan, isi komponen belanja pun tidak sempat dibuka di dalam rapat-rapat DPRD. Sejak awal PSI sudah mengingatkan bahwa pembahasan APBD 2021 akan kacau balau, bahkan lebih parah dari tahun sebelumnya,” ujar Michael.
Hal itu diperburuk dengan sikap Pemprov DKI yang tidak mau membuka rancangan APBD 2021. Akibatnya, masyarakat tidak bisa memantau jalannya proses pembahasan anggaran. Michael menilai ini bukan kejadian tunggal yang diakibatkan oleh human error dari individu PNS, melainkan ada kesalahan fundamental dan sistemik yang bersumber dari cacatnya proses penganggaran di era pemerintahan sekarang.
"Mulai dari jadwal pembahasan, proses pembahasan di DPRD, penggantian sistem budgeting, hingga detil anggaran yang terkesan ditutup-tutupi, semuanya tidak wajar,” kata Michael.
Michael berpendapat anggaran-anggaran janggal seperti ini akan ada setiap tahunnya jika proses penganggaran tidak dibuka kepada publik dan waktu pembahasannya sangat mepet. Kejadian lem aibon tahun lalu dan RKT DPRD tahun ini seharusnya menjadi momentum memperbaiki proses penganggaran di era pemerintahan Anies Baswedan.
“Kami dukung langkah Kemendagri melakukan evaluasi menyeluruh dan kritis terkait sistem penganggaran APBD 2021 DKI. Kami juga kembali meminta Pemprov DKI untuk segera membuka rincian APBD 2021 yang sudah diketok dua minggu lalu, namun hingga hari ini seakan-akan masih juga dirahasiakan isiannya,” tutup Michael.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia menilai masih banyaknya dugaan pelanggaran etika oleh KPU dan Bawaslu.
Baca SelengkapnyaKedua pengaduan itu telah dilaporkan ke Bawaslu RI pada 19 Februari 2024 dan dibalas pada 22 Februari 2024, dengan status laporan tidak memenuhi syarat materil.
Baca SelengkapnyaPPATK menemukan transaksi mencurigakan di Pemilu 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Keterangan mereka dibutuhkan penyidik KPK untuk mengetahui aliran uang distribusi itu ke para tersangka.
Baca SelengkapnyaDKPP telah memberikan peringatan keras kepada Ketua KPU Hasyim Asy'ari dan anggota lainnya karena menerima pendaftaran Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaPemeriksaannya terjeda beberapa saat karena bertepatan salat Jumat.
Baca SelengkapnyaSejumlah personel keamanan gabungan disiagakan untuk menjaga ketat KPU dan DPR jelang pengumuman hasil Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaMantan anggota DPR-RI berhak mendapatkan uang pensiun saat periode jabatannya selesai.
Baca SelengkapnyaMasyarakat bisa mengurus form pindah memilih hingga H-30 atau tanggal 15 Januari 2024
Baca Selengkapnya