Atasi kekurangan air baku, DKI gandeng pemerintah pusat
Merdeka.com - Buruknya kondisi sungai di Jakarta membuat persediaan air baku di Jakarta semakin berkurang. Untuk mengatasi masalah ini, Pemprov DKI Jakarta, Forum Air Jakarta dan pemerintah pusat diharapkan duduk bersama agar menghasilkan solusi dan membawa manfaat jangka panjang.
"Sebenarnya dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta tidak ada satu pun yang ada di bawah kendali Pemprov DKI. Semua kewenangan Pemerintah Pusat. Maka itu perlu ada pembicaraan bersama antara pihak-pihak yang terkait dan sampai sekarang ini sepertinya tidak ada," kata Pakar Air dari Universitas Indonesia (UI), Firdaus Ali di Balai Kota Jakarta, Selasa (26/3).
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Forum Air Jakarta, Sri Widayanto menjelaskan saat ini persentase air bersih di Jakarta hanya 10 meter per kubik tiap detik. Parahnya lagi meski ada tiga belas sungai yang mengelilingi Jakarta, tidak ada satu pun yang bisa menghasilkan air baku sehingga Jakarta hanya menggantungkan air bersih dari Waduk Jatiluhur.
"Penanganan masalah air baku di Jakarta juga akan mendorong pemenuhan akses penduduk untuk air minum aman seperti yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan target Pembangunan Milenium (MDGs)," kritik Sri.
Lebih lanjut Sri menambahkan pihaknya tengah melakukan pemetaan daerah yang tingkat konsumsi air bakunya paling tinggi. Sekadar diketahui, DKI membutuhkan air 26.938 liter per detik. Namun saat ini, air yang tersedia hanya sekitar 17.800 liter per detik dan saat ini Jakarta hanya mampu mengolah 2 persen menjadi air baku.
"Angka ini rendah daripada kota lain di Asia. Maka itu kami ingin membantu mencari solusi permasalahan air di Jakarta," tambahnya.
Menanggapi permasalahan defisitnya persediaan air baku di Jakarta, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berharap kondisi air sungai di Jakarta bisa membaik sehingga dapat diolah dan menambah kapasitas air baku. Selain itu, penegakan hukum terkait pencurian air melalui pipa sambungan juga harus ditindak tegas.
"Bayangin, kebocoran masih 48 persen. Kita tambah belum tentu bisa setengahnya, karena masih bergantung dengan Waduk Jatiluhur. Saya bukan anti sambung, tapi harus cegah juga bocornya," ujar Ahok.
Cara lain yang dipikirkan Ahok adalah mengadakan kerja sama dengan investor.
"Mesti kita coba, sungai-sungai dibuat IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) harus mulai diolah," tegasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi mengatakan, bendungan dan Instalasi Pengolahan Air itu memiliki banyak manfaat untuk masyarakat.
Baca SelengkapnyaBanjir kali ini lebih besar jika dibandingkan dengan kejadian serupa pada awal Februari lalu.
Baca SelengkapnyaAda sejumlah catatan yang membuat penyemprotan air ke jalan tak sepenuhnya efektif mengurangi polusi udara.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Masalah polusi udara semakin mengkhawatirkan. Khususnya di Jakarta. Berikut dampak polusi udara pada kesehatan anak yang perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaBantuan air ini diberikan oleh Kemhan dan Unhan RI sebagai pengabdian untuk masyarakat.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta akan memantau faktor terjadinya banjir dan kesiapan pompa saat dibutuhkan.
Baca SelengkapnyaIndonesia sudah mulai memasuki musim penghujan sehingga kebutuhan air tercukupi untuk memanen.
Baca SelengkapnyaKetinggian air banjir yang melanda kawasan tersebut mulai dari 20 sampai 90 centimeter.
Baca SelengkapnyaSaat peresmian, Jokowi menekankan pentingnya sistem pengelolaan air limbah cair.
Baca Selengkapnya