Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Apa kabar warga bantaran Waduk Pluit yang digusur ke Marunda?

Apa kabar warga bantaran Waduk Pluit yang digusur ke Marunda? Lingkungan Rusunawa Marunda. ©2013 Merdeka.com/Pramirvan Datu

Merdeka.com - Beberapa hari terakhir, cuaca Jakarta cukup terik. Panas menyengat membakar kulit dan menyilaukan mata.

Tapi tak terlihat lelah di wajah Neneng Turawati (31). Dia adalah satu dari ratusan warga bantaran Waduk Pluit, yang digusur Gubernur Jokowi ke Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.

Saat ditemui merdeka.com, ibu muda ini langsung menyambut dengan senyum. Sambil berbincang, dia meminta izin terus melanjutkan kegiatannya mengaduk mi ayam yang bakal disuguhkan untuk pelanggan.

Neneng memilih usaha dagang mi ayam setelah diberi lapak gratis di rusun. Ya, Pemprov DKI memang menjamin warga bantaran yang dipindah tak akan kehilangan mata pencarian.

Lebih kurang sudah delapan bulan dia tinggal di sana, sejak Januari lalu. Neneng kebagian menempati ruangan di Cluster B blok 2, Rusun Marunda.

Dia tak menampik penggusuran kala itu membuat emosi. Bagaimana tidak, dia harus putar otak mencari tempat tinggal dengan keuangan terbatas. Sempat menolak, meski akhirnya angkat kaki dengan tak rela.

"Saya pertama kali emang menolak karena sudah lama juga tinggal di Muara Baru. Tapi setelah saya sama suami pikir-pikir, capek juga," ungkap perempuan asal Solo itu memulai perbincangan pagi itu.

Tapi itu cerita itu sudah selesai buatnya. Kini bersama ratusan warga bekas gusuran Waduk Pluit dia justru merasa lebih bersyukur dengan kehidupannya kini.

"Sekarang Alhamdulillah, semenjak pindah di sini jadi lebih baik. Kita bisa usaha, rumahnya lebih layak, pokoknya udah engga takut kebanjiran lagi lah," ujar Neneng saat ditemui di warung mi ayam 'Sukma' miliknya.

Neneng berkisah, kehidupannya di Jakarta dimulai di tahun 1998. Saat itu, suaminya berniat mengubah kehidupan dengan mengadu nasib di ibu kota. Hanya bermodalkan keahlian mahir membuat mi ayam, Neneng dan suaminya yang kerja serabutan nekat hijrah ke Jakarta.

"Awalnya jadi buruh di pelabuhan cari modal, setahun kemudian bikin usaha mi ayam. Sekarang suami dagang mi ayam muter, saya buka di kantin," imbuh Neneng.

Dari usahanya itu, Neneng bisa menabung sedikit demikit sedikit dari keuntungan yang ada. Walaupun jualannya tak seramai seperti di bantaran waduk Pluit, Muara Baru, Penjaringan, yang jelas dia tak lagi was-was ketika musim penghujan tiba bakal disapa banjir.

"Dulu kita tidur mah bisa dilompatin tikus, sekarang sudah engga takut lagi," katanya sembari tertawa mengenang masa lalunya itu.

Ratusan pemukiman ilegal dan tak layak huni di bantaran Waduk Pluit terpaksa ditertibkan Gubernur Jokowi. Salah satu alasannya keberadaan mereka mempersempit luas waduk yang sedia menampung air di kala musim hujan melanda wilayah Jakarta.

Akibat bantaran yang penuh rumah, kawasan Pluit tak pernah absen dari banjir. Terakhir, banjir terparah terjadi di awal tahun 2013 lalu.

Berkaca dari peristiwa ini, Gubernur Jokowi lantas menertibkan mereka guna menormalisasi waduk. Tepian waduk bakal dibuat ruang terbuka hijau (RTH).

Saat itu, Jokowi sempat mendapat perlawanan dari warga. Tapi akhirnya warga melunak dan siap dipindah ke Rusun Marunda dengan berbagai fasilitas yang disediakan dan lokasi usaha.

(mdk/ded)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sengketa Lahan Berujung Maut, Bapak dan Dua Anak di OKU Tega Bunuh Wanita Tua
Sengketa Lahan Berujung Maut, Bapak dan Dua Anak di OKU Tega Bunuh Wanita Tua

Seorang pria dan dua anaknya tega membunuh seorang wanita tua HA (62) di Kedaton, Ogan Komering Ulu. Pembunuhan ini dilatarbelakangi sengketa lahan.

Baca Selengkapnya
Duka Warga Pesisir Padang Pariaman, Rumahnya Hancur Dihantam Abrasi Bertahun-Tahun
Duka Warga Pesisir Padang Pariaman, Rumahnya Hancur Dihantam Abrasi Bertahun-Tahun

Tingginya gelombang dan naiknya permukaan laut merusak rumah warga

Baca Selengkapnya
Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka
Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pulau di Sumenep Ini Bak Surga Dunia tapi Ditinggal Penduduknya Merantau, Intip Potretnya
Pulau di Sumenep Ini Bak Surga Dunia tapi Ditinggal Penduduknya Merantau, Intip Potretnya

Banyak warga pulau ini merantau ke kota-kota besar demi mendapatkan penghidupan lebih layak.

Baca Selengkapnya
Pelabuhan Tanjung Priok Geger, Jasad Wanita Ditemukan Membusuk dalam Peti Kemas
Pelabuhan Tanjung Priok Geger, Jasad Wanita Ditemukan Membusuk dalam Peti Kemas

Seorang wanita tanpa identitas ditemukan tewas membusuk dalam peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (16/1). Kasus ini masih diselidiki polisi.

Baca Selengkapnya
Nestapa Warga Pesisir di Padang, Takut 'Dicaplok' Pantai Air Manis
Nestapa Warga Pesisir di Padang, Takut 'Dicaplok' Pantai Air Manis

Daratan hingga rumah penduduk terancam hilang akibat abrasi yang terus terjadi

Baca Selengkapnya
Cerita Miris Warga Bangkunat Pesisir Barat Lampung, Seberangi Sungai Antar Jenazah ke Pemakaman
Cerita Miris Warga Bangkunat Pesisir Barat Lampung, Seberangi Sungai Antar Jenazah ke Pemakaman

Sejumlah warga menyeberangi sungai membawa jenazah yang akan dimakamkan di pemakaman itu viral di media sosial

Baca Selengkapnya
Momen Ganjar Dicurhati Warga Kendal soal Penyaluran BLT Tidak Tepat Sasaran
Momen Ganjar Dicurhati Warga Kendal soal Penyaluran BLT Tidak Tepat Sasaran

Pembagian BLT yang masih tidak tepat sasaran harus segara dirapikan.

Baca Selengkapnya
Momen Ribuan Warga Blitar Naik Kereta Menuju Sumatra, Diminta Pindah dari Pulau Jawa dengan Iming-iming Lahan Pertanian Luas
Momen Ribuan Warga Blitar Naik Kereta Menuju Sumatra, Diminta Pindah dari Pulau Jawa dengan Iming-iming Lahan Pertanian Luas

Minimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya

Baca Selengkapnya