Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Jacko Hendrick Ayub Bulan

Profil Jacko Hendrick Ayub Bulan | Merdeka.com

Siapa yang tak mengenal gambar alat musik yang terpajang di uang Rp 5000 terbitan tahun 1992? Itu adalah gambar sasando, sebuah alat kesenian khas daerah pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Alat musik tersebut adalah alat musik petik yang suaranya kadang menyerupai harpa atau piano. Suaranya yang merdu sering kali membuat orang yang mendengar permainan sasando serasa dininabobokan jika ditambah dengan angin semilir. Namun, siapa sangka jika alat musik yang terbuat dari kayu cendana dan daun lontar tersebut peminatnya kian menipis? Di Nusa Tenggara Timur, terhitung kurang dari sepuluh orang yang bisa memainkan sasando, apalagi di pulau asalnya, pulau Rote yang kini sudah tak bersisa jejaknya.

Adalah Jacko Hendrick Ayub Bulan --Jack-- seorang pemain sasando yang memulai mempelajari sasando sejak tahun 1980-an. Ketertarikannya pada sasando bermula saat ia sering kali menikmati permainan dawai sasando yang dimainkan oleh kakek dari garis ibunya. Tak main-main, ia pun mengutarakan niatnya pada sang kakek. Namun, sayang, niatnya tersebut ditolak dan ia akhirnya lebih memilih belajar sendiri tanpa aturan. Di sinilah sang kakek akhirnya melihat keseriusan Jack dan akhirnya mengajari Jack untuk bermain sasando dengan baik. 

Lambat laun permainan sasando Jack menghasilkan dawai-dawai yang enak dan indah didengar. Namanya pun mulai dikenal sejak ia bekerja di Jakarta sebagai penjaga keamanan gereja Abbalove Ministries. Di sana, ia tak hanya menjaga keamanan gereja, tapi ia juga bekerja sebagai pemain sasando. Ia kerap kali mengisi acara gereja yang berujung pada undangan di pesta-pesta pernikahan. Tidak mudah mencapai posisi tersebut. Jack mengaku ia bahkan pernah bermain tak dibayar, padahal saat itu ia bermain di hadapan duta besar negara lain yang diundang di tanah kelahirannya. Hingga akhirnya, sebagai sampingan tugas utamanya yaitu satpam ia bermain di Ancol dengan bayaran yang sangat besar baginya kala itu. Di Ancol, ia bahkan bertemu dengan orang yang bersedia membeli sasandonya dengan harga Rp 2,7 juta. Berawal dari sanalah namanya kian melambung. Presiden Megawati pun sempat memanggilnya untuk bermain sasando di Istana Negara dengan bayaran Rp 10 juta. 

Perlahan dan pasti, karir Jack semakin melambung, namanya semakin meroket. Ia banyak dikenal di mancanegara dan kerap kali diundang pada pesta-pesta pernikahan dan kenegaraan. Semenjak itu, ia pun akhirnya mengajari dua adiknya sebagai pengganti jika sewaktu-waktu ia mendapatkan undangan di tempat yang berbeda di waktu yang sama. Kini, Jack tak hanya menjadi pemusik, ia juga mengajar sasando baik privat maupun berkelompok. Tak hanya itu, ia juga membuat sasando yang kemudian dijualnya dengan angka kisaran Rp 2-15 juta.

 

Riset dan Analisa: Atiqoh Hasan

Profil

  • Nama Lengkap

    Jacko Hendrick Ayub Bulan

  • Alias

    Jack

  • Agama

    Kristen

  • Tempat Lahir

    Kupang

  • Tanggal Lahir

    1972-07-29

  • Zodiak

    Leo

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Siapa yang tak mengenal gambar alat musik yang terpajang di uang Rp 5000 terbitan tahun 1992? Itu adalah gambar sasando, sebuah alat kesenian khas daerah pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Alat musik tersebut adalah alat musik petik yang suaranya kadang menyerupai harpa atau piano. Suaranya yang merdu sering kali membuat orang yang mendengar permainan sasando serasa dininabobokan jika ditambah dengan angin semilir. Namun, siapa sangka jika alat musik yang terbuat dari kayu cendana dan daun lontar tersebut peminatnya kian menipis? Di Nusa Tenggara Timur, terhitung kurang dari sepuluh orang yang bisa memainkan sasando, apalagi di pulau asalnya, pulau Rote yang kini sudah tak bersisa jejaknya.

    Adalah Jacko Hendrick Ayub Bulan --Jack-- seorang pemain sasando yang memulai mempelajari sasando sejak tahun 1980-an. Ketertarikannya pada sasando bermula saat ia sering kali menikmati permainan dawai sasando yang dimainkan oleh kakek dari garis ibunya. Tak main-main, ia pun mengutarakan niatnya pada sang kakek. Namun, sayang, niatnya tersebut ditolak dan ia akhirnya lebih memilih belajar sendiri tanpa aturan. Di sinilah sang kakek akhirnya melihat keseriusan Jack dan akhirnya mengajari Jack untuk bermain sasando dengan baik. 

    Lambat laun permainan sasando Jack menghasilkan dawai-dawai yang enak dan indah didengar. Namanya pun mulai dikenal sejak ia bekerja di Jakarta sebagai penjaga keamanan gereja Abbalove Ministries. Di sana, ia tak hanya menjaga keamanan gereja, tapi ia juga bekerja sebagai pemain sasando. Ia kerap kali mengisi acara gereja yang berujung pada undangan di pesta-pesta pernikahan. Tidak mudah mencapai posisi tersebut. Jack mengaku ia bahkan pernah bermain tak dibayar, padahal saat itu ia bermain di hadapan duta besar negara lain yang diundang di tanah kelahirannya. Hingga akhirnya, sebagai sampingan tugas utamanya yaitu satpam ia bermain di Ancol dengan bayaran yang sangat besar baginya kala itu. Di Ancol, ia bahkan bertemu dengan orang yang bersedia membeli sasandonya dengan harga Rp 2,7 juta. Berawal dari sanalah namanya kian melambung. Presiden Megawati pun sempat memanggilnya untuk bermain sasando di Istana Negara dengan bayaran Rp 10 juta. 

    Perlahan dan pasti, karir Jack semakin melambung, namanya semakin meroket. Ia banyak dikenal di mancanegara dan kerap kali diundang pada pesta-pesta pernikahan dan kenegaraan. Semenjak itu, ia pun akhirnya mengajari dua adiknya sebagai pengganti jika sewaktu-waktu ia mendapatkan undangan di tempat yang berbeda di waktu yang sama. Kini, Jack tak hanya menjadi pemusik, ia juga mengajar sasando baik privat maupun berkelompok. Tak hanya itu, ia juga membuat sasando yang kemudian dijualnya dengan angka kisaran Rp 2-15 juta.

     

    Riset dan Analisa: Atiqoh Hasan

  • Pendidikan

  • Karir

    • Pemain, pembuat, dan guru musik sasando
    • Gereja Abbalove Ministries, Jakarta, 2000-2008

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya