Merdeka.com - Beberapa waktu lalu viral di media sosial Twitter potret anak-anak yang tengah mengantre untuk meminjam buku di bagasi mobil yang diubah jadi perpustakaan keliling. Dalam potret tersebut juga terlihat sosok pria yang mengenakan baju layaknya karakter Mario Bross.

Foto tersebut diunggah oleh akun Twitter@adionooo. Ia tak lain adalah sosok pria yang mengenakan baju Mario Bross tersebut. Ia mengelola perpustakaan keliling bernama Busa Pustaka yang selalu ramai diminati anak-anak.

Dalam cuitannya, Ia menjelaskan jika minat baca anak-anak saat ini cukup tinggi. Sayang minat tersebut tidak dibarengi dengan akses membaca yang memadai.

"Aku pinjam tiga buku ya Mang. Aku lima buku Mang. Aku dua buku aja Mang", celoteh banyak anak. Saya suka tertawa kalau ada yang bilang minat baca rendah. Sebenarnya bukan minat baca yang rendah tapi akses bacanya yang minim,“ tulis pemilik akun Twitter @adionooo tersebut.

Minat Baca Anak Tinggi

©2021 Twitter @adionooo/ Merdeka.com

Dalam serangkaian cuitannya tersebut, Adiono menjelaskan jika perpustakaan keliling miliknya masih tetap beroperasi di tengah pandemi Covid-19. Untuk mencegah penyebaran virus Corona, buku-buku tersebut disterilkan sebelum dan sesudah didistribusikan.

Di cuitan lainnya, Ia juga "mencolek" akun Twitter Presiden Joko Widodo agar lebih menggiatkan program literasi hingga ke pelosok daerah. Menurutnya saat ini kegiatan literasi hanya sebatas seremonial, padahal masyarakat begitu membutuhkannya.

“Selamat sore Pak @jokowi, dari reply twit ini terlihat banyak yang merasakan minimnya akses membaca di Indonesia. Ayo semangat bangun literasi di Indonesia karena penting untuk kesejahteraan masyarakat. Jangan percaya kepada mereka yang hobinya seremonial saja,” tulis pria tersebut.

Memenuhi Kebutuhan Informasi

Menurutnya, jika anggaran Gebyar Literasi tersebut dialihkan untuk pembelian buku, hal itu bisa membantu memenuhi kebutuhan literasi di pelosok desa yang membutuhkan.

“Selama ini membuat Gebyar Literasi ini itu tapi hanya ramai di pembukaan dan beberapa minggu kemudian hilang semangatnya. Kebiasaan seperti itu hanya buang anggaran. Mungkin kalau dibelikan buku bisa banyak jumlahnya,” tulisnya lagi.

Selain itu, Ia juga menyoroti kinerja perpusda yang tak lagi aktif melakukan gerakan literasi di masa pandemi Covid-19 ini.

“Pandemi ini nyari tidak ada gerakan literasi dari perpusda lewat kendaraan kelilingnya masuk pelosok. Jangankan pandemi, sebelumnya pun sama saja. Ayo pak @jokowi bergerak. Izin tak Pak @fadjroel dan Pak @kemalarsjad,” tambahnya.

Didukung Netizen

©2021 Twitter @adionooo/ Merdeka.com

Cuitan pemilik akun Twitter @adionooo ini pun mendapat perhatian banyak warganet. Tak sedikit dari mereka yang setuju dengan apa yang Ia sampaikan.

“Iya ih, pas masih sekolah dasar minat baca masih menggebu" malah perpus isinya buku" lawas mana bau curut lagi,” tulis akun @cikpopon.

”Hmm boro2 Perpusda mau bikin ginian. Saya ngirim email terkait skripsi aja udah seminggu ga dibales2. Ntah mereka maunya disambangi langsung, atau Cuma nerima telepon yang menurut saya ketinggalan zaman banget sih,” ujar @taviaannn.

“Betul. Gue waktu masi ngekost suka ke perpus Karna suasananya enak gue gasuka brisik dan bisa ngerjain tugas disana. Tapi pas balik kerumah sama sekali gangeliat perpus di daerah sini. Kalo fasilitasnya diperbanyak insyaallah minat baca kita juga meningkat,” terang @rararaautukutuk.

 “Bener benget mang. Saya jd keinget waktu kecil dulu di kampung. suka banget ke perpustakaan dekat rumah, tapi gatau kenapa perpustakaannya tiba2 tutup. Minat baca udah mulai tumbuh, tapi akses dapetin bukunya yg ga ada..Sedih kalau ingat itu,” ujar @detisa_simamora