Topeng Banjet, Teater Tradisional Karawang yang Bawa Pesan Heroik Lewat Bodoran Sunda
Merdeka.com - Topeng Banjet merupakan sebuah kesenian tradisional khas Kabupaten Karawang yang mempertunjukkan aksi bodoran (komedi berbahasa sunda) melalui gerakan tari yang dinamis dan kompleks.
Kesenian yang mirip pertunjukan teater ini selalu dinantikan oleh segenap masyarakat Karawang pada saat perayaan budaya tertentu.
Biasanya tradisi tersebut dimainkan oleh beberapa orang pria, dengan menceritakan kisah tertentu dengan berbahasa sunda kasar. Selain itu diiringi juga oleh gamelan serta ibingan (pola irama) warisan terdahulu.
Salah satu hal unik dari kesenian topeng banjet adalah para pemainnya tidak menggunakan topeng dalam setiap pertunjukannya. Sehingga pertunjukannya selalu berjalan natural, namun sisi kuat yang selalu menjadi daya tariknya adalah kostum dan tema cerita yang diangkat.
Terdiri dari Beberapa Babak
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ ©2020 Merdeka.com
Topeng banjet selalu dimainkan melalui beberapa babak, babak pertama selalu menampilkan atraksi musik. Musik akan mengatur pola ibing dari ronggeng yang menari, dan disesuaikan dengan lakon lawakan dalam alur cerita.
Babak berikutnya adalah berpusat pada cerita. Biasanya babak cerita yang dibawakan selalu dekat dengan kisah romansa, sejarah, heroisme serta legenda yang dipercaya selama turun temurun.
Babak terakhir adalah penegasan dalam setiap penampilannya, dalam menambah semarak alur ceritanya. Penampilan topeng banjet selalu disertai dengan atraksi dari gerakan pencak silat yang tersirat. Gerakan pencak silat tersebut diambil dari aliran cimande, serah, dan sabandar.
Sejarah Topeng Banjet
Dalam sejarahnya topeng banjet lahir dari tradisi ronggeng (tarian khas Sunda) sekitar tahun 1900-an dengan beberapa pembeda dari kesenian topeng dari wilayah Jawa Tengah/Timur yang menginvasi ke tanah Sunda untuk mengamen.
Sebagai pembeda dari para pengamen topeng tersebut, kata “Banjet” yang berasal dari para penggagas awal pun ditambahkan di bagian awal. Pada pertengah 1900-an, para penampil kesenian topeng banjet pun ikut berkeliling dan menyebar hingga ke daerah Subang, Purwakarta, dan wilayah Priangan dengan kekhasannya masing-masing.
cyberspaceandtime.com ©2020 Merdeka.com
Pasca tersebar dan menjadi kesenian khas daerah masing-masing tersebut, kesenian topeng banjet seakan memiliki identitas kuat. Sebagaimana Topeng Banjet Karawang, Ronggeng di wilayah-wilayah sebarannya pun bergaya Ronggeng Karawang, bernyanyi kawih Sunda dan keseluruhan lelakon memakai Bahasa Sunda.
Hal ini berbeda dengan daerah Bekasi, yang mana keseluruhan pementasannya memakai Bahasa Bekasi (dialek Bahasa Jakarta) namun dengan pola yang mirip dengan ronggeng Karawang.
Berorientas Pada Irama Musik
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, topeng banjet sangat terpengaruh kuat dari tetabuhan kendang, bonang, kecrek dan rebab yang saling bersahutan namun berirama.
Pola gerak tersebut bisa dilihat dari gerakan tangan, kaki, serta badan yang menyatu dengan irama tetabuhan kendang. Saat tempo irama lambat merayap, jemari para pemain pun terus bergerak dengan mengimbangi lenggang tubuhnya.
Jari jemari tersebut menyatu, mengepal, dan melipat di balik punggungnya. Sementara itu mimik wajah dari para pelakonnya seakan larut dalam alunan nyanyian seorang sinden.
Unsur Bobodoran dalam Topeng Banjet
Unsur terkuat dalam membangun kisah dalam topeng banjet adalah lakon bodor. Lakon tersebut menjadi ciri khas dari bobodorannya adalah ditampilkannya dua orang ikon lawak mirip Charlie Chaplin dengan kumis tebal di bagian tengah bawah hidung.
Biasanya bodor tersebut akan bercakap-cakap dengan bahasa Sunda kasar yang mengundang gelak tawa penonton. Di momen tersebut lantas muncul penari ronggeng yang diperebutkan dengan pola gerakan yang terpatok kendang.
Sisi Heroisme dari Topeng Banjet
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/ ©2020 Merdeka.com
Selain sebagai fungsi hiburan melalui aksi bobodorannya, topeng banjet juga sangat kental nuansa heroisme (heroik/kepahlawanan). Biasanya akan tampak di beberapa adegan yang selalu membawa pesan yang inspiratif.
Salah satu momen heroik tersebut terlihat saat kedua tokoh bodor tadi memperebutkan sang penari ronggeng. Mereka akan berkompetisi secara sehat dengan beberapa pepatah berbahasa Sunda yang mengandung nilai kebaikan.
Selain itu dalam setiap penampilannya, seringkali para penampil membagi peran antara si kuat dengan si lemah. Keadaan akan selalu berpihak kepada yang lemah melalui beberapa simbol dalam adegannya.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Topeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca SelengkapnyaPenduduk Desa Wonokerto, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, menggelar tradisi Ojung di sekitar sumber mata air Sumber Winong setiap Muharam atau Suro.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ganjar pun membayangkan jika beragam seni dan budaya di Indonesia dapat dikemas lewat pertunjukan yang menarik.
Baca SelengkapnyaKesenian tradisional dari Provinsi Lampung ini biasanya dibawakan ketika acara-acara besar di Keratuan Darah Putih.
Baca SelengkapnyaBerkunjung ke Dusun Malangbong seakan bernostalgia dengan suasana pedesaan tahun 1980-an.
Baca SelengkapnyaBerikut potret ratusan Perwira hingga Tamtama datang ke Mako menghadap Komandan Brimob.
Baca SelengkapnyaJamu di kedai Bang Adut hanya disajikan dadakan. Dari asam lambung sampai program hamil tersedia resepnya.
Baca Selengkapnyakudapan asli Cibadak ini banyak diburu untuk takjil ketika berbuka puasa tiba.
Baca Selengkapnya