Sudah Turun Temurun, Ini Cerita Desa di Kebumen yang Larang Warganya Jualan Nasi
Merdeka.com - Sebuah desa di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah memiliki sebuah kepercayaan unik yang dilakukan warganya secara turun temurun. Kepercayaan tersebut berkenaan dengan dilarangnya penjualan nasi putih oleh seluruh masyarakat Desa Penimbun, di Kecamatan Karanggayam, Kebumen.
Usut punya usut, pantangan tersebut juga ditaati oleh seluruh pengusaha makanan di sana, sehingga mustahil kita bisa menemukan warung makan yang menyediakan nasi hingga warung nasi goreng di wilayah tersebut.
Seperti apa kisah uniknya? Berikut kabar selengkapnya sebagaimana merdeka lansir dari berbagai sumber, Sabtu (12/06).
Kepercayaan Melarang Menjual Nasi
www.boldsky.com
Seperti diungkap di salah satu unggahan video milik kanal YouTube mrapatdotid yang diunggah pada 29 Januari 2021 lalu. Di video tersebut disebutkan bahwa kepercayaan dilarang menjual nasi dalam bentuk apapun sudah berlangsung selama turun temurun.
Di sana kita tidak dapat menemukan warung makan yang berhubungan dengan nasi. Kalaupun ada, hanya sebatas menjual lauk pauk, bakso atau mie ayam hingga lotek dan gado-gado.
"Di Penimbun jika kita cermati tidak ada satu pun warung nasi yang ditemukan, ntah nasi rames, nasi goreng dan nasi-nasi lainnya. Di sana warung makan hanya sebatas menjual gado-gado ataupun mie ayam," terang narasi di dalam video tersebut.
Jika Melanggar Warga Mendapat Musibah
Kepercayaan tersebut diketahui adanya perintah nenek moyang meminta agar tidak menjual nasi bagi warga di sana. Jika melanggar konsekuensinya akan ada warga yang terkena musibah, bahkan hingga meninggal dunia.
Jika menginginkan nasi, penduduk boleh memberikannya namun tidak boleh meminta bayaran alias diberikan secara gratis.
"Sehingga jika kita membeli makanan di sana, jangan meminta nasi. Bisa jadi sang pemilik akan memberikannya namun tidak akan meminta bayaran. Hal itu berkenaan dengan adanya mitos musibah yang terjadi jika warga kedapatan menjual nasi," ungkapnya lagi.
Asal Usul Mitos Berasal dari Sumpah Musafir
Saat dikonfirmasi Sekretaris Desa Penimbun, Simin Prayogi (36) pada Kamis (3/6/2021) lalu, ia mengungkapkan jika aturan tak tertulis tersebut berawal saat zaman nenek moyang dahulu.
Saat itu terdapat seorang musafir yang melewati kawasan Penimbun dan merasa kelaparan. Musafir tersebut pun mencoba meminta nasi ke setiap rumah yang dilewatinnya namun tak ada yang memberi.
Disebutkan Simin, keadaan tersebut karena warga Penimbun saat itu berada dalam kondisi yang sulit sehingga warga terpaksa menolak permintaan musafir tadi.
"Intinya saat itu sang musafir mengeluarkan kata-kata semacam kutukan, jika warga Penimbun dan anak cucunya kelak ada yang jualan nasi maka akan ada musibah di desa sini, musibahnya berupa kematian," ungkap Simin melansir dari kanal wara-wirikebumen.com
Pesan di Balik Larangan Berjualan Nasi
Salah seorang warga Penimbun Sarno 51 menjelaskan, mitos ini memang diyakini ada oleh masyarakat setempat. Bahkan dirinya juga turut menerapkan larangan itu.
Sudah sejak tahun 1997 dirinya menjual berbagai kebutuhan sembako sampai lauk pauk makan, namun hanya nasi putih yang tak ia jual.
Kalaupun ada warga yang mencari nasi putih untuk jamuan keluarga, biasanya akan mencari ke desa lain atau ke kota.
"Kami lebih menjual bahan lain karena memang mitosnya ada (kami meyakini itu), daripada ada apa-apa," katanya.
Namun diungkap pemerintah desa di sana bahwa ada pesan lain di balik larangan berjualan nasi putih.
Yakni mengingat daerah Desa Penimbun merupakan kawasan dengan kandungan air yang tidak terlalu banyak. Hal itu lah yang membuat para petani zaman dahulu mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengembangkan tanaman padi karena berisiko puso.
Hal tersebut yang kemudian menjadikan beras hasil panen (terutama nasi) memiliki arti yang lebih bagi kelangsungan hidup (makanan pokok), sehingga dijadikanlah nasi hanya untuk kebutuhan warga tidak untuk dijual ke yang lain.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kampung di Kebumen Ini Disebut Paling Ditakuti Para Pejabat, Cerita Warga Bikin Merinding
Konon apabila ada pejabat yang datang ke sana, ia akan langsung turun pangkat atau dipindahtugaskan.
Baca SelengkapnyaDi Awal Tahun 2024, Akhirnya Bedu Buka Restoran Mewah dan Luas
Bedu ternyata menjual rumahnya untuk membuka usaha kuliner yang diimpikannya.
Baca SelengkapnyaMenilik Desa Sekar Gumiwang yang Berada di Tengah Waduk Gajah Mungkur, Sempat Muncul saat Musim Kemarau
Di musim kemarau tahun 2023 lalu, desa tersebut kembali muncul ke permukaan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Nikmatnya Bubur Pedas, Menu Makanan Wajib Berbuka Puasa di Sumatra Utara
Bubur pedas jadi salah satu sajian kuliner yang kerap diburu masyarakat Sumatra Utara ketika Ramadan saat buka puasa.
Baca SelengkapnyaKisah Gereja Tua Kaliceret, Bangunan Kayu Tanpa Paku yang Telah Berusia Ratusan Tahun
Bangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Baca SelengkapnyaJadi Kesayangan saat Buka, Ini Alasan Kenapa Teh Hangat Seharusnya Dihindari Penderita Asam Lambung
Teh hangat merupakan minuman kesayangan banyak orang pada saat berbuka puasa, sayangnya minuman ini tidak sehat dikonsumsi pada saat berpuasa.
Baca SelengkapnyaMerajut Kenangan di Kuningan, Alamnya Indah Kulinernya Menggiurkan
Kota kecil di selatan Jawa Barat ini punya kuliner yang eksotis dan destinasi yang nyeni.
Baca SelengkapnyaLetda Gading Usap-usap Jidat Ditantang Sang Istri Belanja Kebutuhan Masak Bawa Duit Rp50 Ribu
Prajurit TNI dapat misi dari istri untuk berbelanja di warung.
Baca SelengkapnyaBaru Buka Langsung Diserbu, Ini 10 Potret Tempat Makan Sate Baim Wong yang Luas dan Asik Buat Nongkrong
Baim Wong kembali membuka bisnis kuliner. Kali ini, ia membuka sebuah tempah makan dengan menyuguhkan sate sebagai menu utamanya.
Baca Selengkapnya