Sindangkerta Lautan Api, Tragedi Bersejarah di Indramayu yang Jarang Diketahui
Merdeka.com - Indramayu merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang tak luput dari kekejaman penjajahan Belanda di masa lalu. Salah satu wilayahnya adalah Desa Sindangkerta di Kecamatan Lohbener.
Wilayah yang tak jauh dari sungai Cimanuk tersebut dahulunya pernah menjadi saksi bisu kekejaman dari tentara kolonial Belanda yang berupaya merebut wilayah tersebut untuk dijadikan bidang kekuasaannya.
Asikin (80), warga setempat, sekaligus saksi sejarah dari penjajahan Belanda tersebut mengungkapkan, jika di kampungnya itu dahulu pernah terjadi peristiwa mengerikan yakni penghangusan pemukiman warga desanya saat Agresi Militer Belanda di tahun 1947.
Ia menuturkan jika ketika itu dirinya masih berusia lima tahun, dan ia melihat secara langsung para serdadu Eropa tersebut membakar seluruh desanya dengan beragam alat perang.
"Tentara Belanda kemudian membakar rumah warga kami hingga menjadi lautan api," kata Asikin, Minggu (11/10/2020) mengutip dari Liputan6.
Tertulis di Sebuah Tugu
Penampakan Tugu peringatan Sindangkerta Lautan Api di Kabupaten Indrmayu.
©2020 Liputan6
Selain dari penuturan Asikin, saksi sejarah lainnya terdapat di sebuah tugu berwarna biru yang terletak di dekat jembatan bangkir, Desa Sindangkerta, Kabupaten Indramayu.
Di tugu tersebut tertulis sebuah pesan “Di sinilah tempat para pejuang kemerdekaan mempertaruhkan jiwa demi tegaknya Kemerdekaan RI pada tanggal 17-8-1945. Tertanggal 20 Mei 1976".
Menurut Asikin, tugu tersebut dibangun oleh pemerintah yang pada saat itu digunakan untuk mengenang jasa para pahlawan yang berjuang di desanya tersebut.
Memberondong Rumah-rumah dengan Peluru
Salah satu yang ia ingat adalah di mana saat itu tentara Belanda tengah berpatroli mengelilingi desanya untuk memburu para pejuang. Saat itu para pasukan Belanda juga menembaki rumah-rumah penduduk yang dianggap sebagai tempat persembunyian.
Kendati demikian, rakyat Indramayu terus melawan kekejaman Belanda di bawah komando Muhammad Asmat Sentot atau M.A Sentot, yang merupakan panglima perang setempat yang cukup berpengaruh.
M.A Sentot dan Pasukan Setan
Lebih lanjut menurut Asikin, ketika itu masyarakat di Indramayu terus maju menghalau Belanda melalui gerilya dari Pasukan Setan yang dipimpin Sentot.
Pasukan Setan sendiri dalam menjalankan aksinya kerap menembaki tentara Belanda yang berpatroli sembari bersembunyi di balik pepohonan sehingga tidak terlihat dan ditakuti pada saat itu.
"Saya ingat kejadiannya tahun 1947 saat agresi militer Belanda kesatu. Bersama pasukannya bernama Pasukan Setan tersebut melawan Belanda. Menembaki dari tempat-tempat persembunyian ketika tentara Belanda sedang patroli menggunakan mobil," kata Asikin saat ditemui di kediamannya di Desa Sindangkerta, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Minggu (11/10/2020).
Serangan Belanda Makin Tak Terkendali
Setelah MA Sentot bersama pasukan setannya berhasil memukul mundur tentara Belanda, tak lama kemudian para penjajah tersebut kembali menyerang Desa Sindangkerta dengan peralatan yang lebih canggih.
Bahkan para penjajah juga menggunakan pesawat untuk membantu menyisir para pahlawan yang diduga bersembunyi di rumah warga maupun di area sekitar desa tersebut.Ketika itu suasana makin mencekam, dengan suara tembakan dan pesawat yang terus berkeliling selama tiga hari.
"Selama tiga hari saya lihat kapal Londo muter-muter di atas. Para warga ketakutan, mereka bersembunyi mencari tempat yang aman. Suasana begitu menegangkan dan penuh ancaman," papar Asikin.
Sindangkerta Lautan Api
Asikin menambahkan jika puncak tragedi berdarah di Sindangkerta terjadi pada November 1947, di sekitar jembatan bangkir. Menurutnya, rumah-rumah warga banyak yang terbakar, kepulan asap di mana mana dan suara granat menggema seantero desanya.
"Saya sangat jelas melihat keadaannya. Dilempar pakai granat. Rumah-rumah warga terbakar dan asap hitam membumbung menyelimuti desa tersebut. Desa tersebut lautan api," terang Asikin.
Senada dengan Asikin, Pemerhati Sejarah sekaligus Budayawan Indramayu Supali Kasim menerangkan jika awal mula pertempuran besar di Indramayu itu terjadi pukul 05.00 WIB pagi.
Di mana para pejuang setempat bersembunyi di balik tanaman padi setinggi 20 cm untuk membegal rombongan tentara Belanda yang sedang melintas menggunakan truk. Ketika itu para pejuang menembaki musuh-musuh dan memicu pertempuran besar di Sindangkerta.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku
Simak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca SelengkapnyaPenuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Baca SelengkapnyaSisi Menarik Jaka Sembung, Tokoh Fiksi Indramayu yang Benci Penjajahan dan Berhasil Kalahkan Ilmu Rawa Rontek
Jaka Sembung jadi tokoh fiksi yang berasal dari Indramayu Jawa Barat. Intip fakta menariknya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tak Kalah Indah dari Kawah Ijen, Intip Pesona Sungai Kalipait Bondowoso Mengalir Membelah Hutan dan Tebing Batu
Airnya sangat jernih hingga membuat dasar sungai tampak jelas
Baca SelengkapnyaDuka Warga Pesisir Padang Pariaman, Rumahnya Hancur Dihantam Abrasi Bertahun-Tahun
Tingginya gelombang dan naiknya permukaan laut merusak rumah warga
Baca SelengkapnyaKisah Sayur Lalap Khas Sunda yang Jarang Diketahui, Pernah Selamatkan Orang Belanda di Zaman Perang
Siapa sangka jika lalapan pernah jadi "juru selamat" warga Belanda di masa perang.
Baca SelengkapnyaBerawal dari Senang Hias Rumah, Pemudi Indramayu Ini Sulap Kain Jadi Tas Indah, Kini Kantongi Cuan Jutaan Rupiah
Bermula dari hobi, pemudi asal Indramayu ini ciptakan kain simpul yang bernilai ekonomi tinggi
Baca SelengkapnyaMengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak
Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca SelengkapnyaBanjir Parah Rendam Sejumlah Desa di Indragiri Hulu, Wakapolres Datangi Ratusan Pengungsi
Banjir parah merendam tiga desa dan menyebabkan sedikitnya 228 warga mengungsi
Baca Selengkapnya