Merdeka.com - Muncul wacana pergantian nama Provinsi Jawa Barat menjadi Tatar Sunda pada kongres yang dilaksanakan Senin (12/10/2020) lalu, sontak hal ini mendapat respon dari Gubernur Jawa Barat Mochamad Ridwan Kamil.

Menurutnya, usul dari sejumlah tokoh Sunda tersebut perlu didalami kembali. Karena jika ditinjau dari sisi nama, Jawa Barat memang bukan Jawa bagian barat. Namun, dari situ ada unsur fundamental yang masih perlu dikaji.

"Saya harus melihat dulu secara fundamental, karena Jawa Barat itu kalau secara judul memang bukan lagi Jawa bagian barat. Jawa paling barat kan Banten," kata Ridwan Kamil di Gedung Pusdai, Kota Bandung, Rabu (14/10/2020) melansir dari Liputan6.

Menaungi Tiga Budaya

©2020 Istimewa

Dirinya menyebut di provinsi ini terdapat tiga budaya yang bernaung di bawahnya, Sunda priangan, kacirebonan yang berbahasa Jawa, serta betawian. Sehingga pergantian nama itu perlu ditinjau terlebih dulu, agar saling memahami dan menyepakati apa itu 'Sunda' lewat tiga kebudayaan tadi.

Lebih lanjut Emil, (panggilan Ridwan Kamil) berharap jika inisiator pengusul nama bisa menggelar diskusi yang lebih luas. Sehingga tidak ada pandangan yang berbeda-beda dari ke tiga budaya tersebut.

"Kalau tidak ada kesepakatan, hidup ini tidak akan maslahat. Jadi saya melihat sebuah wacana, silakan tapi masih panjang perjalanannya karena harus dipahami. Disetujui dulu oleh pihak-pihak yang mungkin merasa berbeda. Kalau itu dihadirkan," tuturnya.

Bukan Sekedar Nama Suku

Di luar itu, masyarakat di Jawa Barat juga perlu memahami jika istilah Sunda bukan sekedar nama suku atau etnis. Melainkan lebih kompleks dari itu, yakni mengacu pada unsur geografis di lempeng Sunda yang merupakan bagian dari Lempeng Tektonik Eurasia. Lempeng tersebut kini secara geografis meliputi Kalimantan, Jawa, Sumatera, bahkan hingga ke sebagian wilayah di Asia Tenggara.

“Dan harus masyarakat ketahui, Sunda itu bukan etnisitas. Sunda itu wilayah geografis meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa yang disebut Sunda besar. Kemudian Sunda kecil yang disebut Bali dan Nusa Tenggara tetapi dalam perjalannya menjadi etnisitas. Kesepakatan ini belum semua orang paham jadi masih panjang lah ya," katanya.

Dikatakan jika Jawa Barat merupakan provinsi pertama yang dibentuk sejak masa kolonial Belanda pada 1925. Namun demikian, sesuai yang tertera di Undang-Undang Nomor 11 tahun 1950, Provinsi Jawa Barat berdiri pada 4 Juli 1950, dan mulai diberlakukan oleh pemerintah.

Disebutkan untuk Mengembalikan Spirit Kebudayaan

Sebelumnya, Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad telah menghadiri Kongres Sunda dalam mendengarkan aspirasi pengembalian nama Sunda menggantikan Provinsi Jawa Barat.

Aspirasi itu mencuat dalam Kongres Sunda yang dihadiri segenap tokoh Sunda seperti Memet H Hamdan, Maman Wangsaatmadja, Iwan Gunawan, Ridho Eisy, Dharmawan Harjakusumah (Acil Bimbo), Ganjar Kurnia (mantan Rektor Unpad), Adji Esha Pangestu, Andri P Kantaprawira dan sejumlah tokoh lainnya.

Dalam kongres yang digelar di Aula Rancage Perpustakaan Ajip Rosidi, Kota Bandung, Ketua Steering Committee Kongres Sunda Andri P. Kantaprawira mengungkapkan jika istilah Sunda telah tergerus dan hanya dianggap sebagai kelompok suku saja.

"Kita sudah kehilangan banyak, Sunda Besar, Sunda Kecil. Kebudayaan kita sudah tergerus, badak Sunda diganti menjadi badak Jawa. Penggantian nama Tatar Sunda, Sunda atau Pasundan ini keseluruhan atau sebutan," ujarnya.

Sehingga menurutnya, penamaan Sunda akan membawa roh budaya dan karakter Sunda. Aspirasi ini akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.

"Karena kita lihat esensinya, perubahan itu untuk perubahan karakter, spirit kebudayan itu karena ada budaya unggul, adat yang kembali, Sunda Mulya, Sunda Unggul. Itu akan ke perubahan, karena budaya adalah fondasi kemajuan," ujarnya.