Merdeka.com - Kasus penemuan jenazah pada Sabtu (21/8) lalu menghebohkan masyarakat di Desa Bojen, Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Banten lantaran kondisinya tak utuh.

Mayat yang tinggal tersisa tulang belulangnya itu pertama kali ditemukan oleh saksi warga setempat berinisial RD, saat tengah berjalan di pinggiran pantai Sungai Cilatak.

Atas penemuan itu, ia langsung melaporkan ketua RT setempat bernama Carmadi yang kemudian diteruskan ke Polsek Panimbang.

"Penemuan tengkorak di atas tanah. Tulang tangan dan kaki masih ada di lokasi," kata Kasatreskrim Polres Pandeglang, AKP Fajar Mauludi, melalui pesan elektroniknya, Minggu (22/08/2021) mengutip Liputan6.

Jasad Diidentifikasi

Usai kejadian, pihak kepolisian bersama tim inafis langsung bergerak dan melakukan identifikasi terhadap jasad tersebut. Tak sampai di situ, warga setempat termasuk saksi pun turut dimintai keterangan demi terungkapnya penyelidikan.

Di waktu yang bersamaan, pihak kepolisian kemudian langsung mengumpulkan serpihan tengkorak dan memeriksa di sekitar lokasi kejadian.

Sebelumnya saksi RD mengatakan, penemuannya sendiri terjadi pada petang hari sekitar pukul 18.00 WIB. Tim inafis mengatakan, jika serpihan tulang jenazah tersebar di radius sekitar 20 hingga 50 meter dari pusat penemuan.

Ternyata Mayat Kakek yang Hilang Selama Tiga Minggu

Usai dilakukan penyelidikan, diketahui terdapat salah seorang warga setempat yang mengaku kehilangan anggota keluarganya sejak tiga pekan terakhir. Pengakuan itu didukung dengan disebutkannya ciri-ciri pakaian yang dikenakan orang hilang sama dengan yang ditemukan di TKP.

Setelah dilakukan pemeriksaan, pihak berwenang pun melakukan pencocokan berdasarkan keterangan dari jasad tengkorak tersebut. Tak lama terungkap jika mayat tersebut diduga adalah MR (70) warga yang hilang.

Dari keterangan pihak keluarga, MR diketahui sudah tiga minggu tak kembali ke rumah. Kini, tulang belulang korban sudah dimakamkan oleh pihak keluarga.

Alami Gangguan Jiwa

©2021 Liputan6/ Merdeka.com

Pihak keluarga juga menambahkan, jika semasa hidup MR diketahui mengalami gangguan kejiwaan sehingga ia sering berjalan sendirian di luar rumah.

Pihak keluarga akhirnya memilih langsung memakamkan korban, tanpa melalui proses tes DNA termasuk autopsi jenazah

"Sudah diserahkan ke pihak keluarga dari MR (70). Keterangan dari keluarga, memang korban korban sering jalan-jalan sendiri, karena mengalami gangguan kejiwaan. Dia hilang sekitar tiga Minggu lalu. Pihak keluarga menolak dilakukan tes DNA dan autopsi," jelasnya.