Menilik Uniknya Ngadulag, Tradisi Bedug Sunda yang Hanya Ada saat Ramadan & Syawalan
Merdeka.com - Momen datangnya bulan suci Ramadan hingga hari raya Idulfitri selalu dinanti oleh segenap masyarakat muslim Indonesia, termasuk di Jawa Barat.
Beragam tradisi lokal pun kerap dilakukan, salah satunya ngadulag. Tradisi tersebut populer di beberapa wilayah Jabar seperti Cimenyan, Kabupaten Bandung, Sukabumi, hingga sebagian wilayah Banten.
Tradisi ngadulag sendiri biasanya dilakukan dengan memukul bedug di masjid-masjid, termasuk mengarak bedug berkeliling kampung saat malam bulan suci dan malam takbiran.
Menariknya, para penabuh yang rata-rata pemuda itu akan membunyikan dulag dengan pola tertentu yang sarat akan pesan kebaikan.
Seperti apa keunikannya? Berikut informasinya yang merdeka kutip dari berbagai sumber.
Menjadi Seni Khas Masing-Masing Desa
©2020 Liputan6.com/Herman Zakharia
Seperti dikutip dari odesa.id, ngadulag berasal dari tradisi akar rumput masyarakat desa di wilayah Jawa Barat untuk memeriahkan malam-malam bulan Ramadan.
Lambat laun, tradisi tersebut terus berkembang untuk memeriahkan malam takbiran dengan diiringi dentuman meriam karbit dari bambu yang dibunyikan oleh remaja setempat.
Suara dulag serta kohkol (kentongan bambu) selalu meramaikan suasana kampung, diiringi dentuman meriam karbit yang saling bersahut-sahutan hingga malam takbiran.
Memiliki Pesan Khusus
Tradisi ngadulag juga memiliki arti tertentu dari setiap ketukannya. R.A. Danadibrata (2006:177) dan Rachmatullah Ading Affandie atau RAF (1984:50) menyebutkan beberapa jenis penanda dalam tradisi tersebut.
Pertama, terdapat dulag kuramas, yakni pola menabuh bedug untuk memberikan tanda berkeramas. Biasanya pola tersebut akan dibunyikan pada satu hari jelang Ramadan, untuk mengajak warga setempat mensucikan diri dengan berkeramas sebelum melakukan puasa di esok hari.
Kemudian ada juga dulag jaman, di mana tanda tersebut akan dibunyikan saat masuknya waktu sahur. Biasanya sang penabuh di masjid setempat akan menabuhnya pada pukul 02.00 selama sekitar sepuluh menit.
Selama waktu itu, dulag dipukul secara perlahan-lahan, berhenti beberapa menit, kemudian dibunyikan lagi secara perlahan, kemudian berhenti lagi sampai pukul 03.00 WIB.
Dulag Taraweh, Tadarus, dan Fitri
Selanjutnya, terdapat juga dulag taraweh dan dulag tadarus, yang menandai masuknya waktu salat tarawih dan tadarus Al Quran. Terakhir adalah dulag fitrah atau dulag lilikuran, yang menandakan masuknya malem lilikuran atau hari ke 21 Ramadan hingga 1 Syawal.
Dulag ini biasanya dilakukan untuk memberikan aba-aba dimulainya masa pembayaran zakat fitrah. Danadibrata dan Rachmatullah menuliskan bahwa pola ketukan dari masing-masing ngadulag memiliki pola yang berbeda, sehingga akan menjadi ciri khas di masing-masing waktu tersebut.
Sayangnya saat ini tradisi tersebut perlahan mulai luntur, seiring kemajuan zaman dan hadirnya pengeras suara modern. Namun di beberapa wilayah Jawa Barat, tradisi ngadulag masih tetap dilakukan dengan pola dan pesan yang sama.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Uniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita
Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Nganggung, Bentuk Gotong Royong Masyarakat Bangka Belitung
Biasanya, tradisi ini dilaksanakan ketika hari besar Islam yaitu Idulfitri, Maulid Nabi, dan juga Iduladha.
Baca SelengkapnyaMenag Singgung Perbedaan Awal Ramadan 2024: Yang Beda Tak Perlu Dipersalahkan
Menag Singgung Perbedaan Awal Ramadan 2024: Yang Beda Tak Perlu Dipersalahkan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Meriahnya Prosesi Dugderan di Semarang, Tradisi Warga Menyambut Ramadan
Meski di tengah guyuran hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung semarak dan meriah.
Baca Selengkapnya8 Cara Ngabuburit yang Seru, Lakukan Ini agar Puasa Lebih Berwarna
Merdeka.com merangkum informasi tentang 8 cara ngabuburit yang seru, mulai dari berburu takjil gratis, hingga ikut dalam kajian yang diadakan di masjid-masjid.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Nyepuh Khas Warga Ciamis, Sambut Ramadan dengan Hias Kampung hingga Makan Nasi Kuning
Tradisi Nyepuh jadi cara warga di Ciamis untuk menyambut bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaMengenal Basuluak, Ritual Berdiam Diri saat Bulan Ramadan dari Minang yang Kini Mulai Ditinggalkan
Ritual jemaah penganut Tarekat Naqsyabandiah di Ranah Minang ini menghabiskan waktu di Bulan Ramadan dengan berzikir dan berdoa kepada Allah.
Baca SelengkapnyaMengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas
Pada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaSambut Bulan Suci Ramadan, Begini Serunya Tradisi Nyadran Ala Masyarakat Desa di Boyolali
Di balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.
Baca Selengkapnya