Mengenal Suluhan, Taktik Perang Warga Cirebon Usir Belanda Pakai Obor & Kunang-Kunang
Merdeka.com - Siasat perang rakyat Indonesia banyak ditakuti militer Belanda kala itu. Mereka bisa melakukan perlawanan tanpa diketahui, salah satunya melalui strategi Suluhan oleh pejuang di wilayah Cirebon, Jawa Barat, tahun 1802-1818 Masehi.
Melansir laman syekhnurjati.ac.id dalam Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam Minggu (16/1), di masa itu terjadi pemberontakan besar antara warga sekitar dengan kelompok penjajah. Hal ini merupakan sikap tidak puas dari eksploitasi ekonomi-politik dua pemimpin tertinggi Hindia Belanda, Herman Willem Daendels dan Letnan Jenderal Thomas Stamford Raffles.
Atas kuasa keduanya, peran Kiai serta tokoh agama yang amat dihormati oleh masyarakat di sana kian terpinggirkan. Penduduk yang mayoritas para santri merasa geram hingga melakukan perlawanan lewat perang Kedongdong.
Konon dalam peristiwa itu Belanda dibuat ketar-ketir, karena adanya taktik Suluhan yang tak tertebak. Berikut rangkuman informasi tentang Suluhan.
Menggunakan Obor dan Kunang-Kunang
Ki Bagus Rangin, pejuang perang kedongdong di Cirebon
©2022 YouTube Jendol TV/ Merdeka.com
Dalam Zamzami Amin, dkk, Baban Kana (2015:200), "Sejarah Pesantren Babakan Ciwaringin dan Perang Nasional Kedongdong 1802-1919", perang kedongdong merupakan salah satu perang terdahsyat di masa itu, di mana turut melibatkan sejumlah golongan masyarakat seperti petani, pejabat kerajaan hingga tokoh dari pesantren.
Dalam perang tersebut dipimpin oleh dua orang tokoh bernama Ki Bagus Rangin, dan Ki Bagus Serit. Mereka kerap menyuarakan perlawanan terhadap muslihat penjajah yang menipu rakyat. Dalam melakukan perlawanan turut digunakan strategi Suluhan untuk mengelabui Belanda.
Suluhan berasal dari kata Suluh yang artinya api (dalam obor), yang kemudian dinyalakan secara berjajar di sepanjang jalan wilayah Cirebon. Hal itu untuk menipu, seolah-olah warga Cirebon telah siap menyerang saat malam buta.
Guna semakin meyakinkan, turut disebar ratusan kunang-kunang dari hutan di kegelapan yang bagi Belanda seolah-olah terlihat sebagai rakyat yang maju menyerang.
Mampu Habiskan Peluru Senjata Belanda
Dalam laman historyofcirebon, diketahui strategi suluhan cukup efektif dalam memukul mundur musuh. Sebabnya dari obor serta kunang-kunang yang dilepaskan pejuang, Belanda langsung melepaskan tembakan hingga meriam ke arah obor yang menyala.
Di sana pejuang masih terus bersembunyi di balik hutan, sampai peluru dari senjata Belanda habis. Saat suara tembakan, dan meriam sudah tidak terdengar, pasukan rakyat Cirebon lantas balik menyerang dengan menggunakan alat seadanya seperti panah, pisau hingga golok. Seketika pasukan Belanda yang kehabisan senjata lari tunggang langgang.
Perang yang berlangsung selama 16 tahun itu memang tidak terjadi setiap hari, beberapa strategi pun turut digunakan salah satunya gerilya yang tak tak kalah ampuh dalam membunuh tentara Belanda saat berperang di tengah hutan.
Belanda Ancam Ledakkan Makam Sunan Gunung Jati
Sementara itu, pasukan Belanda yang mulai kewalahan turut menyusun strategi agar pemberontakan kedongdong bisa segera diakhiri.
Selama beberapa waktu mereka mengamati kelemahan pasukan Cirebon, hingga pasukan Belanda menemukannya lewat makam Sunan Gunung Jati sebagai tokoh yang paling dihormati di sana.
Taktik licik pun disusun, yakni dengan mengancam akan mengebom makam Sunan Gunung Jati ketika para pejuang tidak menghentikan pemberontakannya. Dalam pertempuran tersebut Ki Bagus Rangin pun tertangkap, dan dipenggal kepalanya di tepian sungai Cimanuk.
(mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak
Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca SelengkapnyaUniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita
Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaHeboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka
Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ciri Berlian Asli yang Gampang Dikenali, Simak Ulasannya
Ada beberapa ciri atau tanda yang dapat Anda kenali untuk membedakan berlian asli dan palsu.
Baca SelengkapnyaPerahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898
Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca SelengkapnyaSeorang Ibu di OKU Sumsel Meninggal di Bilik Suara saat Mencoblos, Begini Kronologinya
Korban tiba-tiba oleng lalu ambruk ke tanah. Korban pun meninggal dunia di lokasi kejadian
Baca SelengkapnyaTujuan Orde Baru, Latar Belakang, Kelebihan, dan Perbedaannya dengan Orde Lama
Orde Baru dapat didefinisikan sebagai suatu penataan kembali kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia berlandaskan dasar negara indonesia.
Baca SelengkapnyaJulid adalah Bentuk Iri Dengki, Ini Ciri-ciri dan Cara Menghadapinya
Julid menggambarkan sifat yang suka ikut campur urusan orang lain atau sifat yang suka mencari kesalahan orang lain.
Baca Selengkapnya50 Contoh Pantun Lucu yang Menghibur, Cocok untuk Cairkan Suasana Saat Berkumpul
Berikut contoh pantun lucu yang menghibur dan cocok untuk mencairkan suasana saat berkumpul.
Baca Selengkapnya