Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Sampyong, Tradisi Unik Memukul Betis Khas Majalengka

Mengenal Sampyong, Tradisi Unik Memukul Betis Khas Majalengka Tradisi Sampyong. Youtube Deddy Surrachman ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Kota Majalengka ternyata menyimpan beragam kesenian tradisional yang unik dan menarik, salah satunya adalah Sampyong. Kesenian yang sekilas mirip atraksi bela diri tersebut kini keberadaannya kian terpinggirkan.

Permainan yang mengandalkan adu ketangkasan itu mengharuskan para pemainnya memukul betis lawan. Dalam pertandingan diiringi musik tradisional Sunda, seperti kendang, gamelan dan suling terompet khas Jawa Barat.

Berawal dari Permainan Para Gembala

tradisi sampyong

Youtube Deddy Surrachman ©2020 Merdeka.com

Dilansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, permainan tersebut pertama kali dilakukan oleh anak-anak gembala sekitar dekade 1950 hingga 60-an. Permainan dilakukan untuk mengisi waktu luang ketika mengurus hewan ternak.

Anak-anak yang menggembala biasanya saling membagi tugas untuk menentukan pembagian wilayah. Pembagian wilayah dilakukan dengan cara saling memukul satu sama lain menggunakan rotan yang biasa digunakan untuk memecut hewan.

Sejak itu Sampyong digunakan oleh masyarakat di pedesaan Majalengka untuk meramaikan beberapa kegiatan masyarakat seperti khitanan, pernikahan dan acara tradisional lainnya.

Berasal dari Penyebutan Orang Tionghoa

Nama Sampyong sendiri merupakan akronim dari bahasa Tionghoa. Saat itu banyak pedagang dari negeri tirai bambu yang sedang singgah di Majalengka, dan sangat menyukai permainan tradisional ini.

Secara tidak sadar para komunitas Tionghoa menyebut kata “Sam” yang artinya tiga, dan “Pyong” artinya pukulan ketika atraksi dilaksanakan.

Mengikuti Irama Kendang

tradisi sampyong

Youtube Deddy Surrachman ©2020 Merdeka.com

Yang menarik dari Sampyong adalah ketika memukul betis lawan, para pemain diharuskan mengikuti alunan dari pola ketukan kendang. Hal tersebut dimaksudkan untuk menentukan kapan harus memukul dan kapan harus menari.

Dalam aturannya, Sampyong biasa dilakukan oleh dua orang yang saling berhadapan untuk mencari celah memukul betis lawan. Alat pukunya pun menggunakan bambu sepanjang 60 cm yang dahulu digunakan oleh para gembala dalam mengatur hewan ternaknya.

Digabungkan dengan Beberapa Kesenian Lokal

Disebutkan jika sejak era 80-an merupakan masa di mana eksistensi Sampyong mulai tergeser. Sejak saat itu agar tetap lestari, para seniman setempat mulai memadukannya dengan beberapa kesenian lain, seperti Adu Domba serta Kuda Renggong.

Kesenian adu pukul tersebut juga berkembang di beberapa wilayah Cirebon dan sebagian Indramayu dengan nama yang sama namun menggunakan bahasa yang berbeda.

Membawa Pesan Tertentu

tradisi sampyong

Youtube Deddy Surrachman ©2020 Merdeka.com

Sampyong sendiri memiliki empat unsur filosofi. Ppertama sebagai pengiring dalam kegiatan upacara adat tertentu, lalu sebagai media silaturahmi antar stakeholder (adanya interaksi antara pemain dan penonton), selanjutnya merupakan media pendidikan dan yang terakhir merupakan sarana hiburan umum.

Selain itu untuk memperkuat identitas dari kebudayaan asli Sunda, para pemain biasanya menggunakan pakaian Sunda Buhun (pakaian khas leluhur), berwarna hitam-hitam, plus totopong atau ikat kepala sebagai simbol kekuatan dari pemainnya.

Permainan tersebut baru dihentikan ketika salah seorang pemain merasa tidak sanggup untuk melanjutkan kegiatan memukul betis tersebut.

(mdk/nrd)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Babangkongan, Tradisi Memanggil Hujan Ala Masyarakat Majalengka yang Terinspirasi dari Katak

Mengenal Babangkongan, Tradisi Memanggil Hujan Ala Masyarakat Majalengka yang Terinspirasi dari Katak

Tradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan

Baca Selengkapnya
Perahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898

Perahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898

Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.

Baca Selengkapnya
Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana

Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana

Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Uniknya Tradisi Khitan di Salawu Tasikmalaya, Warga Keliling Kampung Sambil Menabuh Angklung

Uniknya Tradisi Khitan di Salawu Tasikmalaya, Warga Keliling Kampung Sambil Menabuh Angklung

Tradisi khitanan ini unik, karena diiringi warga dengan keliling kampung sembari menabuh angklung.

Baca Selengkapnya
Uniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita

Uniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita

Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.

Baca Selengkapnya
Uniknya Tradisi Ngamplop saat Jenguk Tetangga Sakit di Sumedang, Uang yang Terkumpul Bisa untuk Beli Kendaraan

Uniknya Tradisi Ngamplop saat Jenguk Tetangga Sakit di Sumedang, Uang yang Terkumpul Bisa untuk Beli Kendaraan

Tradisi ini unik, karena uang sumbangan jenguk bisa untuk membeli kendaraan

Baca Selengkapnya
Mengenal Nyumbun, Tradisi Menangkap Kerang Khas Suku Duano di Jambi

Mengenal Nyumbun, Tradisi Menangkap Kerang Khas Suku Duano di Jambi

Tradisi nyumbun dari Suku Duano Jambi ini mengandung makna mendalam.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sumando, Tradisi Meminang Ala Masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah

Mengenal Sumando, Tradisi Meminang Ala Masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah

Sumando dimaknai oleh masyarakat Tapanuli Tengah sebagai sebuah kesatuan, yakni pertambahan atau percampuran antara satu keluarga dengan keluarga lainnya.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita

Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita

Topeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.

Baca Selengkapnya