Mengenal Pesta Dadung, Tradisi Unik Buang Hama ala Masyarakat Kuningan
Merdeka.com - Jawa Barat dengan kearifan lokalnya yang unik selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi seluruh masyarakat luas. Sebagai salah satu wilayah dengan warisan budaya yang melimpah, provinsi berjuluk tatar sunda ini terus berupaya untuk mempertahankan geliat tradisinya yang kerap menghipnotis.
Salah satu tradisi peninggalan leluhur sunda yang masih terus dilaksanakan di Kuningan hingga saat ini adalah Pesta Dadung atau Ombyok Dadung. Sebuah tradisi ungkap syukur dengan membuang hama pada tumbuhan padi agar melimpahnya panen raya dan ternak sehingga menguntungkan.
Berkembang Sejak Abad ke 18
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/ ©2020 Merdeka.com
Dilansir dari disparbud.jabarprov.go.id, tradisi syukuran ala masyarakat Desa Legokherang, Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat ini sudah berlangsung sejak abad ke 18 masehi, atau sekitar tahun 1900 an.
Saat itu tradisi tersebut digunakan sebagai perantara upacara ritus (pemujaan) kepada Ratu Galuh atau dewi pelindung komoditas tani dan ternak yang dipercaya masyarakat setempat agar komoditas yang dibudidayakan terlindung dari gagal hasil.
Pelaksanaan upacara tersebut merupakan suatu kebiasaan dari masyarakat sunda yang mayoritas sebagai masyarakat pastoral atau para penggarap lahan pertanian dan penggambala. Saat ini upacara tersebut selalu berlangsung beriringan dengan upacara seren taun khas Jawa Barat.
Pemicu Semangat Para Penggembala
Selain itu, sesuai dengan namanya, Dadung yang berarti tambang gembala yang diikatkan ke leher hewan ternak juga dilakukan untuk memicu semangat di setiap kegiatan penggembalaannya.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika para “budak angon” di upacarakan maka dia akan selalu diberikan kesehatan serta kekuatan untuk terus beraktivitas, baik bertani maupun menggembalakan hewan ternaknya.
Pelaksanaan Upacara Dadung
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/ ©2020 Merdeka.com
Dalam pelaksaannya upacara tersebut, awal mula tokoh adat setempat akan mengumpulkan Dadung yang terdiri dari dadung sepuh (tali penggembala yang besar dan merupakan warisan masa lampau), dadung penggembala dan sesajen (rurujakan dan parawanten).
Sementara proses pengumpulan dadung dan penempatan di sebuah kotak besar berwarna hitam. Gamelan harus terus ditabuh sebagai syarat pengiring dari upacara yang dianggap sakral tersebut sembari sesepuh setempat menyalakan kemenyan sembari membaca mantra.
Mantra Dadung
Allah kaula pangampuraParukuyan rat gumilangAseupna si kendi wulangKa gigir ka para nabi
Ka handap ka ambu ka ramaNu calik tungtung di kamarKadaharan tungtung kukusSakedap kanu kagungan
Menari hingga Pagi
Setelah mantra tersebut diucapkan, dadung dan hama dari tanaman tersebut lantas diarak dengan menggunakan gamelan pelog atau salendro. Sembari terus diarak menuju bukit Situ Hyang, Kuningan untuk di tarikan bersama ronggeng dan dibuang di kawasan perbukitan tersebut.
Sebelum mulai ditarikan oleh sesepuh dan perangkat desa lainnya, dadung tersebut dibacakan kidung rajah pamunah, dilanjutkan dengan pembacaan tulak Allah. Setelah itu, dadung kemudian ditarik oleh kepala desa disertai para aparat desa dan ronggeng dalam iringan lagu renggong buyut.
Setelah selesai, dadung kemudian disimpan kembali dan acara dilanjutkan dengan tayuban. Penarinya adalah para penggembala dan masyarakat yang hadir dalam upacara tersebut. Mereka menari sampai pagi dan berakhir sekitar pukul 04.00 pagi.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenal Tradisi Adang yang Sakral, Ritual Memasak Warga Serang Sambut Hari Besar Keagamaan
Kabupaten Serang memiliki kearifan lokal yang hampir punah bernama Adang.
Baca SelengkapnyaMengenal Babangkongan, Tradisi Memanggil Hujan Ala Masyarakat Majalengka yang Terinspirasi dari Katak
Tradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan
Baca SelengkapnyaMengenal Tarian Rentak Kudo, Kesenian Tradisional Kolosal Khas Suku Kerinci
Salah satu tarian tradisional asli masyarakat Suku Kerinci dari daerah Hamparan Rawang ini selalu menghadirkan penampilan yang membuat decak kagum.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengenal Tradisi Bodho Kupat, Satu Kampung di Lumajang Kompak Jadi Pedagang Janur dan Ketupat
Bodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaSerunya Kerapan Kerbau Tradisi Petani di Lumajang Jelang Masa Tanam
Selain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,
Baca Selengkapnya5 Tradisi Masyarakat Sumatra Utara Menyambut Datangnya Ramadan, Salah Satunya Pesta Tapai
Di Provinsi Sumatra Utara, masyarakat menyambut bulan suci ini dengan ragam tradisi yang berbeda-beda dan tentunya penuh makna.
Baca SelengkapnyaMelihat Tradisi Mamanukan Khas Pantura Jawa Barat, Hadirkan Patung Burung Besar untuk Kendaraan Anak yang Disunat
Mamanukan akan dinanti oleh masyarakat di sepanjang wilayah pantura Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaBegini Awal Mula Tradisi Mudik Jelang Lebaran di Indonesia, Sudah Ada Sejak Kerajaaan Majapahit
Tradisi ini telah menjadi fenomena sosial yang besar di Indonesia, di mana jutaan orang memilih untuk meninggalkan kota.
Baca SelengkapnyaUniknya Tradisi Ngamplop saat Jenguk Tetangga Sakit di Sumedang, Uang yang Terkumpul Bisa untuk Beli Kendaraan
Tradisi ini unik, karena uang sumbangan jenguk bisa untuk membeli kendaraan
Baca Selengkapnya