Kisah Punker di Cirebon Kenalkan Buku ke Anak-Anak, Keliling Desa Bawa Pedati Pustaka
Merdeka.com - Sudah enam tahun lamanya Robianto (42), bergerak untuk mengenalkan buku ke masyarakat di Desa Bayalangu, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Setiap harinya Robi rela blusukan dari kampung ke kampung demi membuka akses bacaan yang mudah dijangkau. Ia memiliki misi agar anak-anak bisa memiliki kebiasaan membaca buku.
Saat dihubungi Merdeka, Senin (20/6), Robianto mengaku mempunyai jurus andalan agar menarik minat masyarakat dan anak-anak. Ia berkeliling menggunakan sebuah pedati yang disulap menjadi perpustakaan keliling bernama Pedati Pustaka Bayalangu.
Strateginya pun tepat, mengingat perpustakaan keliling Pedati Pustaka rancangannya selalu dipenuhi semua kalangan saat singgah di simpul keramaian seperti alun-alun hingga sekolah. Berikut kisah Robianto selengkapnya.
Tak Ingin Anak-Anak Terjerumus ke Hal Negatif
Pedati Pustaka Bayalangu
©2022 Facebook Robby Binti Marsiti/Merdeka.com
Dalam sambungan telefonnya, Robi dengan hangat juga menceritakan masa lalunya saat masih berada di jalanan. Ketika itu Ia mengaku memiliki jalan hidup yang belum tertata, hingga salah seorang rekannya sesama anak punk mengajaknya untuk menggelar lapak buku jalanan.
Diakuinya ketika itu Ia masih bingung bagaimana menjalani ajakan temannya itu. Robianto pun hanya ikut hingga lambat laun kecintaannya terhadap buku kembali terangkat seperti saat masa Sekolah Dasar (SD).
"Walau sekolah saya tidak selesai, saya sudah suka membaca sejak SD dulu," jelas pria yang juga disapa Robby Binti Marsiti tersebut.
Seketika Robi mulai tergerak untuk memajukan desanya karena tak ingin anak-anak di wilayahnya terjerumus seperti dirinya ketika itu.
"Awalnya gak tau mau gerak bagaimana, dan di tahun 2015 ketemu teman di acara punk dan diajak bikin perpustakaan jalanan. Sempet bingung gimana praktiknya karena belum ada buku juga saat itu sampai ada beberapa buku akhirnya mulai keliling Gegesik, Jagapura, Kaliwedi dan kepikiran buat majukan desa sendiri setelah 3 bulan berjalan," katanya.
Selain itu, Ia juga menyoroti ramainya penggunaan gawai saat ini yang ternyata turut berpengaruh ke anak-anak. Tujuan Robianto mengenalkan buku juga agar mereka terhindar dari kecanduan yang berdampak negatif.
Ketuk Satu Per Satu Rumah Warga untuk Tawarkan Buku
Robianto menceritakan bagaimana semangatnya menumbuhkan kebiasaan baca di kalangan masyarakat. Ketika itu, dirinya mengaku sampai harus bergerak dari rumah ke rumah untuk mengetuk pintu warga.
Robi mengaku membawa buku hanya bermodal tas, dengan sepeda yang dipinjam dari tetangganya. Terkadang Ia juga harus menumpang motor yang ditemui di jalan. Walau begitu, upayanya dalam membumikan literasi masih dibilang belum berjalan sukses karena berbagai keterbatasan, termasuk belum cukupnya buku yang Ia miliki.
"Akhirnya saya putuskan untuk bergerak sendiri dengan modal buku sebanyak 30 unit (15 buku sendiri dan 15 buku dari teman), door to door, ngetuk-ngetuk pintu rumah masyarakat yang ada," katanya.
Dirikan Pedati Pustaka Bayalangu
Pedati Pustaka Bayalangu
©2022 Facebook Robby Binti Marsiti/Merdeka.com
Pedati Pustaka Ia dirikan di tahun 2016 dari kayu sisa bangunan rumah miliknya. Robi mengaku terinspirasi dari salah satu program televisi yang menceritakan tentang kisah transportasi masa lalu yakni pedati.
Sembari buku-buku mulai berdatangan dari para donatur, Ia langsung ingin mengadaptasi alat angkut tersebut dan mengubahnya menjadi sebuah perpustakaan bergerak untuk membawa beragam bacaan.
"Nah ada lebihan kayu bikin rumah, terus dibikin pedati. Pedati itu daya tarik supaya anak-anak mau datang," terangnya.
Robi mengaku tidak ada makna khusus di balik itu dan hanya murni sebatas daya tarik agar masyarakat maupun anak-anak tertarik membaca di lapaknya.
"Terus berfikir karena gak semua anak itu mudah nerima buku, terus berfikir keras dan terfikir anak2 harus dibuat nyaman, Akhirnya beli sketsa gambar sebelum baca. Terus anak2 betah dan setelah itu malah tertarik baca," tuturnya.
Buktikan Minat Baca Masyarakat Indonesia Tinggi
Dari hasil pengamatannya selama menggelar lapak bacaan, Robianto menemukan fakta bahwa minat baca masyarakat khususnya anak-anak itu termasuk tinggi. Sayangnya, hal ini tidak tampak lantaran akses mendapatkan bukunya yang susah dan mahal.
"Saya ingin membuktikan bahwa minat baca masyarakat Indonesia itu tidak rendah seperti yang dibilang UNESCO, karena setiap pedati ini datang langsung diserbu anak-anak dan mereka membaca buku tidak hanya melihat-lihat," katanya.
Buah kegigihan Robianto juga pernah menarik perhatian Presiden Joko Widodo. Pada Februari 2017 lalu, Ia bersama penggerak literasi dari provinsi lain sempat diundag untuk berdialog bersama presiden tentang upaya menggerakkan semangat literasi di Indonesia.
"Sempat ada telepon dari Istana Negara, dan diundang Pak Jokowi untuk makan di sana saat Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Waktu itu saya ke sana dan pedatinya dibawa," katanya.
Dirikan Rumah Baca dan Ajak Anak-Anak Kenali Budaya Cirebon
Pedati Pustaka Bayalangu
©2022 Facebook Robby Binti Marsiti/Merdeka.com
Untuk mendukung semangatnya dalam “bersedekah ilmu”, Robianto kini membuka Rumah Baca Bayalangu yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
Menurutnya, banyak anak-anak yang datang setiap hari bahkan hingga malam tiba. Ia pun memilih tak menutup rumah baca tersebut agar bisa terus hidup dan dimanfaatkan secara cuma-cuma oleh mereka.
Serupa dengan lapak pedatinya, ia juga tidak memungut biaya sepeserpun bagi siapapun yang ingin mengunjungi Rumah Baca Bayalangu tersebut.
"Kalau bukunya hilang saya malah senang, berarti buku ini bermanfaat dan mereka memang betul-betul membutuhkannya di rumah. Saya nggak takut rugi, karena ini semua sudah saya pasrahkan kepada Allah (ikhlas)," tandasnya.
Selain itu, bagi anak-anak yang ingin belajar soal pelajar sekolah dan keagamaan Robianto juga membuka pintu seluas-luasnya. Ia dibantu sang istri akan membantu anak-anak yang ingin belajar, terutama soal bahasa Cirebon agar tetap lestari.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bocah di Jakarta Utara 'Disunat Jin' Usai Kencing di Kali, Ternyata Ini yang Terjadi
Dilansir dari Liputan6, ocah 6 tahun, AJ disunat jin yang memicu perhatian warga Mereka berbondong-bondong ke rumah AJ, . Simak kronologi selengkapnya!
Baca SelengkapnyaKebakaran Ruko di Mampang Prapatan Tewaskan 7 Orang yang Terjebak di Lantai 2, Ada Anak dan Balita
Api dapat dijinakkan oleh petugas sekitar empat jam lebih setelah berkobar sejak pukul 19.30 Wib.
Baca SelengkapnyaCerita Sukses Desa BRILiaN Banjar Wangi: Gagal Panen Padi, Ganti Tanam Ubi hingga Ekspor ke Luar Negeri
Kepala Kades Prasetyo menggandeng pelbagai instansi untuk membangun membangun desa Banjar Wangi. Salah satunya BRI.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sempat Putus Sekolah hingga Berjualan Rokok dan Koran, Mantan Panglima ABRI Ini Terkenal Jujur Bersahaja
Sosoknya bukan orang ambisius yang menghalalkan segala cara demi mendapat jabatan
Baca SelengkapnyaIbu dan Anak di Jakarta Selatan Ditemukan Meninggal Dalam Rumah, Kondisi Mengenaskan
Penemuan kedua jenazah ini bermula ketika pembantu mengetuk pintu namun tidak ada jawaban dari kedua korban.
Baca SelengkapnyaPerjalanan Hidup Anak Pemulung Hingga Punya 47 Cabang Kedai Cokelat, Gagal Berkali-kali tapi Tak Pernah Menyerah
Irham memulai perjalanan karirnya saat masih kuliah. Saat itu dia senang mempelajari ilmu yang berkaitan dengan pengembangan diri.
Baca SelengkapnyaDulunya Pengemis dan Suka Mabuk, Pria ini Tobat Kini Bisnis Ikan Cakalang Omsetnya Puluhan Juta Rupiah
Cerita pria dulunya pengemis dan suka mabuk kini berhasil mengubah hidupnya menjadi pribadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaBapak Tiri Membabi Buta Pukuli Anaknya Hingga Terjungkal, Terbentur Tembok & Muntah-Muntah Berujung Tewas
M, pelaku dan ibu korban merupakan pasangan baru. Mereka baru menjalin biduk rumah tangga sekira 5 bulan.
Baca SelengkapnyaDunia Memang Keras, Anak Usia 13 Tahun Jualan Bakso Keliling Dapat Komisi Segini Jika Dagangannya Habis
Rela merantau, ia setiap harinya harus menjual dagangan baksonya.
Baca Selengkapnya