Kisah Nenek Juleha, Perajin Terakhir Kain Tenun Khas Cirebon
Merdeka.com - Juleha, begitu nama asli perempuan penenun kain kotrek asal Desa Marikangen, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. Di usia 75 tahun tangan rentanya masih semangat untuk menggerakkan alat tenun manual yang terbuat dari kayu tersebut.
Mesin-mesin tenun ia gerakan menyesuaikan dengan bentuk motif dan bentuk kain yang dibuat. Meski fisiknya sudah menua, namun tekadnya masih kuat masih tertanam untuk menyusun kain kotrek yang sempurna untuk pemesan.
Dilansir dari liputan6, ia merupakan generasi terakhir yang masih aktif sebagai penenun kain unik khas Kota Udang. Di mana teman sesama penenunnya sudah banyak yang meninggal dunia.
"Yang lain seusia saya sudah tidak ada semua ada yang meninggal ada yang tidak melanjutkan tenun," kata Juleha saat ditemui di kediamannya, Senin (27/7/2020).
Aktif Menenun Sejak Usia Belia
Liputan6 ©2020 Merdeka.com
Dengan nada khasnya ia bercerita bahwa Juleha sudah mulai menenun kain kotrek sejak usia 15 tahun. Di mana ketika itu ia sudah bisa mengoprasikan alat tenun secara lihai, atas arahan dari kedua orang tuanya.
Dari situ Juleha bercerita jika kain tersebut telah ada sebelum Indonesia merdeka, sehingga kain kotrek begitu kental dengan dirinya. Bahkan saat itu kain tersebut sangat terkenal hingga ke luar pulau Jawa.
“Saya lahir tahun 1945 dan saat itu sudah ada tenun. Saya menikah usia 18 tahun masih menenun waktu itu lagi ramai PKI dan Gestapu," kata wanita yang akrab disapa nenek Juleha itu.
Menurutnya saking terkenalnya dan sempat menjadi komoditas, di wilayah Kabupaten Cirebon terdapat 3 desa yang para warganya memproduksi kain yang tersusun dengan tenaga manual tersebut.
"Dulu di Desa Marikangen, Pamijahan dan Desa Lurah. Yang paling bagus hasil kerajinan tenun dari Desa Lurah," kata dia.
Membawa Pengaruh di Tanah Palembang
Liputan6 ©2020 Merdeka.com
Dengan sedikit bernostalgia dirinya bercerita, jika dahulu Juleha beserta keluarga pernah pindah ke Palembang. Bersama penenun lain di wilayahnya ia melanjutkan kegiatan menenun kain kotrek dengan seorang pengusaha kain songket di Palembang.
Ia menjelaskan tentang kejayaan kain kotrek hingga membawa pengaruh terhadap pola tenun di sana. Menurut Juleha alat tenun tradisional Cirebon dianggap membawa inovasi dari kerajinan songket di sana.
Bahkan penenun Cirebon di Palembang sempat memberi pengetahuan baru tentang alat tenun Cirebon yang unik dan sederhana hingga mengalami kemajuan untuk songket.
Kembali ke Kampung Halaman
Di tahun 80an kain kotrek sempat mengalami penurunan akibat maraknya industri rotan yang menyerap banyak tenaga kerja. Hingga akhirnya para penenun kotrek di Palembang terpaksa pulang, melalui iming-iming pekerjaan yang terjamin.
Namun tak lama setelah setelah itu industri rotan pun meredup dan tidak kembali melanjutkan penenunannya. Dari sekian banyak pengrajin kain kotrek, hanya dirinya yang masih konsisten menenun hingga hari ini.
"Akhirnya mereka yang kembali dari Palembang tidak meneruskan kerajinan tenunnya pindah ke rotan. Tapi kemudian rotan jatuh dan mereka yang sudah terlanjur pulang mencari pekerjaan lain. Hanya saya yang masih menenun," kata Juleha.
Liputan6 ©2020 Merdeka.com
Ia juga mengenang saat muda dulu dirinya mampu menghasilkan hingga 4 kain dalam satu hari. Namun di usia senjanya ia hanya mampu menghasilkan satu kain saja dengan motif Palembang.
Salah satu yang masih ia pegang hingga saat ini adalah semangat menenun, sehingga kain kotrek bisa terus bertahan di tengah kemajuan zaman.
"Itu juga sekarang motifnya Palembang semua karena hasil kerajinan saya dibeli oleh bos saya kemudian dijual ke Palembang. Kalau mau beli ke bos saya saja karena saya hanya menenun dan dapat uang dari penjualan kain," sebut Juleha.
Juleha mengungkapkan jika dahulu motif kain yang paling banyak diminati adalah kain bermotif kotak warna warni. Dari bentuk tersebut kain kotrek Cirebon dibuat berbagai macam kebutuhan sandang seperti sarung hingga gendongan bayi.
Seiring berjalannya waktu, kain tenun mulai sepi peminat. Ketika itu Juleha juga sempat melayani pesanan tenun untuk dijadikan kain sajadah.
"Pertama kain kemudian sajadah setelah pesanan sajadah menurun tidak ada lagi tenun orang lari ke Palembang. Di Cirebon akhirnya ganti rotan. Jadi sebelum ada perajin rotan ya tenun dulu," kata dia.
Diminati Jawa Tengah dan Jawa Timur
Sementara itu, lanjutnya, dahulu hasil kerajinan Tenun Cirebon dijual ke pedagang di Cirebon hingga ke Semarang, Jawa Tengah, bahkan beberapa motifnya juga diminati di Jawa Timur.
Namun saat ini, ia seorang diri hanya menenun pesanan kain motif Palembang untuk diserahkan kepada pedagang kain yang dijual ke Palembang. Pesanannya tidak sebanyak dahulu
"Jadi motif Tenun Cirebon sudah tidak produksi lagi karena saya melayani pesanan majikan saya yang kasih modal benang. Dulu banyak sekali penenun di Jawa termasuk Cirebon jualannya sampai ke Sumatera sama pedagang orang kita saja. Belanda tidak banyak yang beli," kata dia.
Liputan6 ©2020 Merdeka.com
Ia terus berharap agar kerajinan kain tenun kotrek asal wilayah Plered bisa kembali menggeliat di masa sekarang. Meski sebagian besar penenun sudah beralih menjadi pengrajin dan pengusaha rotan. Sehingga kain khas tersebut bisa kembali hidup dan terangkat ke permukaan.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kelezatan Semangkuk Mi Kipas Khas Cirebon, Cara Masaknya Unik dan Curi Perhatian
Wajib dicicipi saat mampir Cirebon dan lihat cara memasaknya yang unik
Baca SelengkapnyaPenuh Haru! Nenek Asal Kebumen Ini Sempat Hilang selama 46 Tahun, Kini Bisa Bertemu Lagi dengan Anaknya
Nenek Satikem sempat "dibuang" oleh majikannya ke panti jompo di Bangka Belitung
Baca SelengkapnyaHaru Sambil Taburkan Bunga, Mayjen Kunto Memperlihatkan Makam Anak Sulungnya yang Bernama Senin
Menyambut datangnya bulan suci Ramadan 1445 Hijriyah, Mayjen Kunto dan Istri melakukan ziarah ke makam orangtua dan putra sulungnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kenalan dengan Rujak U Groh yang Unik dari Aceh, Bahannya dari Batok Kelapa dan Cocok untuk Takjil Berbuka
Rujak khas Aceh ini isiannya batok kelapa. Tertarik mencoba?
Baca SelengkapnyaDigunakan Setiap Masa Pemilu, Begini Kisah Tinta Kunyit yang Jadi Kearifan Lokal Cirebon
Penggunaan kunyit sebagai tinta pemilu jadi khas Kampung Benda Kerep Cirebon. Begini kisahnya.
Baca Selengkapnya60 Kata-Kata Nyeleneh tapi Bermakna Sangat Dalam, Bisa untuk Cerminan Diri Sendiri
Kata-kata nyeleneh tapi bermakna sangat dalam kadang dibutuhkan di saat kondisi tertentu.
Baca SelengkapnyaUsia Kotanya Mundur 53 Tahun, Ini 8 Keunikan di Cirebon yang Jarang Diketahui
Di Cirebon terdapat penutur Jawa dan Sunda lo. Yuk intip 8 keunikan kota ini
Baca SelengkapnyaCerita Bocah 8 Tahun Kemaluannya Terjepit Ritsleting, Petugas Damkar Turun Tangan Bawa Gerinda
Kejadian bermula ketika bocah 8 tahun buru-buru mengenakan celana
Baca SelengkapnyaMomen Letda Kinan Anak Mayjen Kunto Bertemu Orangtua di Tempat Dinas, Cium Tangan lalu Dipeluk dan Dicium Hangat
Berikut momen Letda Kinan anak Mayjen Kunto Arief saat bertemu orangtua di tempat dinas.
Baca Selengkapnya