Merdeka.com - Soemadi merupakan seorang petani asal Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat berhasil membudidayakan sayuran organik yang berharga murah. Bahkan dari upayanya tersebut ia juga berupaya memangkas rantai distribusi yang terkadang merugikan para petani.

Soemadi menjelaskan, kegiatan pertaniannya memang dikhususkan untuk menekan harga sayuran organik yang kerap memiliki harga mahal saat sudah sampai di pasaran.

Dirinya menginginkan seluruh lapisan masyarakat bisa merasakan sehatnya sayuran hasil budi daya sendiri dengan harga di bawah rata-rata.

“Dari organik ini kan selama ini anggapannya sangat mahal sekali, jadi kami ingin memutus image bahwa hasil pertanian organik itu mahal di supermarket gitu dan ternyata sebenarnya memang bisa lebih murah,” terang Soemadi di kebunnya, beberapa waktu lalu seperti melansir dari kanal YouTube Bumiku Satu.

Memanfaatkan Lahan Kosong di Sekitar Vila

©2021 Kanal Youtube Bumiku Satu/editorial Merdeka.com

Salah satu cara yang dipakai adalah memanfaatkan lahan kosong yang tak terpakai di area sekitar vila, kawasan Puncak, Cisarua. Kegiatan tersebut juga merupakan upaya penghijauan yang ia lakukan di area sekitar vila. 

Soemadi sudah memulai kegiatan bertani sayuran organik sejak 2009 lalu, dan merupakan warisan dari orang tuanya. Di beberapa bagian lahan tersebut, Soemadi juga melakukan penanaman tanpa membuang rumput liar sebagai bagian dari konsep organik yang sehat.

“Kebun ini kita manfaatkan dari sisa lahan vila yang sudah ada. Jadi vila itu ada lahan yang kosong dan tidak terpakai kita izin kepada owner untuk dimanfaatkan sebagai pertanian yang sehat (organik),” terang Soemadi.

Menjual Secara Mandiri Produk Sayur

©2021 Kanal Youtube Bumiku Satu/editorial Merdeka.com

Salah satu upaya untuk menekan harga di pasaran dengan meminimalisir seller atau pihak kedua dalam proses distribusi. Soemadi bersama beberapa rekan petaninya berupaya menjual secara mandiri komoditas sayuran dari kebunnya seperti wortel, pokcoy, kubis hingga lobak putih.

“Jadi kami benar-benar mendistribusikan komoditas di sini benar-benar mandiri ya, kita tanam sendiri, budi daya sendiri, jual sendiri, ngelapak sendiri. Dari situ akan tercipta harga di pasar yang stabil dan tidak merugikan petani maupun konsumen,” ungkapnya. 

Menerapkan Konsep Ramah Lingkungan

Misi Soemadi lambat laun berhasil menembus pasar supermarket dan mampu menjual dengan harga yang juga bersaing. Ia tidak menurunkan harga, melainkan menjual dengan harga serupa dengan produk organik lainnya dengan menambah jumlah berat sayuran dan mengurangi proses packaging.

Di tempatnya, Soemadi memang tidak menggunakan plastik sama sekali melainkan hanya menggunakan kertas bekas pakai yang masih bersih agar tetap ramah lingkungan.

“Kita tahu ya selama ini di supermarket harga sayuran organik cukup fantastis, tapi kita bisa menyiasati untuk menekan harga dengan mengurangi proses packaging. Kita hanya memakai kertas bekas pakai yang bersih agar lebih ramah lingkungan,” kata Soemadi. 

Menjual dengan Harga Lebih Murah

©2021 Kanal Youtube Bumiku Satu/editorial Merdeka.com

Menurut Soemadi, pengurangan packaging bisa memberikan beberapa keuntungan bagi kedua belah pihak (petani dan konsumen). Petani bisa menjual dengan harga yang relatif murah namun tetap menguntungkan, dan konsumen pun bisa mendapatkan sayuran lebih berat dari sayuran lain yang dijual di supermarket.

“Dari sisi harga ini tentu tak jauh berbeda dari produk organik lain di supermarket. Untuk sayuran jenis pokcoy itu di supermarket biasanya dijual per dua ons. Dan waktu itu kami kemas produk sama dari tempat kami itu per 250 gram atau seperempat kilo dengan harga yang tidak jauh beda dari pasar lokal,” tambahnya.