Diduga karena Pelapukan Batuan, Ini 6 Fakta Bencana Longsor di Cimanggung Sumedang
Merdeka.com - Bencana longsor besar terjadi di kawasan permukiman Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Sabtu (9/1). Bencana tersebut terjadi sebanyak dua kali di hari yang sama.
Longsor pertama terjadi pada pukul 16.00 WIB yang kemudian disusul longsor susulan pada pukul 19.30 WIB. Bencana tersebut diduga terjadi akibat tingginya curah hujan di Kabupaten Sumedang serta kondisi tanah yang tidak stabil.
Bencana Longsor yang terjadi secara tiba-tiba tersebut membuat warga panik. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, saat ini telah ditemukan 13 orang dengan kondisi meninggal dunia, sementara 25 lainnya selamat. Disinyalir hingga kini masih banyak korban yang masih tertimbun.
Berikut 6 fakta terkait bencana longsor yang terjadi di Cimanggung, Kabupaten Sumedang pada Sabtu (9/1) lalu.
Ada Korban dari TNI dan Anggota BPBD Sumedang
©2021 lipuatn6/editorial Merdeka.com
Dalam kejadian tersebut, Komandan Rayon Militer Cimanggu Kapten Inf Setio Pribadi serta Yedi, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumedang turut menjadi korban meninggal. Keduanya tertimbun longsor kedua saat tengah mencari korban hilang di tengah timbunan tanah.
Sebelumnya, hingga Minggu (10/1) pagi, tim SAR gabungan bersama BPBD Sumedang mencatat sebanyak 11 orang yang ditemukan tewas akibat tertimbun longsor.
“Mereka meninggal dunia karena tertimbun tanah ketika ada longsor susulan saat Sabtu malam, sekitar pukul 19.30 WIB,” ujar Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansyah dalam keterangannya.
Daerah Rawan Longsor
Bencana tanah longsor ini telah mendapat respons dari Gubernur Jawa Barat, Mochamad Ridwan Kamil. Ia menyebut jika wilayah tersebut merupakan daerah rawan longsor karena berada di area tebing tanah yang rawan saat terkena hujan.
"Tidak semua lahan layak untuk ditinggali dan tidak bisa dipaksakan (untuk permukiman). Nah ini salah satu contoh terhadap lahan yang rawan untuk ditinggali," kata Gubernur yang akrab disapa Kang Emil tersebut saat meninjau daerah longsor di Sumedang, Minggu (10/1).
Ia pun meminta pengembang dan masyarakat agar memperhatikan potensi bencana seperti longsor saat membangun kawasan hunian agar tak terjadi peristiwa serupa.
"Tidak sesederhana boleh atau tidak boleh, tapi kita sebagai masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama, karena tidak semua lahan layak untuk ditinggali dan tidak bisa dipaksakan," katanya.
Rencananya pihak kepolisian dari Polda Jawa Barat juga akan turut mendalami izin pendirian perumahan di kawasan tersebut mengingat perumahan yang terkena longsor di Cimanggung merupakan lahan dengan kontur yang miring.
Disebabkan Pelapukan Batuan
©2021 Longsor Cimanggung Sumedang/editorial Merdeka.com
Senada dengan Ridwan Kamil, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani mengungkapkan jika kawasan tersebut merupakan dataran tinggi yang rawan bencana longsor akibat pelapukan batuan.
Pelapukan itu membuat lolosnya air hujan yang diterima tanah, sehingga lapisan pelapukan bebatuan breksi dan tufa menjadi bidang yang tergelincir dan menimbulkan runtuhan tanah. "Hujan yang turun dengan intensitas tinggi menjadi pemicu gerakan tanah, kemudian area longsor merupakan tebing lahan terbuka tanpa adanya vegetasi akar yang kuat. Ditambah saluran drainase yang kurang baik menjadi salah satu faktor longsor menimpa permukiman di kawasan tersebut," kata Kasbani.
27 Orang Masih Hilang
Sampai dengan Minggu (10/1) malam, Kepala Basarnas Bandung Deden Ridwansyah menyebut pihaknya masih terus melakukan pencarian terhadap 27 korban yang saat ini masih hilang.
Dalam proses pencarian ini, Tim SAR Gabungan menggunakan alat penunjang seperti alkon, alat ekstrikasi, serta eskavator untuk mengangkut material tanah yang menimbun wilayah tersebut.
Sebelumnya mereka sempat menghentikan pencarian pada Minggu siang, sekitar pukul 14.00 WIB karena terjadi hujan yang cukup deras.
"Total dalam pencarian total 27 orang dengan rincian 6 sesuai data awal dan penambahan 21 sesuai dengan laporan masyarakat ke posko. Data berdasarkan info dari incident commander dan Puskesmas Sawah Dadap. Saya meminta kepada warga yang merasa masih kehilangan anggota keluarganya untuk melapor," ujar Deden.
Berpotensi Terjadi Longsor Susulan
©2021 bandung.basarnas.go.id/editorial Merdeka.com
Pihak PVMBG pun meminta seluruh elemen masyarakat di kawasan itu agar mewaspadai munculnya potensi longsor susulan. Potensi tersebut disebabkan material longsoran yang masih berada di lokasi.
Selanjutnya, lokasi tersebut secara alamiah merupakan jalur perpindahan air, sehingga pergerakan tanah dikhawatirkan terus terjadi mengingat hujan akan terus mengguyur hingga bulan Mei mendatang.
"Artinya semua aktivitas perlu dievakuasi, memperhatikan hujan, dan ini jalur air, ini bisa kebawa ke bawah (tanah longsoran), ini juga bisa terjadi di wilayah lain yang memiliki pola kemiringan tanah yang sama, apalagi dengan kontur seperti itu " kata Koordinator Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Kementerian ESDM Agus Budianto.
150 Warga Telah Direlokasi
Sementara itu, 150 warga untuk sementara telah mengungsi ke Gedung SMAN 1 Cimanggung. Bantuan sebesar Rp1.053.703.150 telah dikucurkan oleh Kementerian Sosial untuk membantu masyarakat terdampak longsor Cimanggung.
Kepala Badan Pendidikan Penelitian dan Penyuluhan Sosial Kementerian Sosial Prof Syahabuddin saat meninjau lokasi menyatakan jika bantuan yang disalurkan akan berupa logistik tanggap darurat senilai Rp888.671.350.
Bantuan tersebut juga meliputi 10 tenda serbaguna untuk keluarga, 150 velbed, 1.200 matras, 600 kasur, dan 1.000 selimut.
“Kementerian memberikan bantuan beras 3.000 kg senilai Rp31.800.000 dan dana Rp165.000.000 untuk santunan bagi 11 ahli waris korban bencana yang meninggal dunia. Selain itu ada juga dapur umum yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” terang Syahabuddin.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini Titik Banjir dan Tanah Longsor Akibat Cuaca Ekstrem Kota Semarang
Cuaca ekstrem di Semarang menyebabkan banjir, tanah longsor sampai angin kencang
Baca SelengkapnyaKorban Banjir dan Longsor di Pesisir Selatan Bertambah, 24 Meninggal Dunia dan Lima Masih Dicari Tim SAR
Untuk diketahui, 9 dari 19 Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat terdampak bencana akibat intensitas hujan tinggi mengguyur wilayah tersebut pada Kamis (7/3).
Baca SelengkapnyaDua Warga Meninggal Dunia Akibat Bencana Longsor di Subang
Longsor tersebut terjadi pada Minggu (7/1) sore, setelah kawasan Desa Cipondoh diguyur hujan deras dari siang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemudik Lewat Tol Bocimi Arah Sukabumi Dialihkan ke Gerbang Tol Cigombong
Ini dilakukan karena sedang dilakukan perbaikan pasca peristiwa longsor yang terjadi akibat curah hujan tinggi.
Baca SelengkapnyaKabupaten Bandung dan Sumedang Diterjang Puting Beliung, Sejumlah Bangunan Rusak dan Warga Terluka
Puting beliung menerjang wilayah Kabupaten Bandung dan Sumedang, Rabu (21/2). Sejumlah rumah rusak serta belasan warga terluka akibat bencana ini.
Baca SelengkapnyaSembilan Orang Tertimbun Longsor di Bandung Barat
Bencana longsor ini terjadi pada Minggu (24/3) malam setelah wilayah tersebut diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
Baca Selengkapnya21.000 KK Terdampak Banjir dan Longsor di Pesisir Selatan, Kerugian Capai Rp157 Miliar
Bencana banjir dan longsor di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) diperkirakan menimbulkan kerugian hingga Rp157 miliar.
Baca Selengkapnya16 Korban Banjir Bandang dan Longsor di Pesisir Selatan Ditemukan Meninggal Dunia
Tim gabungan masih berjibaku di lapangan untuk mencari korban yang masih belum ditemukan hingga sore ini.
Baca SelengkapnyaPotret Hujan Deras Guyur Desa Sidomulo Pekalongan Sepanjang Hari, Sebabkan Banjir hingga Tanah Longsor
Arus sungai yang deras akibat hujan membuat beberapa jembatan runtuh sehingga akses jalan bagi warga terputus
Baca Selengkapnya