Bantu Kemandirian Petani, Seorang Perempuan di Garut Dirikan Pesantren Ekologi
Merdeka.com - Pesantren umumnya merupakan tempat untuk mempelajari dan mendalami hal-hal yang sifatnya agama. Namun apa jadinya jika sebuah pondok pesantren mengajarkan kepada santrinya tentang hal-hal yang bersifat lingkungan dan tumbuhan.
Setidaknya itulah gambaran yang terjadi disebuah pondok pesantren bernama Ath-Thaariq di tahun 2009. Lokasinya sendiri berada di Kampung Cimurugul, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pesantren yang berdiri di atas tanah seluas 8.500 meter persegi tersebut dikelola oleh aktivis lingkungan perempuan asal Garut bernama Nissa Wargadipurra.
Mendirikan Pondok Pesantren
kemenkopmk.go.id ©2020 Merdeka.com
Pondok pesantren yang mengkaji berbagai persoalan agraria dan kelingkungan ini didirikan oleh Nissa atas keresahannya akan alih guna lahan oleh Perhutani.
Dilansir dari Mongabay Indonesia, wanita 45 tahun ini mengungkapkan jika alasan utamanya mendirikan pesantren adalah karena Ia merasa prihatin terhadap kondisi sekitar. Lahan pertanian di wilayahnya selalu diambil hak gunanya oleh perhutani atas dasar ekonomi sehingga mengurangi stabilitas ekonomi dari para petani sendiri.
Dari situ, ibu tiga orang anak ini mencoba mengedukasi para petani khususnya perempuan untuk bisa mengelola lahan pertanian secara mandiri. Hal tersebut agar para petani bisa lebih produktif dan variatif.
Menginisiasi Bertani Organik
Dalam situs Kemenkopmk.go.id, Nissa menceritakan pengalaman awal saat mendirikan pesantren. Ia mendampingi para petani dalam menggerakan penanaman pertanian organik di wilayahnya.
Para petani pun menjadi lebih sejahtera setelah Ia mengalihkan sistem pertanian semula dengan obyek padi maupun palawija.
Gerakan tersebut dianggap berhasil, dan mayoritas para petani di Bayongbong mulai banyak yang beralih dari menggunakan bahan kimia ke pupuk organik yang lebih ramah lingkungan.
Kurikulum Mendirikan Pesantren
Ibang dan Nissa mengajarkan ilmu pertanian kepada santri/©2020 Merdeka.com
Setelah berjuang bersama petani di wilayahnya, lantas Ia memilih fokus bersama suaminya untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan berbasis lingkungan. Sejak saat itu diakhir 2009 Pesantren Ath-Thaariq lahir.
Di pesantren tersebut para santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, namun juga dengan konsep ekologi yang dibangun. Nissa bersama suami, Ibang mengarahkan para santri untuk diajarkan cara bertani dan berwira usaha.
Ibang menjelaskan bahwa dalam kesehariannya, para santri melakukan aktivitas seperti biasa, ada yang sekolah, kuliah, lalu mengaji.
Namun yang menjadi tambahannya para santri selalu diajarkan untuk bertani. Mulai dari menyiram tanaman, memanen, hingga mengolah tanaman pasca panen menjadi aneka ragam produk pertanian.
"Yang kita olah di sini adalah produk pertanian organik. Yang pasca panen kita buat menjadi teh, atau gula semut, dan juga banyak yang lainnya. Banyak yang kita oleh dari tanaman yang kita tanam sendiri di lahan milik pesantren yang luasnya kurang lebih 1 hektare ini. Kita juga ajarkan santri membuat pupuk organik," kata Ibang dilansir dari Merdeka.com.
Mengarahkan Kesukaan Santri
Lebih lanjut disebutkan jika dalam pesantren tersebut Nissa membebaskan para santri untuk menentukan sendiri minatnya lewat kegiatan pembelajaran yang bebas dan aktif.
Lewat pembelajaran tersebut Nissa berharap para santri bisa bebas mengeksplorasi kemampuan bertani mereka. Dari mulai pembenihan, penanaman sampai tahap panen mereka melakukan sendiri.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penjelasan Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin soal Kematian Santrinya
Pihak Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin akhirnya angkat bicara mengenai kasus kematian santrinya, Airul Harahap.
Baca SelengkapnyaKampung di Garut Ini Hanya Dihuni Kaum Perempuan, Begini Kisah di Baliknya
Tak hanya penghuninya yang unik, kondisi alam dan pemandangan di sekitarnya juga mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaMengenal Pesantren Langitan Tuban, Didirikan Murid Pangeran Diponegoro, Awalnya Tempat Belajar Agama bagi Keluarga dan Tetangga
Sang pendiri, Kiai Nur baru mendirikan surau saat puluhan santri datang untuk berguru padanya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Membentengi Perkampungan dari Serangan DI/TII, Cerita Pensiunan Prajurit TNI AL Ini Sampai Sekarang Tinggal di Tengah Hutan
Potret rumah seorang pensiunan TNI AL yang ada di tengah hutan di Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaDulu Hutan Belantara yang Tak Dilirik Orang, Ini Kisah di Balik Berdirinya Kabupaten Pacitan
Orang-orang pertama yang berjasa mengubah hutan jadi permukiman penduduk merupakan para pendakwah Islam
Baca SelengkapnyaSosialisasikan 'Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana', Atikoh Kenang Tak Mampu Bayar Kos saat Kuliah
Atikoh berasal dari keluarga yang tumbuh di lingkungan pesantren sederhana.
Baca SelengkapnyaMarak Kasus Perundungan di Pesantren, Ini Langkah Menteri PPA
Kasus perundungan di dunia pendidikan, khususnya di pesantren, menjadi perhatian Menteri PPA I Gusti Ayu Bintang Darmawati.
Baca SelengkapnyaMenjelajah Hutan Bonsai Fatumnasi di NTT, Ribuan Pohon Kerdil Berusia Ratusan Tahun Bentuknya Bak Orang Menari
Selain alamnya yang indah, Fatumnasi juga dihuni oleh suku tertua di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Baca SelengkapnyaPesantren Tebuireng Tegaskan Tidak Dukung Salah Satu Paslon di Pilpres 2024
Pengasuh Pesantren Tebuireng menegaskan posisi netral dalam Pilpres 2024.
Baca Selengkapnya