Badui Dalam Tertutup bagi Wisatawan Selama 3 Bulan saat Kawalu, Ini Fakta-Faktanya

Jumat, 3 Februari 2023 12:38 Reporter : Nurul Diva Kautsar
Badui Dalam Tertutup bagi Wisatawan Selama 3 Bulan saat Kawalu, Ini Fakta-Faktanya Suku Baduy. plus.kapanlagi.com ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Masyarakat termasuk para wisatawan sepertinya harus menunda kunjungannya ke wisata kampung adat Badui Dalam, di Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. Saat ini para penduduknya tengah melaksanakan tradisi turun-temurun bernama Kawalu.

Tradisi ini rutin dilakukan setiap tahun dengan melakukan kegiatan puasa selama tiga bulan. Di tengah pelaksanaannya, seluruh akses kunjungan dari luar kampung Badui luar ditutup secara ketat. Aktivitas bertani dan berladang juga dibatasi, sehingga prosesi adat itu tidak terganggu.

Kawalu merupakan bentuk rasa syukur dari warga Badui Dalam melalui penyucian diri atas suksesnya hasil panen dan rezeki yang melimpah dari alam. Upacara ini dilakukan secara privasi, lantaran membutuhkan ketenangan.

Masyarakat atau wisatawan diharap bisa memahami pelaksanaan upacara suci itu agar tradisi Kawalu bisa berjalan lancar. Berikut fakta-faktanya.

2 dari 6 halaman

Masyarakat dan Wisatawan Hanya Boleh Sampai Badui Luar dan Badui Pendamping

tradisi adat ngaseuk suku baduy luar
©2021 Liputan6.com/Herman Zakharia

Tradisi Kawalu menjadi agenda adat rutin oleh masyarakat adat di Badui. Tradisi dilakukan sebagai salah satu bentuk menghargai alam. Selama pelaksanaan Kawalu ini, kunjungan ke Badui Dalam akan ditutup sehingga masyarakat dan wisatawan hanya boleh berkunjung ke Badui Luar sampai perbatasan di Badui Pendamping.

Sakralnya acara ini akan ditutup dengan kegiatan Seba Badui, yakni berjalan kaki sejauh 160 kilometer (pulang pergi) untuk menemui Ibu Gede dan Bapak Gede (sebutan bupati dan gubernur) di wilayah Rangkasbitung dan Kota Serang.

Sebelumnya, acuan pelaksanaan Kawalu akan disepakati oleh lembaga adat Badui yang terdiri dari para tetua seperti Tangtu Tilu Jaro Tujuh.

3 dari 6 halaman

Digelar Januari sampai April 2023

Dalam pelaksanaan puasanya, setiap bulan hanya dilakukan satu kali di hari ke-18 sesuai kepakatan para tangtu. Kemudian turut digelar upacara adat Ngariung untuk selamatan. 

Perwakilan tangtu sekaligus tetua adat setempat, Jaro Saija mengatakan, dari Kawalu ini masyarakat adat Badui memohon keberkahan, keselamatan, kecukupan dan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

"Dengan pelaksanaan Kawalu itu kami berharap masyarakat Badui sejahtera, damai, dan sehat selalu," beber Jaro, mengutip ANTARA, Jumat (3/1). 

Ia menambahkan, jika upacara ini sudah wajib diikuti oleh anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, sampai kalangan orang dewasa mulai dari 24 Januari pekan lalu sampai 24 April 2023 mendatang.

4 dari 6 halaman

Tutup Tiga Kampung dari Akses Dunia Luar

Tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Keberadaannya terus diwariskan kepada anak cucu dari seluruh warga Badui agar bisa terus dilestarikan.

Terdapat tiga kampung di pemukiman Badui Dalam yang mengikuti Kawalu seperti Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana. Masing-masing dijaga oleh para tangtu serta panitia pelaksana sehingga sangat tertutup dari dunia luar.

Salah satu tradisi selamatannya akan dilakukan dengan cara mengumpulkan warga Badui Dalam dan Badui Luar untuk saling bersilaturahmi di bale besar. Puasa ini mulai dilakukan pada tanggal 17 setiap bulannya, mulai pukul 17.00 WIB sampai 17.00 WIB hari berikutnya.

"Kami sebelum lahir, upacara Kawalu sudah ada," terangnya.

5 dari 6 halaman

Selama Kawalu Dilarang Gelar Acara Keramaian

Sementara, tokoh Badui Dalam, Ayah Mursid menyebut jika selama pelaksanaannya, warga Badui Dalam dan Luar dilarang menggelar acara-acara yang sifatnya keramaian seperti pernikahan, sunatan dan hajatan lainnya.

Warga juga akan mengawali Kawalu dengan membersihkan lingkungan sekitar agar menunjang fokusnya ibadah.

Terdapat malapetaka jika tidak menggelar upacara tersebut, termasuk menjadi beban bagi individu.

“Ritual upacara Kawalu wajib dilaksanakan selama 3 bulan dalam setahun dan tujuannya untuk berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar diberikan keberkahan dan keselamatan,” katanya. 

6 dari 6 halaman

Mensyukuri Nikmat Alam

Sementara itu, salah satu warga Badui, Santa mengaku senang akan datangnya momen Kawalu ini. Menurut dia, tradisi ini bisa meraih berkah dari Tuhan Yang Mahakuasa.

Salah satu berkah dari Kawalu adalah masyarakat Badui sampai saat ini tidak pernah mengalami kekurangan dan krisis pangan sehingga selalu tercukupi. Panennya pun melimpah, seperti padi di huma, palawija, sayur mayur hingga buah.

Hasil panen itu nantinya akan disertakan dalam acara Seba Badui, termasuk menyerahkannya kepada Bupati Lebak, Iti Octavia dan Pejabat Gubernur Banten, Al Muktabar.

"Kami bersyukur masyarakat Badui selama ini selalu damai, aman, dan tidak kelaparan," katanya.

[nrd]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini